Kilas Balik dari Pengalaman yang Tak Terduga dengan Orang Jepang (Karya Lomba Menulis 2020)
A. Program BIPA
Memiliki seorang sahabat dari luar negeri mungkin menjadi impian bagi kebanyakan orang. Termasuk salah satunya bagi saya. Sejak berada di bangku Sekolah Tingkat Kejuruan (SMK) saya mempunyai keinginan untuk dapat memiliki sahabat dari luar negeri. Salah satunya yaitu dari Jepang. Mengapa saya memilih Jepang?, karena berkat dari keunikan budaya dan juga bahasanya yang khas itu yang mampu mendorong saya untuk mengenal lebih jauh seputar Jepang, yakni melalui berteman dengan orang dari Negeri Sakura tersebut. Namun keinginan saya untuk mempunyai sahabat dari Jepang itu sempat terkubur sampai saya masuk bangku kuliah. Seiring berjalannya waktu keinginan saya itu pun terwujud. Dengan terpilihnya saya menjadi bagian salah satu Peer-Tutor (Instruktur Sebaya) bagi mahasiswa asing khususnya dari Jepang untuk program BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) yang di selenggarakan oleh ISP (Indonesian Studies Program) STIE MCE (ABM) Malang yang bekerja sama dengan Kanda University, Jepang. Program BIPA merupakan program tahunan yang diadakan oleh pihak kampus saya selama satu bulan. Program BIPA ini dikenal dengan nama “Program Bunga”, dinamakan Program Bunga karena menyesuaikan dengan waktu musim bunga di Jepang. Di Program ini mahasiswa Jepang belajar mempraktekkan Bahasa Indonesia kepada orang Indonesia yang ada di Malang serta belajar tentang wisata, budaya dan kesenian dari Malang selama satu bulan dengan di dampingi oleh satu Peer-Tutor mahasiswa Indonesia untuk satu mahasiswa Jepang. Mahasiswa dan mahasiswi dari Jepang ini sebelumnya belum pernah berkunjung dan tinggal di Indonesia sehingga saat pertama kali mereka berada di Indonesia khususnya di Malang mereka sempat terkejut dengan budaya di Indonesia. Seperti terkejut dengan adanya hewan melata dan merayap di Indonesia yang jarang ditemui di Jepang, kebiasaan waktu makan warga penduduk Indonesia di desa yang bisa makan kapan saja karena diatas meja makan tersedia kapanpun. Kebiasaan adzan berkumandang saat waktu sholat tiba, kebiasaan sholat atau beribadah bagi orang Islam di Mushola atau Masjid bahkan di tempat umum dan juga terkejut melihat pasar tradisional dan jajanan tradisonal di Indonesia. Serta kebiasaan orang Indonesia yang mengantarkan anaknya pergi sekolah dan juga datang terlambat saat memenuhi janji. Ini mungkin sangat jarang di jumpai di Jepang. Pengalaman ini saya alami saat saya mendampingi mahasiswi Jepang saya selama program dan saat ada kelas luar ke tempat wisata, sekolah, dan kunjungan ke pasar tradisional. Melalui program BIPA di tahun 2014 ini tidak hanya pengalaman yang tak terduga diatas yang saya alami bersama Natsuko, mahasiswi saya. Melainkan saya juga bisa belajar banyak hal dari Natsuko seputar kebiasaan-kebiasaan kecil orang Jepang, berdiskusi seputar kehidupan di Jepang dan Indonesia, dan lain sebagainya. Tidak hanya itu, meskipun program sudah lama telah berakhir saya dan Natsuko tetap berkomunikasi dan bersahabat sampai sekarang.
B. INA-JPN (Indonesia- Jepang) Community
INA JPN merupakan nama sebuah komunitas yang dibentuk oleh lembaga ISP STIE MALANGKUCECWARA Malang, tempat dimana saya mengambil kuliah sarjana saya. INA-JPN ini anggotanya terdiri dari mahasiswa dan mahasiswi dari STIE MALANGKUCECWARA (ABM) Malang. Baik dari mahasiswa yang pernah menjadi Peer- Tutor di Program BIPA, Peer-Tutor di Program Darmasiswa maupun mahasiswa ABM yang belum pernah menjadi Peer-Tutor dan anggota dari mahasiswa Jepang yang tengah mengikuti program BIPA, Program Darmasiswa di ABM atau mahasiswa Darmasiswa di luar kampus ABM. INA-JPN ini merupakan sarana belajar bagi mahasiswa ABM untuk berorganisasi dan tempat belajar bagi calon peserta Peer-Tutor untuk mengenal lebih dalam tentang budaya sebuah negara. Salah satunya budaya negara Jepang. INA-JPN ini terdapat beberapa kegiatan yang diadakan oleh anggota INA- JPN beserta mahasiswa dari Jepang. Seperti: kegiatan kelas belajar Bahasa Jepang bersama, kegiatan memasak bersama masakan Indonesia dan Jepang, kegiatan menonton bersama (nobar) film dan anime Jepang dan ada kelas presentasi seputar tempat tinggal dan budaya masing-masing anggota. Setiap kali ada acara Festival Indonesia dan Festival Jepang di Malang saya dan teman-teman anggota dari INA JPN biasanya ikut mendampingi mahasiswa dan mahasiswi Jepang untuk melihat kedua festival yang berbeda budaya itu. Saat saya sudah lulus dari ABM sekitar tahun 2015, INA-JPN Community ini sudah berganti nama menjadi “MICC”, yang merupakan singkatan dari Malang International Cultur Community. Kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh MICC ini tidak jauh beda dengan program di INA-JPN Community sebelumnya. Hanya saja di MICC ini ada penambahan satu program baru yang diadakan. Yakni, bernama “Program Interntional Study”. International Study ini pesertanya tidak hanya mahasiswa dari Jepang yang ikut program BIPA, Darmasiswa saja melainkan ada mahasiswa dari negara lain juga yang ikut berpartisipasi. Program International Study ini tidak hanya ajang perkenalan budaya, makanan dari beberapa negara. Melainkan itu sebagai tempat ajang reuni bagi saya alumni Peer-Tutor di Program BIPA bersama para Peer-Tutor yang lain yang datang ke acara ini, tempat bertemu kembali dengan dosen, serta bertemu dengan teman lama saya dari Jepang yang bekerja di Indonesia dan bertemu langsung dengan teman baru Jepang yang saya kenal melalui facebook yang kebetulan teman baru saya itu terlibat di Program Japan Fondation Nihongo Partner.
C. Pengelola Situs Media Online Jejepangan
Menjadi bagian di tim pengelola situs media online Jejepangan di Indonesia mungkin tidak pernah saya impikan sebelumnya. Mengingat saya bukan lulusan dari sastra Jepang ataupun IT. Tawaran untuk menjadi bagian team di salah satu media, sebut saja GemarJepang itu datang begitu saja. Berbekal hobi saya yang suka menulis dan mempunyai keahlian bahasa asing dan bahasa Jepang yang masih minim, saya pun menerima tawaran dari salah satu owner media online jejepangan saat itu. Di situs media online ini saya bertugas sebagai penulis berita, terkadang merangkap sebagai editor, admin dan juga jurnalis. Terkadang apabila media kami menjadi media partner di Festival Jepang yang ada di Indonesia, saya, owner dan tim lainnya berbagi tugas untuk meliput secara langsung Festival Jepang ini yang kemudian kami posting hasil tulisan kami ke media online yang kami kelola. Selama menjadi jurnalis saya dan tim lainnya di media kami diberi kebebasan untuk meliput festival Jepang yang tengah berlangsung, mewancarai pengunjung, panitia maupun mewancarai bintang tamu dari Jepang. Saat saya masih menjadi jurnalis di festival Jepang, saya pernah bertemu dan berkesempatan untuk mengobrol santai bersama musisi asal dari Jepang, yaitu Hiroaki Kato, dan bisa bertemu dengan beberapa cosplayer dari Jepang. Bisa bertemu dengan Hiroaki Kato san beserta secara langsung membuat saya ingin belajar seputar dunia musik Jepang, menciptakan lirik-lirik lagu yang indah serta belajar Bahasa Jepang lebih giat lagi agar saya bisa menerjemahkan lagu, maupun menerjemahkan novel ataupun dokumen dalam Bahasa Jepang.
Itulah sekilas tulisan saya mengenai pengalaman saya dengan orang Jepang. Semoga bermanfaat.
Penulis: Ida Royani