Berteman dengan Orang Jepang? Siapa takut (karya lomba menulis 2022)

lomba_2022Lomba Menulis

Jepang merupakan salah satu negara unik dan spesial bagi sebagian orang yang menaruh hati pada Negeri Matahari tersebut. Budaya tradisional dan modern dapat hidup berdampingan tanpa mengurangi kualitas dan nilai dari kedua budaya itu sendiri. Dan bagiku sendiri Jepang merupakan Negara yang sangat menarik perhatianku, baik dari segi budaya, teknologi, hiburan hingga kehidupan sosial masyarakatnya. Tidak sedikit, termasuk aku, saat pertama kali menyukai Negara Jepang aku ingin sekali berinteraksi dengan masyarakatnya. Walaupun sampai detik ini aku masih belum bisa menginjakkan kaki ke sana itu tidak membuatku patah semangat untuk mencari kenalan masyarakat Jepang, baik muda ataupun tua dan baik laki-laki maupun perempuan. Apa yang bisa ku andalkan? Ya, teknologi media sosial. Aku menggunakan media sosial Twitter karena media ini merupakan media sosial yang paling banyak digunakan oleh mereka (dan jujur juga aku juga sangat nyaman menggunakan media sosial ini) Berangkat dari rasa penasaran dan ingin mempunyai kenalan orang Jepang, aku nekat berkenalan dengan menggunakan statusku sebagai salah satu fans berat dari band ternama asli Osaka, L’Arc~en~Ciel. Kejadian ini terjadi pada tahun 2011 dan dari sinilah aku mulai memahami bagaimana karakter orang Jepang, bagaimana kebiasaan atau etika mereka saat berkenalan dengan orang asing melalui media sosial dan hal-hal lain yang mungkin kalian belum mengetahuinya. Dan semoga pengalamanku berkenalan dan berteman dengan orang Jepang dapat menjadi “pengetahuan” tambahan bagi kalian.

Aku dan Rabbit

Seperti yang sudah aku sebutkan di atas, aku mulai mencari kenalan dengan melihat satu-persatu akun yang membalas salah satu postingan di akun resmi band tersebut dan bertemulah aku dengan akun yang memakai nama Rabbit ini. Aku yang masih belum mengetahui bagaimana etika berkenalan dengan orang Jepang melalui media sosial langsung menanyakan nama dan dimana dia tinggal (Aku menggunakan Bahasa Jepang dasar dan beruntungnya aku dia bisa berbahasa Inggris walaupun dia bilang bahasa Inggrisnya masih jelek, padahal sudah sangat bagus) Komunikasi kami lancar dan saat itu kami banyak bercerita bagaimana awal mula kami menyukai band yang sama, saling mengomentari cuitan atau foto yang kami unggah. Oh iya, “Rabbit” ini adalah seorang mahasiswi saat itu yang tinggal di Kanagawa. Hingga suatu ketika saat aku mengomentari salah satu cuitannya tiba-tiba dia langsung memblokirku. Bingung? Sudah pasti. Lama aku memikirkan apa alasan dia memblokirku dan aku hanya bisa menarik kesimpulan mungkin aku memberikan komentar dengan bahasa yang tidak sopan dan membuatnya tersinggung. (Aku mencoba menggunakan bahasa Jepang dan maaf aku tidak bisa membagi ke kalian kalimat seperti apa yang aku ketik saat itu) Lantas aku kapok untuk mencari kenalan orang Jepang lagi? Tentu saja tidak. Kejadian itu merupakan pelajaranku untuk lebih berhati-hati lagi dan aku harus lebih megerti lagi bagaimana karakter mereka yang sangat berbeda dengan orang Indonesia pada umumnya.

Datang dan pergi

Satu tahun berlalu, dua tahun berlalu, tiga tahun berlalu dan orang-orang Jepang yang aku temui di media sosial Twitter juga silih berganti. Ada yang pemalu, ada yang langsung memblokirku, ada yang mengabaikan salam perkenalanku hingga ada yang mulai berkomunikasi denganku tapi tiba-tiba hilang begitu saja. Akan tetapi tidak sedikit juga yang sampai sekarang masih berkomunikasi denganku walaupun jarang. Tidak apa, lagipula aku juga tidak masalah jika hanya hitungan jari aku bisa berteman baik dengan orang Jepang. Selain aku telah mengerti sifat pemalu mereka dan sulit untuk membuka diri untuk orang asing, aku juga memegang prinsip kualitas dan bukan kuantitas dalam mencari pertemanan. Walaupun di daerah tempat tinggalku agak sulit untuk menemukan orang Jepang, tapi lama-kelamaan aku mulai bisa megimbangi kebiasaan dan memahami “aturan” bila kita ingin berteman dengan mereka lewat media sosial. Datang dan pergi mereka juga mempunyai alasan. Mereka memang pemalu, tapi percayalah mereka pemalu hanya karena mereka bingung dan sulit untuk mengungkapkan ekspresi dan keinginan mereka saja.

Aturan Main

Setelah melewati berbagai cerita saat mencari teman orang Jepang, aku mulai bisa membaca kebiasaan mereka saat berkomentar atau berkenalan dengan orang baru melalui media sosial Twitter. Mungkin hal ini tidak lumrah kita lakukan, tapi inilah yang mereka lakukan dan tanpa aku sadari aku menerapkan hal ini di kehidupan pribadiku. Bila kalian ingin berkenalan dan memberikan aisatsu (salam perkenalan) alangkah baiknya kalian mengucapkan permisi terlebih dahulu. Lalu setelah mendapatkan balasan dan jika kalian ingin mengikuti akun media sosialnya, lebih baik untuk menanyakan juga apakah boleh untuk mengikuti akunnya atau tidak. Hal ini bisa kalian lakukan jika kalian tidak ingin berkenalan di cuitan di akun mereka dan ingin mengirim pesan pribadi. Hanya kalian harus lebih hati-hati jika kalian ingin mengirim pesan pribadi. Lalu hindari untuk mengikuti akun pribadi mereka, baik akun yang terkunci ataupun tidak (tapi hampir kebanyakan akun pribadi orang Jepang memang terkunci) Sekalipun kalian mengetahuinya, kalian juga tidak boleh asal untuk mengikuti atau meminta mereka untuk menerima permintaan kalian (kecuali bila kalian sudah benar-benar dekat dan akrab) Lalu jangan sembarangan juga untuk screen shoot hasil percakapan kalian, baik itu melalui cuitan di akun mereka, di dalam pesan pribadi terlebih lagi hasil percakapan pribadi kalian melalui LINE dan mengunduh serta menyertakan akun mereka. Mereka sangat tidak suka itu dan bagi mereka itu hal yang bersifat pribadi dan bukan untuk di pamerkan kepada orang lain. Oh iya, screen shoot juga merupakan hal yang bersifat sensitif dan kita tidak boleh sembarangan melakukannya. Bahkan aku pernah ditegur dengan salah satu temanku orang Jepang saat aku melalukan screen shoot di Instagram Live dan mengunduhnya ke Twitter. Screen shoot berita pada website, memfoto atau merekam siaran di TV dan membagikannya di media sosial juga tidak bisa sembarangan. Ya, Jepang memang sangat ketat dalam peraturan ini. Dan bukan tidak mungkin akun kalian bila sering melakukan screen shoot secara sembarangan dan mengganggu mereka, maka akun kalian bisa di laporkan ke pihak Twitter. Memang aturan-aturan seperti ini tidak biasa bagi kita, tapi bukankah jika kita ingin mempunyai dan berteman baik dengan masyarakat Jepang kita harus mengetahui hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan, bukan?

Begitulah pengalamanku mencari teman orang Jepang melalui media sosial. Walaupun hingga saat ini aku masih mendapatkan pengalaman tidak menyenangkan ketika berkenalan dan berteman dengan orang Jepang, tapi hal ini tidak membuatku takut untuk menjalin pertemanan dengan mereka. Semoga ceritaku ini dapat kalian ambil pelajaran dan semoga kalian yang belum mempunyai teman orang Jepang bisa segera menemukannya dan bagi kalian yang sudah menemukan hingga saat ini masih berteman baik semoga hubungan pertemanan kalian langgeng ya. 🙂

Penulis: Rr Yunida Ariyanti