Pengalaman Pertama Mengajar Ekstrakurikuler Bahasa Jepang (karya lomba menulis 2021)
Awal Mula
Aku berkuliah di salah satu universitas di kota Pahlawan. Mengambil jurusan yang kata mereka adalah jurusan wibu. Begitu kata mereka, ketika mendengar aku mengambil jurusan itu. Aku berasal dari kota yang tidak begitu jauh dari kota Pahlawan. Setiap tahun, jurusan kami selalu mengadakan bunkasai selama dua hari. Di hari pertama ada lomba akademik, yang pesertanya adalah siswa SMA dari berbagai sekolah di Jawa Timur dan juga mahasiswa dari berbagai universitas di pulau Jawa. Hari kedua adalah puncak acara dengan menampilkan lomba umum, penampilan dari guest star serta hanabi. Bunkasai tahun itu, dilaksankan di awal bulan November tahun 2019.
Hari itu, aku datang sendiri pada hari pertama untuk menemui sensei ku yang juga hadir menemani peserta didiknya untuk mengikuti lomba. Aku menunggu beliau dengan duduk di trotoar di depan salah satu stand bazar. Ya, di hari pertama suasana masih sepi karena pengunjung didominasi oleh siswa SMA dan guru pendamping. Sambil melihat berbagai stand bazar yang ada di depan ku, tiba-tiba ada salah satu kouhai (adik tingkat) bersama temannya menyapaku dan menemaniku duduk. Ketika aku bertanya mengapa dia ada di sini, ternyata dia sedang menemani murid PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) nya untuk mengikuti lomba. Lalu ketika aku bertanya di mana tempat PPL nya, dia menjawab bahwa dia melaksanakan PPL di kota kelahiran ku. Yang membuat ku terkejut, SMA yang dia tempati untuk melaksanakan PPL ada di dekat rumahku. Padahal, SMA dan kota kelahiran ku tidak ada dalam list ketika angkatan ku melaksanakan PPL. Sehingga agak terkejut ketika mereka bercerita tentang pengalaman mereka mengajar di kota kelahiran ku. Berawal dari situ, kami membicarakan banyak hal termasuk muridnya yang kala itu terlihat sedang membeli pernak-pernik seperti stiker, gantungan kunci dan lain-lain dengan begitu bersemangat. Tak lama setelah itu aku bertemu sensei ku untuk melepas rindu.
Tawaran Tiba-tiba
Aku tidak menyangka, perbincangan kami kala itu membawa ku pada sebuah tawaran. Tiba-tiba ada sebuah pesan Whatssapp dari salah satu kouhai yang kala itu mengajakku berbincang. Dia menawarkan sebuah pekerjaan kepada ku untuk mengajar ektrakurikulier di tempatnya melaksanakan PPL.
Aku membaca pesan itu antara senang dan ragu. Senang karena aku bisa membagi ilmu yang ku punya dan ragu karena aku meiliki rasa khawatir apakah bisa mengajar dengan baik. Apalagi, pengalamanku belum banyak dan ketika SMA di sekolah ku belum ada ekstrakurikuler bahasa Jepang. Selain itu, ini merupakan kegiatan ektrakurikuler bahasa Jepang pertama di sekolah itu. Jadi, aku merasa bingung apa yang mau aku ajarkan kepada mereka meskipun aku sudah tahu garis besarnya. Di tengah kebimbangan antara menerima atau menolak tawaran itu, akhirnya ku putuskan menerima tawaran itu.
Hari Pertama
Januari tahun 2020, merupakan bulan pertama aku mengajar di salah satu sekolah yang ada di dekat rumah ku. Ekstrakurikuler dilaksanakan setelah pulang sekolah setiap hari Jumat pukul 13.00 WIB. Jarak sekolah dengan rumah ku sangat dekat. Hanya berjalan kaki sekitar 5 menit. Meskipun bukan mengajar formal dan hanya mengajar ekstrakurikuler, tapi rasanya luar biasa membuat jantung berdegub.
Di hari pertama sebelum mengajar, aku bertemu dahulu dengan Eli sensei. Beliau merupakan guru mata pelajaran bahasa Jepang di sekolah itu, meskipun hanya beberapa kelas yang memiliki mata pelajaran bahasa Jepang. Untuk ekstrakurikuler, beliau memberi amanah padaku karena kesibukan beliau di hari Jumat, sehingga tidak memungkinkan beliau untuk mengajar. Setelah berbincang dengan beliau, kami akan memasuki kelas karena waktu sudah menunjukkan pukul 13.00 WIB.
Di perjalanan yang semakin dekat menuju ruang kelas, sayup-sayup terdengar suara anak-anak yang begitu ramai. Ketika kami sudah memasuki kelas, suasana yang mulanya ramai tiba-tiba senyap. Ini pertama kalinya aku dan mereka saling bertemu. Sebagai permulaan, aku memperkenalkan diri untuk mencairkan suasana. Sebelumnya mereka sudah pernah belajar bahasa Jepang bersama Eli sensei, aku hanya mengulang materi perkenalan diri. Karena tidak semua anggota ektrakurikuler pernah belajar bahasa Jepang. Ada yang bisa menulis, ada yang hanya bisa membaca, bisa membaca dan menulis, juga ada yang tidak bisa keduanya. Ada juga yang sudah mahir membuat shodou, dan ada yang suka belajar bahasa Jepang dari lagu dan anime.
Diawali dengan materi jikoshoukai, satu persatu ank mulai mencoba memperkenalkan diri menggunakan bahasa Jepang. Lalu dilanjutkan dengan sedikit perbincangan ringan agar kami semakin akrab. Pada pertemuan pertama, hanya beberapa wajah dan nama yang bisa ku ingat (maklum faktor umur, haha ). Sekitar pukul 15.00 WIB, esktrakurikuler telah selesai. Semua kegiatan berjalan dengan lancar. Mereka semua sangat baik dan bisa diajak untuk bekerja sama meskipun masih tampak malu-malu.
Mulai Tidak Percaya Diri
Tak terasa sudah hampir satu bulan aku mengajar. Meskipun dalam seminggu hanya satu kali pertemuan. Makin kesini, apa yang aku khawatirkan terjadi. Salah satu anggota tiba-tiba mengundurkan diri karena ingin belajar sendiri dengan guru privat. Sejak mengetahui kejadian itu, aku selalu berpikir apakah cara ku dalam menyampaikan materi salah atau memiliki kekurangan. Padahal aku tahu bahwa dia keluar bukan karena itu tapi memang karena ada suatu hal. Ada salah satu anak yang menyemangatiku dengan memberikan saran dan masukan. Tiap selesai mengajar, kami selalu bercerita dan bertukar pikiran mengenai berbagai hal. Sampai akhirnya beberapa anak mulai keluar dari ekstrakurikuler dengan berbagai alasan, dimulai dari dilarang orang tua sampai tidak bisa mengatur waktu dengan baik.
Rasa percaya diri ku mulai hilang, meskipun tahu resiko itu selalu ada di setiap ektrakurikuler yang lain juga. Ditambah dengan beberapa anak yang kadang hadir dan terkadang juga tidak. Tapi, kalau aku merasa kurang percaya diri terus-menerus itu bukan suatu hal yang baik. Apalagi aku seorang pengajar yang sudah harus siap dengan medan pertempuran apa pun resikonya. Terkadang, aku juga melihat semangat mereka dalam belajar bahasa Jepang. Dengan selalu mengingat semangat mereka yang menjadi alasan awal mula terbentuknya ektra ini karena kecintaan mereka terhadap bahasa Jepang yang kala itu belum memiliki wadah bagi mereka di sekolah.
Mati Suri
Setiap ekstrakurikuler, pasti sudah memiliki jadwal atau program kerja kegiatan yang akan dilakukan. Kabar virus corona semakin menyebar pada awal bulan Maret 2020 di Indonesia, membuat berbagai kegiatan dari beberapa sektor sempat terhenti, salah satunya dunia pendidikan. Kegiatan pembelajaran yang semula tatap muka, kini harus dilakukan secara daring untuk memutus penyebaran virus corona. Begitu juga kegiatan ekstrakurikuler harus dihentikan untuk sementara, meskipun baru berjalan hampir tiga bulan. Sehingga, beberapa kegiatan tidak bisa dilakukan di tengah pandemi.
Rencana Yang Batal
Seharusnya, pada bulan April 2020 kami mengikuti lomba bahasa Jepang di salah satu universitas. Pendaftaran sudah kami lakukan pada bulan Februari, dan persiapan untuk lomba seperti pendalaman materi lomba sudah kami lakukan. Namun, karena virus corona yang semakin menyebar dan keadaan sedang tidak memungkinkan untuk mengundang kerumunan orang banyak, akhirnya acara tersebut dibatalkan. Kami memaklumi demi kebaikan bersama, meskipun kecewa karena tidak bisa mengikuti lomba tersebut. Setidaknya kami dan panitia lomba, turut membantu pemerintah untuk mengurangi penyebaran virus corona.
Mulai Bangkit Dan Semakin Jatuh Hati
Berbagai hal tentang budaya dan bahasa Jepang, ku ajarkan pada mereka secara perlahan. Menulis hiragana dan katakana, membaca, membuat shodou, karaoke, origami, serta tata bahasa sudah kami pelajari bersama-sama. Dan masih banyak hal tentang Jepang yang harus kami pelajari lagi. Di tengah wabah covid 19, tak menyurutkan semangat kami untuk tetap belajar. Meskipun sempat libur beberapa bulan karena pandemi, tapi kami mulai aktif kembali bulan Juli 2020 dengan tambahan anggota baru yang berasal dari siswa-siswi baru. Hal itu menambah semangat kami karena anggota baru sangat antusias.
Kegiatan ekstrakurikuler dilakukan secara daring melalui grup Whatsapps setiap hari Jumat pukul 13.00 WIB. Dan setiap satu bulan sekali, kami melakukan kegiatan tatap muka dengan mematuhi protokol kesehatan yang berlaku. Hal ini bertujuan, agar anggota ekstrakurikuler yang belum memahami materi dapat bertanya secara langsung. Meskipun secara daring, tetapi semangat mereka dalam belajar begitu membara walau terkadang beberapa anggota masih disibukkan dengan berbagai tugas.
Berbagai hal dan kendala yang terjadi di awal kegiatan ektrakurikuler membuat kami semakin akrab satu sama lain. Terutama grup Whatsapps yang terkadang ramai dengan berbagai candaan antar anggota yang satu dengan yang lain. Ditambah aku dan beberapa anggota sudah mulai akrab, saling bertukar informasi dan berbagi cerita suka dan duka. Mereka bukan hanya murid bagiku tapi juga sudah ku anggap seperti adik ku sendiri. Terkadang di luar jam mengajar, kami berbicara non formal agar tidak canggung. Berbagai karakter serta tingkah laku mereka sering membuat ku gemas. Banyak hal yang bisa aku pelajari dari mereka yang tak aku dapatkan ketika di perkuliahan. Dengan segala rintangan yang ada, semoga kami tetap tangguh dan semakin semangat dalam belajar berbagai hal tentang Jepang. Aaaaah, semakin sayang dengan kalian semua.
Selamat Ulang Tahun Yang Pertama
Tidak terasa sudah satu tahun aku mengajar, yang artinya ekstrakurikuler kami baru merayakan ulang tahun yang pertama pada bulan Januari 2021. Meskipun dilakukan secara sederhana dan masih dalam kondisi pandemi, tak menyurutkan niat kami untuk mengadakan acara syukuran sesuai protokol kesehatan. Pada acara itu, setiap anggota diwajibkan untuk menulis pesan dan kesan selama belajar bahasa Jepang. Selain itu, anggota dibagi menjadi beberapa kelompok untuk menyanyikan lagu-lagu Jepang.
Meskipun awalnya aku merasa ragu karena ini adalah pengalaman pertama ku mengajar ekstrakurikuler, tapi perasaaan itu perlahan mulai hilang tergantikan rasa semangat ingin membagi ilmu yang aku miliki. Mereka begitu semangat untuk belajar, memulai semua kegiatan dari nol sampai sekarang mereka bisa membaca dan menulis. Dengan bantuan dan semangat mereka semua, membuat semangat ku bangkit dan aku ingin menularkan semangat ku kepada mereka, tak hanya dalam belajar bahasa Jepang tapi juga yang lainnya. Berharap semoga mereka nanti bisa menggapai cita-cita yang mereka inginkan.
Dengan umur ektrakurikuler yang bertambah ini, meskipun baru seumur jagung semoga ekstrakurikuler ini dapat berjalan terus, bisa membawa nama baik sekolah, mendapat banyak prestasi, antar anggota semakin kompak dan semakin maju. Tak lupa kami semua juga memanjatkan doa agar selalu diberi kesehatan, dan kegiatan yang kami lakukan di ektrakurikuler ini bermanfaat bagi kami. Terima kasih banyak untuk kalian yang sudah mengajari ku banyak hal yang tak ternilai harganya. Semangat teruntuk kalian semua yang saat ini sedang belajar bahasa Jepang!
Penulis: Atik Ummina