Satu Minggu Bersama Profesor Dari Jepang (karya lomba menulis 2021)
Saat itu saya masih kelas sebelas Sekolah Menengah Atas ketika suatu pengumuman pelatihan bahasa Jepang tersebar. Sekolah saya tidak ada pelajaran bahasa Jepang, hanya ada ekstrakurikuler yang diberi nama "Japanese Club" di mana pembimbingnya pun bukan guru bahasa Jepang. Merasa bahwa saya memiliki kemampuan dasar berbicara bahasa Jepang dengan cukup baik dan saya ingin lebih mengembangkannya, saya mengajak salah satu anggota ekstrakulikuler Japanese Club untuk mengikuti pelatihan.
Pelatihan tersebut diadakan di salah satu Poltekkes di kota saya, Banjarnegara. Ternyata rata rata yang mengikuti pelatihan tersebut adalah anak kuliah dan pekerja kantoran. Bisa dibilang, saya anggota pelatihan termuda saat itu. Pelatihan tersebut dibimbing oleh salah satu lulusan strata tiga Universitas Hiroshima yang merupakan warga Banjarnegara, dan mendatangkan profesor Universitas Hiroshima bernama Prof. Fujikawa.
Kami yang Tidak Lancar Bahasa Jepang dan Beliau yang Tidak Lancar Bahasa Inggris/Indonesia
Awalnya saya berpikir bahwa "Ah, tidak masalah menggunakan bahasa Inggris agar saya lebih mudah menyampaikan pertanyaan atau pendapat," dan ternyata Profesor Fujikawa berbicara dengan menggunakan bahasa Inggris yang sangat terbata bata. Kira kira beliau berkata, "Saya tidak bisa berbahasa Inggris dengan lancar." Beliau juga berkata bahwa sebagian besar orang Jepang tidak mampu berbahasa Inggris dengan baik. Di sini lah saya mulai bertekad untuk selalu menggunakan bahasa Jepang saat mengobrol dengan Profesor Fujikawa.
Saya selalu duduk di depan sendiri. Selain agar materi yang disampaikan lebih terdengar jelas, saya juga memiliki masalah penglihatan sehingga duduk di barisan paling depan sangat membantu bagi saya. Profesor Fujikawa kerap kali bertanya sepatah dua patah kalimat kepada saya menggunakan bahasa Jepang karena menyadari saya memiliki kemampuan berbahasa Jepang dasar yang cukup. Di luar kelas, beliau sempat bertanya pada saya dari mana saya belajar bahasa Jepang dan saya menjelaskan bahwa saya belajar dari bantuan teman teman Japanese Club dan dari hobi menonton animasi Jepang.
Profesor Fujikawa tampak sesekali kesulitan menjelaskan sesuatu, kemudian sesekali pula beberapa dari kami membantu beliau menggunakan jasa Google Translate.
Sebuah Harapan
"Ren-san, jika kamu tertarik pergi ke Jepang, saya rasa kamu mampu mewujudkannya."
Waktu itu kami sedang persiapan untuk kelas, sekitar setengah jam sebelum kelas saya sudah datang dan Profesor Fujikawa masih berbenah. Beliau memberikan sebuah kalimat harapan yang membuat saya tersenyum senang.
"Saisho wa muzukashii kamo shiremasenga, isshoukenmei benkyou sureba fukanode wa arimasen." ("Mungkin awalnya sulit, tetapi jika kamu rajin belajar, itu bukan hal yang mustahil.")
Semangat saya belajar bahasa Jepang terbakar lebih besar. Dalam satu minggu, saya belajar secara langsung bagaimana berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Jepang. Teman teman pelatihan lainnya juga dengan semangat mencoba berkomunikasi dengan bahasa Jepang.
Hasil Akhir
Tidak terasa satu minggu telah berlalu, pelatihan telah usai dan ditutup dengan pesta perpisahan. Kami semua dikumpulkan di lapangan Poltekkes dan berfoto bersama menggunakan baju batik. Tidak lupa penyampaian pidato penutup.
Ada hal menarik di sini. Saya ditunjuk sebagai perwakilan siswa, mewakili seluruh siswa dan mahasiswa yang mengikuti pelatihan untuk mengucapkan pidato ucapan terimakasih dan salam perpisahan menggunakan bahasa Jepang.
Sekali lagi Profesor Fujikawa berkata bahwa tidak mustahil jika kita ingin pergi dan belajar di Negeri Sakura. Kami semua memiliki impian dan harapan masing masing, maka tidak ada pilihan lain selain memperjuangkan impian tersebut. Menyerah bukan lah suatu pilihan.
Membuka Lembaran Baru
Akhir pelatihan tersebut bukan lah benar benar akhir saya belajar. Kelas sebelas terlewati dengan cepat, begitu pula dengan kelas dua belas. Saya mempersiapkan banyak hal untuk ujian masuk universitas. Tidak hanya itu, saya terus mengasah kemampuan bahasa Jepang dan mencoba berkomunikasi dengan orang Jepang menggunakan media sosial.
Kini saya merupakan mahasiswa. Benar, seorang mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa Jepang di salah satu universitas negeri yang cukup terkenal. Saya bersyukur pernah mengikuti pelatihan tersebut, mengajarkan saya bagaimana cara berkomunikasi dengan baik dengan orang Jepang.
Awalnya memang sulit, tetapi bukan berarti itu mustahil. Saya masih memegang teguh kalimat tersebut. Suatu saat, saya akan mewujudkan impian saya untuk pergi dan belajar di Jepang. Tidak ada pilihan lain selain tetap berjuang. Dan saya tidak akan menyerah sampai saya berhasil. Terimakasih Profesor Fujikawa, akan saya buktikan kalau saya mampu untuk menggapai impian saya.
Penulis : Narendra Mahisi P.