Lemon
Berikan aku tema Jepang, akan kubuatkan 1000 artikel untukmu. Ah, bercanda. 1 artikel saja kuselesaikan tepat saat deadline-nya. Menulis memang masih berat buatku yang baru ingin memulainya. Tapi aku punya cerita menarik yang ingin ku bagi, walaupun harus melawan rasa mager ini. Cerita yang merupakan asal muasal mengapa aku sampai tergila gila dengan Jepang. Cerita yang sedikit merubahku, setidaknya membuatku punya sesuatu untuk dikejar. Saat melakukan editing terakhir artikel ini, aku ditemani segelas jus lemon. Nama buah yang kujadikan judul artikel ini. Karna saat kenangan ini masih menjadi sesuatu yang kujalani sepenuh hati, lemon lah yang menemani aku selama proses itu.
“ Woi ceritanya mana ? “
Ah, oke reader tenang. Sabar. Karna saat membacanya usahakan suasana di sekitar anda tenang. Karna ini kisah cinta. Tenang aja, kisah cinta saya nggak bakal membosankan kok. Okey permirsa, siapkan mata anda, siapkan hati anda dan siapkan kuota chat anda. Langsung saja tanpa lama lama 行きましょう。
Manisnya Asam Lemon
“ Sebab sepanjang kita berjalan, berpura pura tidak mengetahui atau apa pun itu, kita akan tetap bertemu apa yang ditakdirkan untuk bertemu… “
- Aldani Puteri
Akan panjang kalau aku menceritakan bagaimana aku mulai mengenal Jepang. Jadi kita mulai dari bagaimana caraku menemukan si heroine dari cerita ini. Singakat cerita, saat itu aku adalah pria 16 tahun yang tiba-tiba ingin punya pacar orang asing. Sebelum pacaran, tentu saja kita harus memulai dari pertemanan. Seperti sebuah judul lagu : Sahabat Jadi Cinta.
Awalnya targetku adalah mbak-mbak eropa. Karna rasanya teman teman ku akan terperengah ketika menemukan fakta bahwa seorang pria berpringkat paling bontot yang duduk di sudut kelas, entah hawa keberadaannya dapat dirasakan atau tidak bisa mempunya pacar bule. ( Pengertian bule menurutku saat itu : orang eropa.)
Jadi aku mulai mengunduh beberapa aplikasi penpal. Kebanyakan wanita yang kumintai pertemanan tidak menerima undangan pertemanan itu. Ah, mungkin memang benar tampang juga berpengaruh dalam memulai pertemanan ( Pakai foto asli). Setelah beberapa usaha tidak menemui hasil. Aku mulai menyerah dan meninggalkan keinginan itu untuk beberapa bulan. Namun hasrat itu kembali lagi setelah aku kecanduan menonton chanel youtube salah satu youtuber barat yang kontennya berisi cover-an lagu : Megan Nicole. Kini tipe gadisku berubah menjadi : bule dan bisa bernyanyi. Dengan harapan yang sederhana (baca : ketinggian) itu, aku kembali membuka aplikasi penpal-ku. Dan hasilnya… Yatta. Ada satu orang yang membalas pesanku.
Di profilenya tertulis jika ia merupakan warga negara Jepang berumur 18 tahun. Display picture-nya menampakkan sesosok wanita dengan rambut yang diikat ditambah poni yang tampak tipis di tengah. Entah bagaimana menjelaskannya. Yang pasti aku sering melihat poni ini dipakai artis-artis Jepang. Dan benar benar membuat sipemilik foto nampak lebih manis. Kulitnya putih kekuningan, warnanya lebih kearah warm tone. Dia berdiri dengan satu kaki diangkat dan menempelkan sebotol minuman lemon ke pipinya sambil menebar senyum pepsodent. Ah betapa memukaunya. Dia menamai akunnya dengan nama : レモンちゃん(baca : lemon chan)
Kami pun mulai bertukar pesan. Dimulai dengan topik-topik sederhana seperti : alasan memakai aplikasi ini, hobi, kegiatan sehari hari dan hal-hal yang disukai. Lemon chan sangat ramah dan periang. Hal yang aku suka dari dia adalah, dia begitu berhati hati jikalau ingin menanyakan privasi. Dia akan meminta izin terlebih dahulu kalau ingin membicarakan hal yang bersifat personal.
Kemudian pada suatu hari dia mengirimkan foto semangkuk es krim yang tentu saja menggiurkan. Lalu aku membalasnya dengan mengirim foto segelas lemon tea yang pada saat itu tengah kuminum. Aku tak pernah tau kalau lemon tea bisa jadi topik yang membuat gadis ini begitu excited . Seperti dia terlahir untuk mencintai lemon. Ia menanyai aku, apakah aku menyukai lemon. Aku mengiyakan pertanyaan tersebut, meskipun tak begitu yakin apa aku menyukai lemon atau tidak. Yang aku tahu, lemon tea adalah menu favoritku selain teh es jika berada di kafe. Lalu tanpa angin tanpa hujan tiba-tiba keluar pernyataan yang mengejutkan dari gadis ini. Ia mengatakan kini wajah di display picture-ku terlihat lebih manis. Tentu saja hal ini membuatku shock. Bayangkan betapa bahagianya hati seseorang lelaki yang menghabiskan 16 tahun hidupnya dengan hanya melihat gadis gadis 2D di anime yang tidak nyata, lalu secara ajaib ada neng-neng Jepang kawai turun dari langit lalu mengatakan bahawa aku manis. Tuhkan, jadi flashback. Saat aku yang masih cengegesan menahan senyum tersipu, menanyakan maksud kata-kata itu. Lemon chan menjawab :
“ Lemon memang terasa sedikit asam, tapi orang-orang akan terlihat begitu manis ketika menyukainya.”
Candu Asam Lemon
“ Ya, cinta seperti hantu. Semua orang membicarakannya, tapi sedikit sekali yang benar-benar pernah melihatnya”.
- Tere Liye
Singkat kata singkat cerita, kami berpindah ke aplikasi chattingan yang lebih mudah untuk berkirim pesan gambar dan suara. Suara Lemon chan sangat lembut dan seperti mengandung candu. Membuatmu ingin memintanya berbicara setiap detik. Tipe-tipe suara yang sangat indah dijadikan suara terakhir yang kau dengar sebelum tidur. Dia terdengar fasih berbicara bahasa inggris, hampir tidak terdengar seperti orang Jepang. Dia juga tidak egois dalam perihal berbicara. Topik obrolan tidak selalu berpusat pada dirinya. Kadang ia tertarik dengan apa yang aku, orang-orang sekitarku dan sebagian besar rakayat Indonesia lakukan. Tentu saja aku banyak bertanya tentang Jepang. Dan perlahan lahan mulai jatuh cinta pada negeri sakura itu.
Lemon chan sering bercerita tentang kyudo. Seni memanah dari Jepang. Dan hal itu membuatku penasaran. Dan benar saja, saat aku melihat gambar-gambar di internet dan menonton beberapa vidio youtube tentang kyudo, aku benar benar merasa kagum. Wanita-wanita jepang begitu anggun ketika memakai hakama sambil merentangkan busur. Ah, sungguh menyenangkan membayangkan menonton langsung Lemon chan yang sedang memanah. Aku yakin tak akan bisa terlepas dari matanya.
Banyak hal hal yang menakjubkan yang dibagikan Lemon chan. Tentang makanan makanan Jepang yang harus aku masukan dalam list “ makanan makanan yang harus dicoba”. Tentang lapangan olahraga indoor. Oke, mungkin ada beberapa sekolah di Indonesia yang punya lapangan indoor. Tapi bagiku yang lahir dan besar di pedesaan, itu sungguh menakjubkan. Seragam sekolah yang sangat kuidam idam kan. Tentang sepatu khusus yang dipakai di dalam sekolah agar semua siswa seragam. Tentang hal-hal yang saat itu sedang tren di Jepang. Tentang bagaimana sebagian besar teman-teman Lemon chan merias wajah mereka. Sungguh menyenangkan.
Lemon chan juga sangat menyukai musik. Dia sering memberi rekomendasi lagu lagu barat maupun jepang. Sebagai gantinya aku memintanya untuk mencoba lagu lagu Indonesia. Beberapa kali juga gadis itu mengirim pesan suara berisi cover-an lagu sambil bermain gitar. Aku ingat sekali itu. Perasaan itu, bayangan itu. Rasanya begitu membekas. Pertama kali mendengar ia bernyanyi aku ingat sekali, berhari hari jika ada waktu luang, di manapun aku akan mendengarkan suara itu. Kadang sambil tersenyum tidak jelas. Senyum yang cukup membuat orang sekitarku khawatir. Kadang aku mendengar sambil berguling guling sembari memeluk bantalku. Aku tahu betul perasaan ini. Aku sering mendengarnya dari cewek-cewek hits kelasku. Aku sering menyaksikannya di anime-anime yang kutonton. Aku sering mendengar para penyanyi menyenandungkannya. Cinta? Cinta bukan? Hari itu aku memberi kesimpulan pada hatiku.
“ Aku tercandu suaranya. Aku tercandu kelembutannya. Aku jatuh cinta. Seorang pria nolep akut kini mencintai wanita yang nyata ”.
Tersisa Pahit Lemon Di Ujung
Rasa itu membuatku juga ikut mencintai Jepang. Segala tentang Jepang aku sangat menyukainya. Aku pun mulai belajar hiragana dan katakana. Aku mulai menulis kanji setiap hari. Aku mulai mengisi playlist laguku dengan lagu lagu dari Aimer, Shota Shimizu, Kenshi Yonezu, Wanima, dan penyanyi Jepang lainnya. Aku mulai mengisi waktu luangku untuk menonton talkshow Jepang. Bagaimanapun caranya aku akan pergi ke Jepang. Dan kurasa itu pertama kali aku punya impian. Impian yang ditengah cerita ini ingin kubuang.
Keseharianku kini telah sedikit berubah. Bahkan aku yang sekarang mungkin tak akan menyangkanya. Setelah pulang sekolah, aku ikut bimbel untuk mengangkat nilaiku demi memenuhi persyaratan pendaftaran beasiswa. Dimanapun, ketika aku punya waktu akan kugunakan untuk menghapal kanji. Aku juga perlahan lahan meninggalkan dunia peranimean. Mungkin jika orang normal melakukan ini pasti tak akan bertahan seminggu. Tapi berbeda denganku. Saat itu aku sedang tidak normal. Aku sedang jatuh cinta. Aku bisa mempertahankan kebiasaan itu berbulan bulan. Meski aku tidak mengambil les bahasa Jepang. Aku yakin betul dengan perkembanganku. Bahkan Lemon chan mengakuinya.
Dan tibalah hari itu. Ketika aku sedang, mencari tambahan lagu baru buat koleksi lagu Jepangku. Aku sampai pada suatu vidio yang terlihat menarik. Intro lagunya terdengar asik. Pikiranku sudah siap untuk memasukannya kedalam list. Sebelum pada akhirnya sang model dari MV lagu ini tampil. Aku tak dapat berkata kata. Lagunya kini tak terdengar lagi di telingku. Yang ada hanya pikiranku terasa penuh dengan hal-hal buruk. Sedikit sesak. Aku melihat Lemon chan di vidio itu.
Lalu aku mencoba mencari info lagu itu, kemudian melihat siapa model dari vidio klip itu. Setelah dapat, aku menelusuri akun instagramnya. Dan apa yang kulihat benar benar seperti meruntuhkan isi perutku. Foto-foto Lemon chan yang selalu ia kirimkan persis seperti isi feed dari instagaram artis ini. Semuanya sama persis. Lalu aku mulai mencari info tentang si artis ini. Ternyata dia adalah salah satu member dari sebual idol grup. Aku benar benar kehabisan kata-kata. Berbagai kemungkinan kurangkum dalam kepalaku. Dan akhirnya aku memutuskan untuk bertanya kepada Lemon chan.
Aku bertanya dengan hati-hati, aku mengatakan bahwa aku melihat wajah mirip Lemon chan disalah satu MV lagu. Kemudian aku menanyakan apakah itu benar dia. Lemon chan membalas, setelah beberapa lama membaca pesanku. Ia berkata benar kalau itu dia. Dia meminta maaf karna merahasiakannya. Namun otakku saat itu tak bisa menerimanya. Rasanya sangat tidak masuk akal seorang member idol grup bisa dengan bebas memakai profilnya di aplikasi pencari teman. Aku benar-benar tidak percaya. Lalu mengabaikan gadis itu untuk beberapa waktu. Keputusan yang kini aku sesali.
Setelah aku sedikit tenang dan mencoba membuka ruang chat kami, aku menemukan foto profil Lemon chan sudah kosong. Saatku masuk, aku melihat ada sebuah permintaan maaf. Hanya bertulis “ I’m so sorry. ” Kemudian saatku mengirim balasan, pesannya tidak mau terkirim. Lalu kucoba sekali lagi dan tetap gagal. Hatiku mulai panik. Aku mencoba mematikan data seluler lalu menghidupkan kembali dan mencoba lagi. Masih saja gagal. Sekarang aku benar benar resah. Ku tunggu beberapa jam, lalu mencoba lagi tapi hasilnya tak berubah.
Aku menarik dua perkiraan. Pertama, Lemon chan memblokir akunku karna tersinggung ucapanku. Kedua, Lemon chan menghapus akunnya karna merasa sudah ketangkap basah memakai profil palsu. Setelah beberapa lama aku memutuskan perkiraan kedua yang paling benar. Malam itu rasanya begitu hambar. Lemon tea-ku kini terasa pahit. Entah mungkin mengikuti perasaan hatiku. Tercabik rasanya. Kalau saja hari itu aku tidak mempermasalahkan identitasnya. Tapi sebagian pikiranku masih saja menyalahkan wanita itu. Aku benci ditipu. Malam itu aku kembali pada aku yang dulu. Kehilangan minatku, mimpiku dan ambisiku. Aku menghapus semua riwayat pesan kami beserta segala medianya.
“ 胸に残り離れない苦いレモンの匂い,今でもあなたは私の光 “
-Kenshi Yonezu
Aku Ingin Lemon Sekali Lagi
Entah kebetulan atau tidak, tahun 2018 seakan akan menjadi jawaban dari keraguanku. Tahun yang membuatku merenungi keputusanku. D mulai dengan rilis anime Tsurune. Anime tentang kyudo. Setiap ceritanya membuatku teringat padan Lemon chan lagi. Lalu Kenshi Yonezu mengeluarkan single terbaru berjudul Lemon. Aku merasa lagu ini benar benar diciptakan untukku. Bahkan tanpa mengetahui arti dari liriknya aku bisa merasakan kesedihan dari setiap bait. Hatiku teriris. Lagi luka itu terasa nyeri. Isi dari liriknya benar benar menggambarkan perasaanku.
“Kesedihan di hari itu, rasa sakit di hari itu. Aku mencintai segalanya, karna aku bersamamu. Yang tersisa di dada ini hanya rasa sesak dari pahitnya aroma lemon. Bahkan jika hujan aku tak ingin pulang. Hingga kini kau tetap cahaya ku ”
- Kenshi Yonezu, lemon
Aku terus saja memutar lagu lagu Aimer. Karna rasanya suaranya sangat pas dengan susana hatiku. Kemudian saat membaca lirik lagu Kataomoi aku menyadari sesuatu. Aku menjadi kembali berpikir ulang tentang kejadian itu.
Apa yang aku permasalahkan dengan identitas Lemon chan? Bahkan jika wajah nya tidak secantik itu, aku akan tetap meminta ia menceritakan tentang Jepang. Bahkan aku tidak merasa hatiku jatuh karna wajahnya. Aku jatuh cinta pada sifatnya yang periang. Aku jatuh cinta pada suaranya. Kenapa waktu itu aku marah hanya karna ia memalsukan identitasnya? Saat itu aku mulai merasa diriku begitu bodoh. Sial. Aku merasa menjadi pria paling buruk di dunia. Aku merindukan suara itu. Percakapan hangat itu. Aku merindukan segala cerita menyenangkan itu. Aku ingin semua itu kembali, bahkan jika harus ditipu ratusan kali lagi tak apa.
Kemudian aku memutuskan untuk melanjutkan ambisiku mengejar Jepang. Aku yakin seperti takdir yang membuatku mengenal gadis itu, dia juga akan membawaku kembali menemui Lemon chan. Aku mulai mendengar podcast untuk pemula yang ingin belajar bahasa Jepang. Aku mendengar live streaming di aplikasi twitcasting. Yang berisi orang Jepang yang berinteraksi dengan pendengar. Aku membuat twitter baru dan hanya mengikuti akun akun Jepang. Dan aku hanya membuat status dalam bahasa Jepang. Aku menonton komik di Youtube dan berusaha mengikuti gaya berbicara mereka. Dan cara cara lain.
Aku ingin mendengar suara itu sekali lagi. Tanpa penyesalan, hingga kini aku terus melangkah untuk mengejar Lemon chan. Tunggu lah
“ Entah harus mengulang beberapa kehidupan lagi. Aku yakin akan tetap jatuh cinta padamu. Karna aku yakin dikehidupan manapun kau akan tetap bernyanyi. Dan selama itu, aku akan selalu selalau dan selalu jatuh cinta pada suaramu ”.
Penulis : Katao Moi (nama pena)