Bahasa Jepang ternyata menyenangkan ya! (karya lomba menulis 2021)
Awal mula belajar bahasa Jepang
Tahun 2017, tepatnya kelas 11 SMA. Pertama kalinya mengenal dan belajar Bahasa Jepang. Selain Jepang, ada empat bahasa lainnya yang saya pelajari di sekolah. Indonesia, Inggris, Mandarin, dan Jerman. Total ada lima bahasa. Di kelas 11 belajar bahasa Jepang, kelas 12 belajar bahasa Jerman. Selama setahun, setiap hari kamis belajar bahasa Jepang. Guru yang mengajar kami ada dua orang. Sensei Rita orang Indonesia, yang merupakan guru tetap di SMA ku, dan Sensei Miho yang asli orang Jepang. Sensei Miho sebagai guru pendampingnya Sensei Rita. Saat Sensei Miho menjelaskan, Sensei Rita yang menerjemahkan untuk kami. Kedua Sensei mengajarkan kami dengan sangat terperinci dan jelas sehingga kami semua mengerti.
Belajar bahasa Jepang ternyata menyenangkan ya!
Saya punya teman sebangku. Sebut saja namanya Nana. Dia sangat suka dengan hal-hal yang berbau Jejepangan. Terutama grup band AKB48 dan versi Indonesianya JKT48. Saya ingat dulu Nana suka beli snack yang berhadiah stiker JKT 48. Sampai dikumpulkan semua serinya dan ditempel di mejanya. Selain itu, Nana hobi menggambar. Gambarnya kawai banget. Dari kegemarannya itulah, dia sudah mengenal bahasa Jepang lebih dulu sebelum diajarkan di sekolah.
Nana beri tips untuk saya dalam menghafal hiragana dan katakana.
“Kalau hiragananya me(め) mirip nu(ぬ), cuman ada tambahan ekor saja. Hapal saja menu, begitupun juga re(れ) dan ne(ね)”
“Hiragana Sa(さ) dan Chi(ち) kebalikan. Supaya tidak tertukar, ingat saja chi kayak angka lima”
“Hiragana mu(む) dan su(す) kebalikan, Ingat aja musu(h)
“Hiragana fu (ふ)kayak bentuk hidung”
“Huruf katakana itu lebih simpel, dan bentuknya kayak kotak-kotak, beda sama hiragana yang lebih kompleks dan meliuk-liuk”
“Katakananya me (メ) kayak lukanya Naruto di dahi”
“Jangan lupa katakananya n(ン) dan so(ソ), serta tsu(ツ) dan shi(シ) mirip, bedanya dari cara tulisnya. So dan tsu dari atas ke bawah, sedangkan n dan shi dari bawah ke atas.”
Alhasil, selama ujian saya bergumam kecil sembari mengingat-ingat apa yang sudah diajarkan sebelumnya. ”Sunu, Su(ス) mirip Nu(ヌ)”. Tidak disangka tips-tips yang tadi diajarkan sangat efektif, hasil ujian yang keluar, sangat memuaskan.
Shodou (書道)
Kini tibalah dipenghujung akhir semester dua. Ada yang berbeda dari biasanya. Sensei Miho yang biasanya hanya bawa buku, sekarang membawa alat-alat lukis. Ada tinta, kuas, dan kertas khusus.
“Hari ini kita akan praktek bikin kaligrafi Jepang ya! Istilah dalam bahasa Jepangnya yaitu shodou” kata Sensei Rita.
“Yeyy” kami bersorak kegirangan.
Saya dan teman-teman bersemangat membuatnya. Kami menulis beberapa kanji nama-nama hari, yang berasal dari elemen-elemen unsur alam.
月(bulan), 土(tanah), 木(pohon), dan 水(air).
Memang hasilnya tidak sebagus Sensei Miho, tetapi kami sangat menikmati hasil jerih payah kami, karena ini pertama kalinya melukis kaligrafi. Tak lupa, kami mengabadikan momen penting itu, yang mungkin takkan pernah terulang lagi.
Sayonara Sensei Miho!
Sudah saatnya pergantian sensei yang baru. Kami tak punya kuasa untuk menghentikan waktu. Kini saatnya adik-adik kelas kami yang belajar bahasa Jepang. Saya dan teman-teman naik kelas 12, jadi tidak belajar bahasa Jepang lagi, melainkan bahasa Jerman. Kami memberikan Sensei kenang-kenangan sebagai bentuk terima kasih kami kepadanya.
Sayonara Sensei Miho! Terima kasih sudah mengajar kami dengan sabar dan ramah. Semoga dilain waktu kita bisa bertemu lagi. Salam dari kami, murid-murid 11 IPA 6.
Penulis: Constantine Leony Panggalo