Hal Kecil yang Menjadi Target
Les Bahasa Jepang
“Les Bahasa Jepang yuk”. Ajakan teman saya di saat semester mengerjakan tugas akhir. Waktu terasa lebih bebas karena di semester akhir pelajaran kuliah sangat sedikit dan dosen pembimbing tugas akhir susah diajak bertemu. “Kenapa mesti Jepang? Bahasa mandarin kayaknya lebih banyak digunakan” balasku. “Biar bisa nonton anime tanpa subtitle hahahaha” balas teman saya yang mengajak les bahasa Jepang dan yang mengenalkan saya dengan anime. Awalnya saya hanya membaca manga, itu pun hanya dua hingga tiga manga kemudian dikenalkan anime oleh teman saya. “Yang aku baru cari-cari di internet hanya bahasa Jepang, kalo Mandarin mungkin nanti laah.” kata teman saya. “Hmm, emang udah cek tempat juga?” balasku. “Udah empat tempat sih. Ada yang daftar bareng temen, biaya pendaftaran jadi gratis.” Hmm, kalo aku minta tolong mencari tempat les mandarin akan merepotkan dan usaha teman saya telah datang ke beberapa tempat les Bahasa Jepang jadi sia-sia, mukanya juga berharap saya mengikutinya. “Ok lah, tapi kelasnya gimana? Aku belum pernah belajar sama sekali soalnya.” Balasku menyetujui ajakannya. “Ada kelas pemula dan persiapan JLPT. Pemula paling cuma katakana hiragana doang gampanglah, sendiri juga bisa. Aku udah pernah les sih pas di Jogja beberapa bulan. Langsung persiapan JLPT N5 yuk.” Apa itu JLPT N5? Dan dia udah pernah les. Terus aku akan masuk les dengan enggak tahu apa-apa. Sambil bertanya-tanya dalam hati, mungkin nanti ada jawabannya pikir saya.
Belajar Hiragana Katakana
Setelah mendapat semua jawaban dari google pertanyaan-pertanyaan yang saya bingungkan tadi. Jika dilihat sekilas hiragana dan katakana, saya merasa setuju dengan teman saya bahwa katakana dan hiragana dapat dipelajari sendiri. Beberapa hari kemudian kami mendaftar les di salah satu tempat yang kami sepakatin, dekat dengan kos dan ada promo daftar bareng temen. Setelah saya tanya kembali, ternyata persiapan JLPT N5 memerlukan kelancaran membaca hiragana dan katakana. Les dimulai minggu depan. Hanya dengan satu minggu, saya menantang diri saya untuk bisa membaca dan menulis hiragana dan katakana. Saya menyusun jadwal dalam satu minggu, tiap malam dua jam belajar hiragana dan katakana. Melihat hiragana beberapa kali, saya menyadari kalau hiragana mirip dengan bentuk romanji.
Kemiripan tersebut membantu saya mengingat nama dari tiap bentuk hiragana. Hiragana dan katakana bentuknya juga tidak berbeda jauh. Namun penggunaan katakana untuk kata serapan pada bahasa Jepang, kata yang dibentuk oleh katakana pada umumnya bahasa Inggris sehingga saya merasa mudah mengetahui arti dari kata dibentuk katakana. Berbeda dengan hiragana di mana memang bukan kata serapan, di mana tiap kata yang dibentuk harus dihapal maknanya. Saya memperbayak belajar menulis hiragana dibanding katakana. Saya membeli buku kotak-kotak besar untuk berlatih menulis. Saya mengulangi penulisan hiragana dan katakana terus menerus selama satu minggu penuh.
Memulai Les Persiapan N5
Setelah satu minggu, saya dan teman saya akhirnya memulai les bahasa Jepang kami. Pelajaran kelas persiapan JLPT terdiri dari kanji, kosa kata, tatabahasa dengan membaca, dan mendengarkan. Satu minggu terdiri dari dua pertemuan. Pertemuan pertama biasanya kanji dan kosa kata. Pertemuan kedua kanji dan tata bahasa dengan membaca. Pelajaran mendengarkan menjadi pelajaran sambilan kata sensei saya. Karena kelas bahasa Jepang pertama kali saya, saya merasa sangat canggung ditambah belum semua teman-teman sekelas masuk kelas perdana les bahasa Jepang itu. Saya merasa perlunya kemampuan lancar membaca hiragana dan katakana di dalam les persiapan ujian JLPT N5, sangat mendasar dan penting. Saya hanya berlatih dalam satu minggu sehingga terkadang masih sedikit lupa. Saya membawa tabel hiragana dan katakana saya sebagai batuan jika saya kesusahan. Pelajaran kanji yang saya rasa sangat susah karena setelah belajar cara menulis kanji dan contoh kosa katanya, diberi waktu lima menit untuk menghapal. Setelah menghapal hanya lima menit, mini tes pun dilaksanakan. Berlatih hiragana dan katakana secara teratur seminggu penuh pun belum membuat lancar dalam mambaca sehingga tes kanji sangat membuat aku kewalahan.
Dilema Kanji
Kewalahan yang dibuat oleh kanji dimulai dari berbagai hal. Yang pertama penulisan di mana kanji memiliki jumlah goresan yang lebih banyak dari hiragana, urutan penulisannya juga ada. Cara baca kanji juga terdiri dari dua yaitu on yomi dan kun yomi. Dan beberapa kanji memiliki on yomi dan kun yomi-nya lebih dari satu. Bahkan ada nanori (名乗り)yang mana cara membaca kanji untuk nama. Metode kemiripan bentuk kanji dengan romanjinya berlaku untuk beberapa kanji saja, sebagai contoh “天” dengan cara baca on yomi “テン” di mana bentuk katakana “テ” saya rasa mirip dengan huruf “T” sehingga saya mengigat kanjinya adalah “Ten” secara romanji. Namun untuk kun yominya saya rasa perlu dihapalkan karena lebih dari satu yaituあま dan あめ mungkin bisa memiripkan bentuk kanji天 dengan huruf m dibalik.
Tapi kanji itu ada banyak sekali. Untuk pemula saja sudah butuh seratusan kanji. Memirip-miripkan bentuk dengan huruf romanji malah makin membuat bingung. Metode belajar apa yang pas saya rasa untuk menghapal kanji menjadi pertanyaan besar setelah saya les bahasa Jepang kurang lebih dua minggu. Bertanya kepada sensei solusi yang didapat hanya berupa kata mengulang terus-menerus dengan membaca. Jumlah pengulangan juga dipengaruhi oleh kemampuan otak masing-masing pelajar. (Tambahan: sebenarnya ada sih metode “radicals and mnemonics” jika dijelaskan akan terlalu panjang hehe. Silahkan dicari saja maka sebenarnya urutan menggores kanji itu sangat menarik).
Melewati Les Persipan Ujian JLPT N5
Tempat les merancang durasi les persiapan JLPT berjangka waktu kurang lebih dua bulan. Setelah les persiapan JLPT kebetulan pas dengan jadwal ujian JLPT di Indonesia. Awalnya saya hanya santai aja saja, sekedar les bahasa Jepang tanpa ada memikirkan untuk mengikuti ujian JLPT. Saya juga merasa kemampuan membaca tulisan hiragana dan katakana masih kaku. Di dalam kelas ada enam orang, dua orang perempuan dan empat orang laki-laki. Seperti pada umumnya perempuan dalam kelas, kedua perempuan ini memiliki prestasi super saat setiap mini tes dan kuis. Teman saya juga sudah menghapal beberapa kosa kata karena sudah pernah les sebelumnya sehingga membantu proses membaca. Kemampuan saya yang masih terbatas membuat saya semakin kewalahan saat mini tes bukan hanya kanji namun kosa kata dan tata bahasa juga. Saya pikir perlunya ada motivasi untuk dapat lebih giat. Saya membuat target kecil sebagai motivasi layaknya misi dalam game yaitu mengalahkan nilai kuis kanji kedua perempuan satu kelas saya. Yap, hanya kanji, karena saya merasa itu saja sudah cukup. Nilai kuis kanji kedua perempuan tidak pernah sempuran, benar semua. Hal itu membuat saya memilih target membuat nilai kanji sempurna. Metode yang saya pilih adalah mengulang membaca dan menulis terus menerus, metode sangat mendasar dan membosankan. Namun setelah melakukan terus-menerus saya menyadari menggores urutan kanji seperti menggambar sehingga saya merasa tidak membosankan. Tiba saatnya kuis kanji. Soal-soal kanji yang diberikan saat itu terasa mudah bagi saya hingga membuat membaca katakana lebih susah dibanding dengan kanji, atau mungkin karena kanji N5 yah. Dan akhirnya saya mendapatkan nilai sempurna dalam satu kali kuis saya. Akan tetapi nilai kuis kanji kedua perempuan dikelas saya juga sempurna pada saat itu hahaha.
Ujian JLPT N5
Setelah berhasil terbiasa mendapatkan nilai tinggi dalam kuis kanji walaupun kadang tidak sempurna, saya menjadi teratur untuk belajar. Kecepatan membaca hiragana, katakana, dan kanji masih belum begitu lancar membuat saya ragu untuk mengikuti ujian JLPT. Namun kata sensei dengan kemampuan saya saat itu sudah cukup untuk melewati N5. Dengan keraguan dalam diri sendiri, saya mendaftar ujian JLPT N5 bersama teman saya. Namun teman saya tidak dapat mengikuti ujian saat harinya ujian dikarenakan ada urusan mendadak di luar kota. Saya tetap ujian walaupun saya berharap temen kuliah saya dapat ikut jikalau gagal jadi gagal bersama sehingga hati terhibur hahaha. Tibalah saatnya ujian. Saya mengerjakan soal ujian kanji dengan membaca satu kalimat penuh sehingga memakan waktu cukup lama. Tanpa disadari saya menghabiskan banyak waktu ujian, sehingga saya tidak menjawab lima soal terakhir kanji. Melanjutkan soal-soal berikutnya saya mengerjakannya dengan lancar, untungnya. Perlu beberapa bulan untuk menunggu pengumuman hasil ujian JLPT. Menceritakan kesalahan saya yang membaca semua kalimat saat mengerjakan kanji sehingga tidak menjawab soal terakhir membuat sensei menjadi khawatir saya tidak lulus. Tiba hasilnya pengumuman, dengan menghabiskan keberuntungan yang ditabung selama setahun penuh. Saya lulus dengan nilai cukup untuk lulus hahaha walaupun tidak menjawab lima soal kanji terakhir. Tapi baiknya jangan ditiru, jawablah semua soal saat ujian JLPT. Jika waktu sudah mau habis tetep diisi saja karena tidak ada nilai minus kalau menjawab salah.
Tujuan belajar bahasa Jepang
Pertama kali belajar bahasa Jepang, orang yang mengajar akan bertanya tujun belajar bahasa Jepang apa. Kalau teman saya yang mengajak les mengatakan supaya bisa menonton anime tanpa arti mungkin bisa menjadi salah satu tujuan belajar. Teman-teman sekelas les saya selain satu orang teman kuliah adalah anak SMP dan SMA di mana kesan saya melihat mereka belajar seperti disuruh tanpa ada rasa tujuan yang mereka mau dari diri sendiri. Saat pertama kali les ditanya tujuan les bahasa Jepang apa, teman-teman lain bilang ingin kuliah di Jepang dan bekerja di Jepang. Tapi saya dengan mudah mengatakan agar bisa bermain game bahasa Jepang tanpa melihat kamus. Satu kelas tertawa dan saya juga tersenyum. Saya mengingat dulu saya belajar bahasa Inggris saat kelas tiga SD tidak menarik karena disuruh orang tua dan dibilang agar sukses di masa depan. Tujuan yang bersifat belum jelas membuat saya kurang memahami buat apa mengikuti les bahasa, di mana kesannya kurang menarik. Namun ketika saya dikenalkan game perang starcraft yang menggunakan bahasa Inggris saya merasa akhirnya belajar memiliki tujuan yang sangat bermakna bagi saya. Yang awalnya saya hanya mengetahui kata “welcome” saat memasuki game karena tulisan yang ada di keset kaki pada umumnya dan “exit” untuk keluar game yang tulisannya sering saya lihat di pintu tangga darurat. Dengan berbekal kamus dan kiat-kiat sehingga saya lancar membaca deskripsi dari tiap pasukan yang ada dalam game. Game Jepang saat ini pada umunya sudah banyak menampilkan menu dalam katakana sehingga sangat mudah untuk dipahami, namun untuk beberapa game menggunakan kanji untuk menu sehingga tombol-tombol menu terlihat ramping dan rapi namun membuat saya kewalahan mengerti tiap tombolnya hahaha.
Tujuan yang kamu inginkanlah yang membuat kamu jadi ingin melakukan sesuatu. Tujuan tidak harus besar namun dari hal-hal sederhana. Setelah tujan sederhana tercapai kita akan ketagihan untuk mencapai tujuan-tujuan sederhana lainnya hingga semua hal-hal sederhana menjadi sangat besar hehehe. Tentukan tujuan yang kamu inginkan dan kamu akan menyadari begitu banyak hal yang harus dipelajari. Dan satu lagi, ada aspek saya rasa yang mempengaruhi semangat, yaitu interaksi dengan teman dan guru kita. Belajar sendiri terkadang membuat cepat mengantuk, namun saat belajar bersama mungkin membuat belajar sangat menarik.
(Tambahan: Saya baru ujian N3 enggak tahu lulus apa tidak hahaha karena sambil kerja sih. Di tempat kerja juga enggak ada yang bisa bahasa Jepang. Saat ini kemampuan bahasa Jepang saya gunakan buat main game, membantu terjemahin manga dan lagu buat temen yang minta bantuan. Kedepannya mau ngapain bawa asyik aja, mungkin melamar kerja di Jepang kali ya hahaha. Saya masih pengen belajar bahasa Mandarin dan bahasa isyarat hingga tulisan braile sih karena pensaran. Prinsip dasarnya tentukan tujuan kamu dan lakukan 練習 (れんしゅう) latihan, 復習 (ふくしゅう) review, 繰り返す (くりかえす) mengulang. Oh iyaa 調べる (しらべる) mencari tahu kalu enggak tahu hehehe.
おしまい
Penulis: KeNath (Kevin Nathanael Sibarani)