Janji Dan Orang-Orang Yang Membuatku Semangat Belajar Bahasa Jepang
1. Awal Tertarik Dengan Jepang
Aku tidak tahu pasti sejak kapan aku mulai tertarik dengan Jepang. Sepertinya sejak kecil, saat aku memainkan game asal negeri sakura seperti Harvest Moon dan Densha De Go! Aku mulai tertarik dengan Jepang. Saat bermain game Harvest Moon, Aku selalu membayangkan hidup di negara yang memiliki 4 musim itu luar biasa. Pada saat itu aku belum terpikirkan untuk belajar bahasa Jepang, mungkin karena saat itu aku masih kecil, hehe.
Pada tahun 2014, Saat aku memasang televisi satelit berlangganan, aku selalu menonton dorama dan film asal Jepang setiap hari. "Proposal Daisakusen" adalah judul dorama pertama yang aku tonton. Dorama ini yang membuat aku jatuh cinta lagi dengan Jepang. Tetapi, pada saat itupun aku masih belum terpikirkan untuk belajar bahasa Jepang. Sampai pada saat tahun 2015, aku menonton sebuah film yang berjudul "Taiyou No Uta".
Aku mengenal YUI dari sebuah film berjudul "Taiyou No Uta", aku sangat jatuh cinta pada sosok wanita yang memainkan gitar dan bernyanyi di film itu. Saat menonton film itu, Aku berjanji pada diriku sendiri untuk menemuinya suatu hari nanti. Setelah menonton film, aku mulai mencari di internet, siapa wanita itu. Dia adalah YUI. Aku kaget saat tahu bahwa YUI sudah mulai bernyanyi sejak tahun 2004, sedangkan aku baru mengenalnya pada tahun 2015. Setelah itu, aku mulai mendengar lagu-lagu YUI, lagu-lagu YUI lah yang membuatku semakin cinta dengannya. Lirik lagu dan musik YUI selalu membuatku bersemangat. Pada saat itu aku berpikir untuk mempelajari arti dari lirik lagu YUI. Setelah mengenal YUI aku mulai berpikir untuk belajar bahasa Jepang, tapi, aku tahu bahasa Jepang itu sangat sulit, sampai pada awal 2018 aku mulai memberanikan diri untuk mulai belajar.
2. Berkenalan Dengan Orang Jepang Di Media Sosial
Pada awal 2018 aku mulai belajar bahasa Jepang dari nol. Agar aku terbiasa untuk membaca huruf hiragana, katakana dan kanji, aku memutuskan untuk memfollow orang jepang di twitter. Entah apa yang aku pikirkan waktu itu, aku juga memfollow akun twitter orang Jepang yang digembok. Akun itu menerima permintaanku, tetapi beberapa hari kemudian akunku diblokir, padahal aku hanya memberi like pada tweetnya, hehe. Sejak saat itu aku mulai berhati-hati, karena memang di sosial media pun orang Jepang memiliki privasi yang tinggi.
Tidak lama kemudian, aku berkenalan dengan cewek Jepang, dia berasal dari Hiroshima. Namanya Masami (bukan nama yang sebenarnya). Masami adalah teman Jepang pertamaku di media sosial. Masami lebih tua 2 tahun dariku. Kita saling berbalas DM (Direct Message) hampir setiap hari. Kita membahas tentang pekerjaan dan hal lainnya. Kita sampai berbicara tentang zodiak. Ternyata dia memiliki zodiak yang sama denganku. Bahkan, hari ulang tahun dia hanya berbeda 2 hari denganku. Saat itu baru sekitar 2 bulan aku mulai belajar, tetapi aku sudah mempunyai keberanian untuk chatting dengannya. Aku harus bolak-balik ke Google Translate untuk menerjemahkan kanji yang dia tulis, tetapi di sisi lain itu membuat bahasa Jepangku menjadi lebih baik. Sekarang kita jarang mengirim chat lagi, tapi setiap tahun, ketika kita berulang tahun, kita saling mengucapkan selamat ulang tahun.
Setelah itu, aku berkenalan lagi dengan seorang cewek Jepang lewat twitter. Dia adalah fans YUI yang tinggal di Kumamoto. Namanya Aiko (bukan nama yang sebenarnya) Di DM twitter kita banyak berbicara tentang YUI, dia sangat kaget saat aku ceritakan di Indonesia setiap tahun saat YUI berulang tahun, fans YUI di Indonesia berkumpul untuk merayakannya. Dia kaget, karena di luar Jepang fans YUI ada sangat banyak. Dia sangat baik sekali, saat menonton konser YUI dia memberikan foto tempat konser YUI kepadaku, dan dia pernah bilang "Jika suatu hari nanti kamu pergi ke Kumamoto dan YUI mengadakan konser, ayo kita nonton konser bersama-sama". Pada saat YUI mengadakan konser di Tokyo, aku bertanya kepada Aiko-San "Apa kamu tidak menonton konser YUI di Tokyo?" dia menjawab "Sampai sekarang aku belum pernah pergi ke Tokyo." Sejak saat itu aku mulai sadar, ternyata Jepang sangat luas, hehe.
Waktu itu aku baru sekitar 3 bulan belajar, tapi aku sangat berani sekali untuk berbicara dengan orang Jepang. Sebenernya di twitter aku memiliki banyak pengikut orang Jepang, dan sering mengobrol juga, tapi mereka berdua sangat berkesan buatku. Pada akhirnya, pada saat itu aku memutuskan untuk tidak mengirim DM kepada mereka lagi, karena aku berpikir mungkin aku hanya mengganggu mereka. Satu bulan setelah aku tidak tidak berkomunikasi lagi dengan mereka berdua, tepatnya pada bulan September 2018, saat aku membuka permintaan pesan di Facebook, aku tidak menyadari bahwa ada seseorang yang mengirimi aku pesan.
3. Aku Sudah Menganggapnya Sebagai Kakak
Bulan September 2018, saat aku membuka permintaan pesan di Facebook, ada sebuah pesan masuk dari orang yang tidak aku kenal.
"Hy, Nama saya Sakura (bukan nama yang sebenarnya)." Dia menggunakan bahasa Indonesia pada saat mengatakan itu. Lalu kalimat setelahnya dia menggunakan bahasa Jepang. Dia meminta aku untuk menjadi temannya, lalu aku membalas dengan bahasa Jepang "Ya, aku juga ingin menjadi temanmu, mohon bantuannya". Setelah itu, kita selalu menggunakan bahasa Jepang, dia membalas chatku dengan memberikan ID LINE miliknya "Ini ID LINE aku, aku jarang memainkan Facebook, aku ingin mengobrol denganmu, jangan khawatir aku bukan orang jahat". Aku terkejut, karena dia langsung memberikanku ID LINE miliknya, padahal sejauh yang ku tahu orang Jepang memiliki privasi yang sangat tinggi.
Setelah itu, aku bertanya di LINE kepadanya "Darimana kamu tau Facebookku? Kenapa kamu ingin berteman denganku? Kenapa kamu memberikan ID LINE, padahal kita baru kenal?". Dia menjawab "Maaf, aku sebenarnya sudah mengenalmu di Twitter, tapi aku tidak tau menggunakan Twitter, lalu aku mencari akunmu di Facebook, sangat sulit menemukan akun Facebookmu, tapi akhirnya aku menemukannya. Aku sering melihat Twitter kamu, aku pikir kamu orang baik, jadi aku mempercayai kamu. Aku belum pernah ke Indonesia, tapi aku mempunyai ketertarikan terhadap Indonesia, aku ingin pergi ke Bali suatu hari nanti."
Setelah itu, kita berkomunikasi lewat chat hampir setiap hari, kita banyak membahas tentang Indonesia dan Jepang. Misalnya dia pernah bertanya tentang makanan kepadaku, "Apa kamu tahu tentang natto? natto biasanya disukai oleh orang yang berada di wilayah Kanto, karena aku berasal dari wilayah kanto, aku menyukainya. aku suka memakannya dengan nasi hangat, tapi orang asing membenci natto karena baunya. walaupun bau, natto bagus untuk tubuh. Mungkin, kamu juga akan membenci natto, jika kamu memakannya. Kalau kamu ke Jepang, ayo kita makan natto bersama-sama." Lalu aku membalasnya "Oh begitu yah, apa kamu tahu durian? Durian adalah buah. Durian sangat disukai orang Indonesia, tapi tidak disukai orang orang asing. karena baunya yang menyengat." Sakura San membalas nya "Ahh, aku tau durian. Teman kerjaku pernah memakan permen durian saat bekerja, aku tidak tahu dimana dia membelinya, tapi aku mual saat mencium bau permen itu." Saat itu hampir setiap hari kita mengirim chat. Saat pagi dia menyapaku dengan "ohayo" dan saat pulang bekerja dia selalu mengatakan "otsukaresamadeshita".
Beberapa bulan setelah mengenalnya, aku merasa sangat dekat dengan Sakura San, tetapi kita berdua masih memanggil nama dengan akhiran "San", padahal Sakura San lebih tua dariku. Akhirnya aku bertanya kepadanya "Apakah tidak apa-apa jika aku memanggil kamu Sakura nee-chan? Kita sudah mengenal cukup lama, lagipula aku tidak mempunyai kakak perempuan". Dia menjawabnya "Ya tentu boleh, sejak sekarang aku akan menjadi kakakmu. Apakah dalam bahasa Indonesia ada panggilan untuk seorang adik?" Aku menjawabnya " Ya, biasanya memanggil dengan sebutan adik." Dia membalas "Mulai sekarang aku akan memanggilmu adik Rudy". Sejak saat itu hubungan kita sangat dekat, kita saling curhat masalah pribadi dan mengirimkan foto dan video. Contohnya saat salju turun di depan rumahnya, dia merekamnya dan mengirimkan video itu kepadaku, saat bunga sakura mekar juga, dia memotretnya untukku. Bahkan aku pernah mendengar curhatan Sakura nee-chan sampai jam 1 pagi waktu Indonesia. Walaupun sangat sulit bagiku untuk mengartikan semua kanji, tapi Sakura nee-chan mengerti sekali kemampuanku, dia selalu menuliskan furigana di setiap kanji yang menurut dia sulit.
Pada bulan Januari 2019, dia berkata "Jika kita berdua tidak sibuk, bagaimana jika aku menelpon kamu?". Lalu setelah kita berdua tidak sibuk, akhirnya dia menelponku.
Pada saat itu adalah pertama kali bagiku untuk menelpon orang asing. "Moshi Moshi", ketika mendengar suara itu aku langsung gugup. Sakura nee-chan tidak mengerti bahasa Inggris, apalagi bahasa Indonesia. Setelah itu dia berkata dengan bahasa Jepang "Jangan khawatir, aku akan berbicara dengan perlahan." Di telepon ketika ada perkataan dia yang tidak aku mengerti, aku hanya berkata "Sou desuka? sou desune." Begitupun saat dia bertanya kepadaku, ketika dia bertanya, tapi aku tidak mengerti, aku langsung mengalihkan pembicaraan. "Apa sekatang di Jepang dingin? Apakah sudah masuk musim semi ?". Tanpa disadari sudah 20 menit kita berbicara. Aku terlalu banyak terdiam di telepon. Saat itu aku bingung bagaimana cara mengakhiri pembicaraan saat di telepon dengan bahasa Jepang. Akhirnya aku memutuskan telepon dengan tiba-tiba. Setelah itu aku langsung mengirim chat kepada dia "Maaf ya, sinyalnya jelek, jadi tiba-tiba terputus." Aku berbohong kepada dia, hehe. Dia berkata "Tidak apa-apa, suara adik lembut, saya pikir adik orang yang baik, jika ada waktu, ayo kita teleponan lagi."
Beberapa bulan setelahnya saat aku memutuskan untuk mengikuti ujian JLPT N4 aku menceritakan tentang JLPT kepada dia di chat. Lalu, dia sangat bingung kepadaku, kenapa aku memulainya dengan level yang mudah, padahal menurutnya aku bisa berkomunikasi dengan baik dengan orang Jepang. Dia seperti kakak bagiku, dia selalu memuji diriku, tapi dia juga tidak segan untuk memarahiku jika aku berbuat salah, tapi, setelah memarahiku dia berkata "Maaf jika aku terlalu tegas, ini karena kasih sayang seorang kakak."
Pada saat sehari sebelum ujian JLPT dia menelponku untuk memberikan semangat. Itu kedua kalinya kita saling berbicara di telepon. Agar di telepon aku tidak banyak diam, aku sudah menulis di kertas apa saja yang akan aku tanyakan kepadanya, hehe. Saat di telepon aku berjanji kepadanya untuk lulus JLPT N4, dia berkata "Tolong jangan gugup besok, jika gugup ingat aku dan ingat janji kamu, semangat!!" Setelah aku selesai mengikuti ujian, dia langsung bertanya "Bagaimana ujiannya? Btw, hari ini tanggal 7 Juli, hari ini hari Tanabata, apa adik tau Tanabata? Saat tanabata orang menulis permohonan, apa permohanan adik?" Aku menjawab "Ya, ujian berjalan dengan baik, aku tidak tau Tanabata, aku ingin lulus JLPT.
Pada saat pengumuman hasil JLPT diumumkan aku sangat senang karena ternyata aku lulus, begitu juga Sakura nee-chan. Keesokan paginya, sebelum dia berangkat kerja, saat di dalam mobil, dia ingin menelponku untuk menyampaikan selamat. Itu ketiga kalinya kita saling bertelepon. Saat itu kita hanya bertelepon sekitar 8 menit, karena dia hanya ingin menyampaikan selamat kepadaku. Aku sangat senang, karena bisa menepati janjiku kepada Sakura nee-chan untuk lulus JLPT.
Pada akhir tahun 2019, kita sangat jarang berkomunikasi, bahkan saat tahun baru 2020, tidak ada ucapan tahun baru darinya. Aku sudah menunggu 44 hari kabar darinya, aku sangat khawatir, padahal saat tahun baru 2019, kita saling merayakannya bersama. Saat tahun baru 2019 dia menunggu sampai jam 2 pagi waktu Jepang untuk mengucapkan "Selamat Tahun Baru" kepadaku, padahal keesokan paginya dia berencana untuk pergi ke kuil untuk berdoa. Saat itu, sambil menunggu pergantian tahun baru, Sakura nee-chan merekam acara televisi di Jepang, lalu mengirim kepadaku.
Bulan Januari 2020 dia memberitahuku pada akhir 2019, ada salah satu anggota keluarganya yang meninggal dunia. Dia tidak bisa mengucapkan "Selamat Tahun Baru" karena sedang dalam masa berkabung. Aku kaget mendengarnya, itu salah satu hal yang aku belum tahu tentang Jepang, bahwa tidak bisa mengucapkan "Selamat Tahun Baru" saat dalam masa berkabung. Mungkin hal itu dikarenakan tidak baik mengucapkan "Selamat" kepada orang yang sedang berkabung.
Itulah sedikit ceritaku dengan seseorang yang sudah aku anggap sebagai seorang kakak.
4. Aku Ingin Selalu Terus Belajar
Sekarang aku memiliki sertikat JLPT N4, tapi aku sudah memutuskan ingin terus belajar. Sebuah janji pada diriku sendiri untuk menemui YUI dan seorang kakak yang membuatku bersemangat. Sakura nee-chan pernah berjanji kepadaku, dia berkata "Jika suatu hari nanti adik bisa pergi ke Jepang, aku ingin mengajak adik pergi ke suatu tempat, tapi tempat itu masih aku rahasiakan. Jika bisa ke Jepang kita akan pergi berdua ke tempat rahasia itu. Jadi tolong semangat belajarnya." Itulah salah satu hal yang membuatku bersemangat belajar.
Aku tau bahasa Jepang itu sangat sulit, tetapi aku selalu menikmatinya. Pada saat aku lelah atau tidak memiliki mood saat belajar, aku tidak memaksakan diri untuk belajar. Sejak aku belajar bahasa Jepang, aku mengerti lirik lagu-lagu YUI. Aku terbiasa untuk menulis lirik lagu YUI di buku catatanku. Aku juga bisa menemukan banyak teman, bahkan menemukan seorang kakak perempuan sejak belajar bahasa Jepang. Orang jepang sangat menghargai orang yang mempelajari budaya dan bahasanya. Di twitter ada beberapa followers orang Jepang yang tiba-tiba mengirimku pesan "semangat belajarnya, jika ada kata yang tidak dimengerti, jangan sungkan bertanya kepadaku." Orang Jepang memang memiliki privasi yang sangat tinggi, tetapi jika kita sopan dan berbuat baik pasti mereka akan mempercayai kita. Contohnya pada saat Sakura nee-chan memiliki masalah, dia selalu curhat hal pribadinya kepadaku, tetapi walaupun kita sudah berkenalan hampir 2 tahun dan hubungan kita sangat dekat, aku selalu menggunakan bahasa formal saat berbicara dengannya. Dia pernah bertanya, "Apakah semua orang Indonesia selalu menghargai orang yang lebih dewasa saat berbicara seperti kamu? apa di indonesia diajarkan untuk menghargai orang yang lebih dewasa?" Aku senang saat dia memuji diriku dan juga Indonesia.
Aku tidak tahu sampai kapan belajar bahasa Jepang, tapi aku ingin selalu terus belajar. Aku memiliki cita-cita untuk bekerja di bidang yang berkaitan dengan bahasa Jepang, aku tahu itu akan sulit terwujud, tapi aku akan berjuang dan berusaha setiap hari. Janji kepada diriku sendiri untuk menemui YUI dan dukungan dari seorang yang sudah aku anggap seorang kakak yang membuatku bersemangat untuk terus belajar.
Penulis : Rudy Adhitya