Japan to The Next Level (karya lomba menulis 2021)

finalis_lomba_2021, lomba_2021Budaya & Kehidupan, Lomba Menulis, Semangat Pejuang Bahasa Jepang, ★kelas kita (クラスでの活動)

Being a Gammer? Why not??

Berawal dari hobby menonton Anime dan bermain game pertamanya yang berbahasa Jepang bernama “Visual Novel”, disertai dengan seringnya dia membuat design grafis dan coding ala anak SMA menggunakan tools seadanya, begitulah seorang anak SMA bisa menginjakkan kakinya di Bandara Haneda, Tokyo, Japan 2015.

2008, Seorang anak SMA Negri biasa yang ke sekolah berjalan kaki riang gembira, masa-masa dimana belajar adalah sebuah ‘ketidak harusan' karena berfikir ‘masih kelas satu' dan sebagian otaknya hanya diisi dengan hobby -nya saja yaitu ngeGame, membuat design dan Costplay di Japan Festival yang diadakan setiap tahunnya.

2010, Masa-masa ‘galau’-nya anak SMA menentukan jurusan apa yang akan di ambil. IPA/IPS? Karena di pikirannya sebagian besar masih seputar hobby dan bersantai, meski nilai matematikanya di atas rata-rata dan beberapa guru pun menyuruhnya untuk mengambil IPA, dia tetap memilih IPS supaya dia bisa punya banyak waktu untuk hobby -nya.

The positive things? 何ですか?

Kemampuan berbahasa Jepang yang meningkat secara tidak disadari dibarengi dengan kemampuan design grafis dan coding yang semakin baik meski semua yang dia pelajari hanya bermodalkan ‘mbah google' dan buku-buku tebal wangi khas rak toko buku.

Jelang akhir sekolah, aroma-aroma UN sudah merasuki otak untuk ‘mau gk mau, suka gk suka' HARUS belajar dan menentukan MASA DEPAN…dia pun akhirnya tersadar untuk belajar lebih serius dan memikirkan mau jadi apa nanti setelah lulus..

Yippiee… hari kelulusan pun tiba, bersyukur nilai akhir yang didapat masih diatas rata-rata meski bukan yang paling unggul. Adikku berniat melanjutkan study sebagai IT karena sempat terfikir mau menjadi seorang programmer pembuat game di Jepang. Dengan tujuan yang bisa dibilang saat itu agak mustahil mengingat tidak ada info sama sekali mengenai Jepang, adikku memberanikan diri datang ke Kedutaan Jepang yang ada di bilangan Menteng, Jakarta Pusat. Disana dia menanyakan kepada bagian informasi tentang beasiswa gratis di Universitas Jepang, namun setelah melihat persyaratan yang menfharuskan lulusan SMA harus dari Jurusan IPA, adikku pun mengurungkan niatnya. Sudah kalah sebelum perang..

Entah kenapa peraturannya seperti itu..apa karena dianggap anak IPS adalah anak buangan dari sisa-sisa anak yang tidak masuk di IPA? Intinya regulasinya saat itu sangat tidak fair ya..

ばかじゃないよ …

2012, Adikku sekarang seorang mahasiswa di Universitas Swasta biasa dekat rumah. Dia mengambil jurusan IT sesuai dengan tujuan yang ingin dia capai. Satu hal yang lebih terlihat berbeda, saat ini adikku lebih fokus, lebih terdepan dari teman-temannya dan saaaangat disukai dosen-dosennya karena dianggap mahasiswa yang ‘kritis’ dan ‘pandai', otomatis dia juga jadi Assisten dosen. Tapi, disela-sela kesibukannya, tetap saja hobby -nya berjalan. Dia masih tetap ikutan Costplay di acara Japan Festival se Asia yang tiket masuknya saja sudah merogoh kocek 700ribuan karena di festival tersebut ada penyanyi asli Jepang bernama Lisa ikut menghibur. Hingga satu waktu di semester 2, Universitas Indonesia mengadakan acara “Gelar Jepang UI” yang didalamnya mengadakan lomba animasi dan sudah pasti adikku ikut lomba tersebut dengan menyetorkan karya animasi 3DMax berdurasi singkat berjudul “Teknologi Masa Depan” dan berhasil menyandang juara 1 dengan piala lucu serta beasiswa kelas animasi sebesar 40jt untuknya.

2013-2014, Dengan niat yang saaaaangat saaangat besar ingin cepat lulus kuliah dan kerja di Jepang, adikku lulus hanya dalam waktu 3 tahun saja (yang normalnya untuk S1 memerlukan 4tahun), dia pun sudah menyiapkan skripsi sejak setahun lalu. Membutuhkan waktu yang lumayan lama untuk skripsi tersebut demi mendapatkan hasil yang perfect dan memang kenyataannya skripsi inilah yang membawanya masuk ke perusahaan game di Jepang. Dia membuat game AI (Artificial Intelligence) yang berjudul “Permainan Taktik RPG dengan menggunakan Algoritma Negascout” dengan total pembuatan design grafis dan coding program hanya setahun saja di kerjakan sendiri. Seharusnya dalam pembuatan game dibutuhkan beberapa orang dan membutuhkan lebih dari setahun untuk menyelesaikan game tersebut dari ‘trial error'. Oleh karenanya, dosen-dosen yang mewawancarai saat sidang yang terkenal ‘kritis' dan ‘killer’ hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk melyluskan adikku dengan nilai kelulusan 9,7 yang membuat dia mendapat predikat CUMLAUD di pita miring kelulusannya.

Yeaaa…adikku lulus dari Universitas Swasta biasa dengan skripsi selevel lulusan B*NUS. Semua karena kegigihan dan niat yang sangat besar untuk bisa bekerja di Jepang. Pacar? Seingatku saat kuliah rumahku ramai dengan temen-teman cowoknya yang minta diajarin skripsi. Hihihi.. Dia baru punya pacar pertama saat kerja di Jepang. Namanya Amane chan dari Tokyo.

お仕事は何ですか? …

Yuhuuuu…2014 sudah lulus dengan predikat Cumlaud lalu mau apaaa??…..

Beruntungnya orang pintar ya ini..beberapa dosennya menawarkan bekerja di tempatnya, dan adikku mengambil salah satu dari pekerjaan tersebut sambil tetap mencari informasi tentang kerja di Jepang. Ohya, selama kuliah, adikku sudah sering berkomunikasi via Skype dengan orang Jepang. Salah satunya adalah seorang guru piano yang tinggal di Tokyo. Beliau lah yang banyak membantu adikku dalam memperlancar bahasa Jepangnya dan memberikan informasi lowongan kerja.

https://jobs.gaijinpot.com/index/index/lang/en

Situs diatas adalah salah satu situs yang digunakan untuk mencari kerja sebagai tenaga ahli di perusahaan Jepang. Banyak perusahaan Jepang yang membuka vacancy untuk menjaring tenaga ahli dari negara lain di situs tersebut. Adikku pun memasukkan resume nya beserta hasil karya berupa skripsi dan film animasi yang pernah dibuat. Hanya itu saja. Tanpa ada penyertaan sertifikat lulus N sama sekali.

skripsi game AI

A couple of month after submit the resume..

Panggilan interview datang…

Email pertama datang dari perusahaan recruitment 人材紹介会社 dengan Kubo san sebagai perwakilan dari perusahaan yang meminta interview via Skype. Dengan persiapan kemeja putih berdasi dan bahasa Jepang seadanya, dalam waktu yang telah ditentukan, mulailah dia di wawancara.

Pertanyaan pertama yang ditanyakan adalah…

"Saya tertarik dengan hasil karya anda. Bisa ceritakan lebih lanjut?" Dan adikku pun menceritakan sedetail-detailnya tentang pembuatan hasil karyanya. Berlanjut dengan bertanya tentang bahasa, yang menurut Kubo san bahasa Jepang adikku sudah setaraf N3 meski tak punya sertifikat JLPT sama sekali, diakhiri dengan bertanya " Seberapa niatkah anda mempunyai keinginan untuk bekerja di Jepang? Kontribusi apa yang akan anda berikan jika anda diterima oleh perusahaan?". Begitulah penutup percakapan interview pertama dengan Kubo san.

Kubo san juga mengirimkan format Resume standard Jepang untuk adikku merubah format resumenya.

In a few week later…

Yatta! Dapat email dari perusahaan game besar di Tokyo bernama Aiming Inc. Dan waktu interview via Skype pun ditentukan. Saat yang dinantikan pun tiba. Pertama kali adikku di interview dengan 1 orang programmer senior. Mereka menanyakan hasil karya game yang adikku buat dan detail pembuatannya yang membuat mereka kagum karena dibuat sendiri dalam jangka waktu yg terbilang sangat singkat. Berlanjut interview terakhir dengan senior leader dan CEO perusahaan yang bertanya lebih ke arah personalities, kemauan bekerja dan tujuan hidup.

Beberapa minggu kemudian email penerimaan kerja pun diterima, dengan menyertakan surat rekomendasi dari perusahaan, adikku langsung mengurus passport dan visa serta semua dokumen yang diperlukan. Tidak perlu waktu lama, adikku berpamitan dengan dosennya, lalu berangkat ke Jepang.

ようこそ日本へ …

2015 Adikku menginjakkan kaki pertama kali di bandara Haneda. Bermodal surat rekomendasi dan dokumen data diri, adikku di jemput oleh Kubo San dari perusahaan recruitmen. Tentunya dia membawa papan nama tulisan nama adikku yang diangkat tinggi-tinggi olehnya..hahaha.. Darisitu adikku langsung melapor ke Kedutaan Indonesia dan Kedutaan Jepang, lalu ke Perusahaan dan berakhir di share house yang sudah disiapkan oleh perusahaan.
Disana, dia bertemu teman baru yang sampai sekarang masih tetap berteman. Namanya Takuya dan Hironori. Mereka sama-sama bekerja diperusahaan IT.

Welcome to Aiming. Inc

7th Floor, LINK SQUARR SHINJUKU, 5-27-5 Sendagaya, Shibuya-ku, Tokyo, Japan 151-0051

Adikku adalah satu-satunya orang Indonesia yang bekerja diperusahaan tersebut. Hari pertama masuk, karena adikku sama sekali tidak mempunyai sertifikat N, senior memberikan buku programming yang sangat tebal dan disuruh hafalkan semua kanji dan kotoba yang ada dibuku tersebut selama sebulan. Bulan berikutnya adikku dibiayai untuk mengikutin test N1.dan dia berhasil lulus dengan baik. Business keigo yg dia pelajari hanya dengan meng copypaste pembicaraan rekan kerjanya, juga buku-buku penunjang bahasa Business Keigo yang diberikan rekan kerjanya membuat impovisasi bahasa Jepangnya meningkat cepat. Bahkan dia sudah menguasai accent Tokyo sehingga dia lebih dihargai dari rekannya yang orang India namun bahasa Jepangnya tidak terlalu baik.

Dalam bekerja secara profesional, orang Jepang sangat teliti,cekatan dan selalu mmbuat spesifikasi pekerjaannya masing-masing yang akan dia sebutkan didepan team saat pagi sebelum mulai bekerja. Sehingga memudahkan senior untuk memantau pekerjaan anak buahnya. Dan apapun pekerjaan yang sedang dikerjakan, sebisa mungkin harus PERFECT hasilnya. Adikku jarang lembur. Selalu pulang jam 6/7 malam. Namun dia dituntut untuk lebih berdedikasi mngingat dia orang asing. Persaingan dengan sesama programmer pun tidak bisa dihindari. Mereka akan selalu mendahulukan orang Jepang sebelum orang asing untuk melakukan sebuah pekerjaan. Kecuali kamu adalah orang asing yang bisa satu level lebih pintar dari orang Jepang. Dan adikku seperti itu. Mempertahankan yang sudah ada di usianya yang masih 27tahun saat ini.

Harapannya, semoga akan lebih banyak lagi orang Indonesia yang bekerja di perusahaan-perusahaan besar di Jepang. Bukan Cuma ‘sekedar' datang kesana dan bekerja seadanya. Tetapi juga dihargai oleh orang asli negara tersebut adalah sebuah value yang sangat tinggi untuk negara kamu sendiri. Semoga bisa menginspirasi untuk kalian semua yang masih ragu mau apa dan jadi apa. Semangat untuk semua.

Penulis :  Dian Sofy Averoes