MELANJUTKAN STUDI + MENCARI KEINGINAN PRIBADI DI JEPANG (Karya Lomba Menulis 2020)

lomba_2020Lomba Menulis

1. Pendahuluan dan “Teman” Orang Jepang Pertama

Awal November 2019, saya mengikuti sebuah conference terkait dengan bidang ilmu yang saya tekuni yaitu teknik lingkungan, di sebuah hotel di Bali. Peserta conference tersebut berasal dari berbagai negara, namun didominasi oleh peserta dari negara-negara di Asia Tenggara serta Jepang. Di hari pertama saat pembukaan conference tersebut, saya bertemu dengan beberapa kolega atau teman pada saat saya studi S1 dan S2 di Bandung. Teman-teman saya tersebut rata-rata melanjutkan studi S2 dan S3 mereka di Jepang. Secara pribadi, saya sendiri punya kekaguman sendiri terhadap Jepang dan segala macam kebudayaan uniknya, termasuk anime dan manga yang merupakan hobi saya sejak SMA. Singkat cerita saya bertukar cerita dengan beberapa teman saya tersebut. Salah satu teman saya, saya sebut saja EUP, memiliki seorang teman orang Jepang yang kebetulan ikut serta dalam conference ini. Namanya sebut saja OK. Terus terang saya mempunyai semacam penilaian pribadi kepada perempuan Jepang, bahwa rata-rata mereka memiliki fisik dan berpenampilan yang menarik. Tapi pada saat saya diperkenalkan dengan OK oleh EUP, ada perasaan bahwa ingin mengenal OK lebih jauh. Namun keterbatasan Bahasa menjadi penghalang, serta sifat pemalu saya sekaligus sifat agak tertutup rata-rata orang Jepang juga menjadi halangan untuk saya mengenal OK lebih dekat. Di hari terakhir conference saya sempat mengajak teman-teman saya, OK, EUP, KML, FW, serta abang V (maaf pakai nama inisial saja wkwkw) untuk jalan-jalan menikmati sunset di Pantai Kuta sambil menikmati es kelapa muda. Dan saya baru tahu kalau orang Jepang tidak bisa (atau tidak biasa mungkin, hehehe) memakan daging kelapa yang berwarna putih langsung dari buahnya. Dan ketika saya mengajak makan teman-teman termasuk OK, saya menemukan suatu pengetahuan baru kalau orang Jepang ternyata tidak kuat dengan pedas meskipun cuma sedikit (wkwkwk). Setelah menikmati makan malam, saya kemudian mengantar teman-teman membeli oleh-oleh sebelum menuju ke bandara. Pada saat itu, sejujurnya saya sangat sedih akan berpisah dengan teman-teman, terutama berpisah dengan OK. Pada saat itu, dalam hati kecil saya berkata bahwa saya harus pernah pergi ke Jepang dan menghubungi dia kembali untuk meet up di Jepang. Sebelum berpisah di pintu keberangkatan internasional bandara, saya memberikan cindramata untuk OK berupa dream catcher yang berisi tulisan mengenai arti dan makna dream catcher. Saya harap OK selalu mendapat mimpi yang indah dan bisa mewujudkan cita-cita yang dia impikan.

Foto bersama saya dengan teman-teman. Dari kiri: KML, EUP, FW, OK, dan saya sendiri

2. Keinginan Studi Lanjut ke Jepang

Balik ke hari kedua conference, sesi presentasi dilaksanakan. Oh iya, conference ini dilaksanakan selama 3 hari. Pada saat sesi presentasi parallel, saya menyempatkan diri untuk menonton presentasi dari teman-teman saya yang kebetulan waktu pelaksanaannya tidak bersamaan. Suatu lecutan terjadi pada diri saya ketika saya melihat teman-teman saya yang dahulu satu kampus, satu jurusan yang sama pada saat S1 menjadi sangat berkembang setelah melanjutkan studi di Jepang. Dalam hati kecil saya, saya merasa sangat minder, merasa bahwa saya sama sekali tidak berkembang ketika berada di zona nyaman saya, dalam hal ini tidak berani mengeksplor diri keluar negeri. Karena perasaan minder ini, saya menjadi tersadar dan sangat termotivasi untuk melanjutkan studi saya selanjutnya yaitu studi S3 ke Jepang. Selain berkembang secara akademis, teman-teman saya ini juga berkembang secara disiplin dan softskill lainnya. Dari hal tersebut, saya percaya bahwa Jepang bisa dan sangat bisa merubah pola pikir dan kedisiplinan seseorang terutama orang Indonesia yang rata-rata cenderung pemalas. Sejujurnya saya telah memiliki cita-cita untuk melanjutkan studi ke Jepang, namun rencana tersebut akan saya lakukan setelah berumur di atas 30 tahun. Namun berkat trigger yang menyerang: OK dan perasaan minder kepada teman-teman terdahulu, akhirnya saya memutuskan dengan tekad bulat untuk melanjutkan studi S3 di Jepang di tahun 2020.

3. Kenapa Jepang?

Mungkin banyak yang bertanya kenapa saya harus melanjutkan studi S3 ke Jepang, terutama banyak pertanyaan muncul dari keluarga. Beberapa saudara mengatakan bahwa di Jepang saya akan sulit mengingat saya harus belajar dari awal Bahasa Jepang. Namun tekad saya sudah bulat untuk melanjutkan studi ke Jepang. Secara formal dan diplomatis, mungkin alasan saya memilih lanjut studi ke Jepang adalah karena rata-rata universitas di Jepang memiliki standar pembelajaran yang sangat tinggi sehingga dengan iklim seperti itu, otomatis kita akan berkembang menjadi pribadi dan akademisi yang baik. Selain dari kualitas pendidikan yang tinggi, tingkat kedisiplinan dan gaya hidup orang Jepang yang membuat saya sangat kagum dan sangat termotivasi untuk melanjutkan studi ke Jepang. Itu mungkin jawaban versi diplomatis saya. Jawaban versi sejujur-jujurnya adalah tentu saja AKIHABARA! Anime, manga, games, dan lainnya, sejujurnya saya tidak bisa membayangkan ketika nanti saya benar-benar ada disana. Surga dunia mungkin untuk saya. Selain itu, makanan dan juga street food Jepang, mmmm. Memikirkan ramen, gyoza, sushi, takoyaki, okonomiyaki, taiyaki, dan semuanya membuat liur saya terus mengalir. Bahkan mungkin isi history dari akun youtube saya adalah terkait makanan-makanan ini (wkwkwk). Dan untungnya, saya tidak punya masalah dengan makanan non-halal (hehehe). Alasan tidak penting (atau penting ya? wkwkw) lainnya ya tentu saja ingin bertemu dengan OK dengan harapan bisa mengenal OK lebih jauh (hehehe, semoga mimpi yang jadi kenyataan ya, amin).

anime + manga favorit saya, One Piece dan Karakai Jouzo no Takagi-san (meskipun sudah cukup berumur, saya masih suka dengan beberapa anime dan manga hehehe)

4. Kenapa University of Yamanashi?

Dengan berbekal tekad yang kuat, saya mencoba mencari calon professor sebagai calon pembimbing saya nanti di Jepang, yang sesuai dengan bidang spesifik yang saya tekuni. Muncullah nama Profesor EH dari University of Yamanashi atau yang biasa disingkat UoY. Saya buka tab lain di internet browser saya, kemudian saya mencari dengan kata kunci “Yamanashi”. Ternyata Yamanashi merupakan suatu perfektur (semoga tidak salah kata) di Jepang dimana Gunung Fuji terletak. Perfektur Yamanashi berjarak relatif tidak jauh dari Tokyo Metropolitan Area (jauh dekat itu relatif sih hehehe) sehingga rasanya sangat tepat untuk saya tinggal disana. Sejujurnya saya lebih memilih untuk tinggal di daerah dimana foreign people nya masih sedikit, namun tidak terlalu jauh dari Tokyo karena kebanyakan teman-teman saya melanjutkan studi di daerah sekitar Tokyo (dan tentu saja agar tidak terlalu jauh dari Akihabara wkwkwk). Dengan modal Bahasa Inggris yang pas-pasan, saya menghubungi Profesor EH melalui email. Kemudian kurang lebih sehari setelahnya dibalas dengan sangat ramah dan menyambut baik keinginan saya untuk melanjutkan studi di Jepang. Profesor EH hanya mempermasalahkan masalah beasiswa saya karena beliau bilang biaya hidup di Jepang relatif mahal. Dan sejujurnya sampai saat ini saya masih belum mendapatkan beasiswa. Beasiswa dari pemerintah Indonesia (LPDP) ataupun dari pemerintah Jepang (MEXT) mensyaratkan bahwa waktu keberangkatan ke Jepang atau negara tujuan lainnya adalah setahun setelah mendapatkan beasiswa. Sedangkan saya telah lulus dalam interview yang dilakukan oleh Profesor EH beserta anggota laboratorium lainnya dan harus berangkat pada September 2020. Di satu sisi saya sangat senang dan bangga bisa lulus interview, disisi lain masih risau karena masih belum mendapatkan beasiswa. Profesor EH menyarankan saya menghubungi pihak UoY agar mendapat exemption untuk uang SPP tahunan dan biaya masuk awal. Februari 2020 saya akan mengajukan itu dan semoga saya mendapatkan kemudahan sehingga bisa fokus studi S3 saya disana.

Admission Letter dari University of Yamanashi. (Karena benar-benar tidak mengerti, saya menggunakan google translate untuk menterjemahkannya wkwk)

5. Penutup

Begitulah sedikit cerita dan curhatan saya terkait keinginan saya melanjutkan studi S3 di Jepang. Saya tentu saja berharap mendapat yang terbaik untuk saya terkait hal ini, dan semoga ketika saya telah berada di Jepang saya bisa cepat beradaptasi, lulus tepat waktu, bisa mengaplikasikan keilmuan saya terkait teknik lingkungan terutama terkait river basin management, bertemu kembali dengan OK (meskipun dia di masa depan mungkin sudah bersama dengan yang lain, hiks), dan yang terakhir bisa mengunjungi tempat impian saya yaitu AKIHABARA!

Penulis: MSA