Tur bersama 4 orang jepang dari Fukuoka
Pada suatu pagi sekitaran jam 08.00 am. Saya berangkat dari rumah kontrakan (Kuta-Bali) ke tempat penjemputan (hotel nusa dua-Bali) dengan tujuan ke tempat wisata di Ubud Bali. Di dalam mobil dan mulailah terjadi percakapan sederhana seperti perkenalan, karena takut dengan pertanyaan dari tamu yang saya tidak tau dan tidak saya mengerti akhirnya saya menawarkan mendengarkan musik jepang, dengan maksud agar tamunya merasa santai dan nyaman tak lupa juga saya kasih tau ke tamunya bahwa saya sedang belajar bahasa jepang dan kalau ada yang salah dengan kalimat saya maafkan saya (わたしのにほんごははじめたばかりですそしてまちがいがあたらよろしてください).
SAYA MERASA KAGUM DENGAN BUDAYA JEPANG
Saat masih di dalam mobil saya di tanya,"kamu punya plastik sampah?" (あなたのごみばくですか?), saya merasa sangat di hargai dengan menjaga kebersihan mobil saya dan bukan hanya itu saja, saya merasa jatuh cinta pada saat dia melayani saya di meja makan seperti membagi-bagikan piring makan dan menuangkan bir bintang yang saya pesan. Hari berganti dan saya melihat setiap orang jepang melakukan hal tersebut dengan rasa penasaran dan rasa keingin-tahuan yang besar, saya bertanya kepada teman sekalian senior saya. Ternyata itu kebiasaan yang mereka lakukan.
SAYA JATUH CINTA PADANYA dan ADATNYA
Sebelum dia pulang ke jepang, dia sempat bertanya,
にほんじん: tinoさん はかのじょいますか?、tinoさん のinsta と id line をやってますか?♥♥♥
Saya mengambil sepengal kertas dan menulisnya di situ ID LINE saya.. Saya yang hanya bisa berbahasa inggris tidak tau apa arti dari pertanyaannya itu, karena dia melihat saya tidak menjawab pertanyaannya, dia pun menggunakan bahasa inggris super jelek (karena orang jepang kalau berbahasa inggris sama halnya kita mendengarkan lagu tape rekorder yang pita lagunya sudah kusut.), maaf sebelumnya Tanaka sensei, Lilik sensei, Citra sensei と minasan : saya minta maaf sebelumnya, mooshiwake gozaimasen.
Saat itu waktu telah menunjukan pukul 10.00pm, dan di saat itulah saya merasa sedih karena harus mengantarkannya ke bandara. Saya memeluknya erat seakan tak rela melihatnya pergi, dia pun memeluk saya erat dan berbisik,"Tino genkidene." Saya pun dengan spontan berkata kepadanya dengan kalimat yang di ucapkan ke saya.
Sekian.
Penulis: Valentino Masengi