Karya Lomba Menulis: “Dari Anime hingga JLPT” by Adam Prasetyo Harsono

lomba_2020Lomba Menulis, Semangat Pejuang Bahasa Jepang, ★kelas kita (クラスでの活動)

A. Pra belajar Bahasa Jepang

Sebenarnya, aku sudah mulai tertarik dengan Jejepangan sejak SMP walaupun hanya sebatas suka komik dan anime saja. Awalnya, aku pinjam komik “ Detective Conan” punya teman adikku. Aku baca terus sampai selesai. Ternyata ceritanya sangat seru. Conan memang anak kecil tetapi punya kecerdasan luar biasa bahkan melebihi orang dewasa. Sejak itu, aku jadi suka komik “Detective Conan”. Setiap hari aku baca komik “Conan” terus. Kalau ke toko buku yang dicari pasti komik “Detective Conan”.

Ketika masuk SMA, aku semakin suka Detective Conan. Setiap waktu senggang atau istirahat, di sekolah ataupun di rumah aku selalu baca Detective Conan. Aku terus baca sampai akhirnya aku hanya menyisakan 11 chapter saja dari cerita Detective Conan yang terbaru. Padahal sebelumnya aku masih jauh ketinggalan sekitar 40 volume. Selain suka komiknya, aku juga nonton animenya, sama seperti baca komiknya, aku selalu nonton anime “Detective Conan“ ketika waktu senggang.

Karena sering nonton animenya setiap hari. Aku sampai ingat lagu-lagu soundtrack Detective Conan karena lagu-lagunya itu enak didengar, meskipun aku tidak paham artinya (karena bahasa Jepang). Aku juga suka mendengarkan lagu ini waktu mengerjakan tugas. Meskipun sudah sering dengar lagunya dan suka lagunya juga, aku masih belum tertarik untuk belajar bahasa Jepang. Padahal aku sudah suka Detective Conan dan lagu-lagu soundtracknya sudah lumayan lama, dari SMP sampai SMA.

B. Tertarik belajar Bahasa Jepang

Ketika aku naik ke kelas 3 SMA. Aku iseng mencari lagu AKB48 yang “Heavy Rotation”. Karena dulu lagu yang ini pernah terkenal juga di Indonesia waktu iklan “Pocari Sweat” tetapi yang membawakan lagunya JKT48, sister grup AKB48. Aku dengarkan dan perhatikan liriknya. Aku pikir “ Wah, bagus juga nih, lagunya”. Akhirnya aku cari terus lagu-lagunya AKB48 yang lain dan memang bagus-bagus lagunya. Aku mulai simpan lagu-lagu AKB48 yang aku suka di laptopku. Sampai-sampai laptopku penuh dengan lagu-lagunya AKB48. Sebenarnya aku juga menyimpan lagu-lagu Jepang yang lain selain AKB48, tetapi yang paling cocok denganku cuma lagu AKB48. Aku dengar terus lagu-lagunya sampai aku ingat-ingat liriknya.

Setelah itu, aku berpikir “Kayaknya sia-sia kalau cuma ingat lirik lagu Jepang tanpa paham artinya, kenapa aku ga belajar bahasa Jepang saja, ya?”. Setelah itu, aku bertekad untuk mulai belajar bahasa Jepang. Aku mulai cari-cari aplikasi di hanphone yang cocok untuk belajar bahasa Jepang. Awalnya aku mulai belajar dari tata bahasa yang sederhana dulu, tetapi karena belum paham huruf-huruf bahasa Jepang jadinya baru naik tahap sedikit sudah bingung. Akhirnya aku berhenti belajar tata bahasa dan mulai lagi dari huruf-hurufnya. Aku mulai dari belajar dari aplikasi yang ada video cara menulis huruf hiragana dan katakana. Karena ingin cepat bisa aku terus-menerus latihan menulis huruf hiragana dan katakana. Aku ingat pernah belajar hiragana dan katakana ketika guru lagi menerangkan pelajaran. Gara-gara aku bosan jadi aku malah belajar hiragana dan katakana (nakal banget ya, wkwk).

C. Masuk Grup WkwkJapan

Setelah lama belajar bahasa Jepang yaitu sekitar 1 bulan, aku mulai mencari-cari grup belajar bahasa Jepang. Aku iseng cari-cari di internet akhirnya menemukan grup “Belajar Bahasa Jepang Bersama Guru Orang Jepang”. Aku awalnya ingin masuk grup ini tetapi ketika aku lihat jadwalnya sudah mau persiapan JLPT. Jadinya aku tunda dulu bergabung di grup sampai bulan Januari 2019 baru aku masuk grup “Belajar Bahasa Jepang Bersama Guru Orang Jepang” . Waktu baru masuk pertama kali, aku merasa canggung karena baru pertama kali bergabung di grup dan peraturan di grup itu ketat sekali. Bertanya saja harus ada syarat-syaratnya, tidak boleh sembarangan, dan sebagainya. Pokoknya sangat ketat. Tetapi lama-lama aku mulai nyaman belajar di grup itu. Aku ikut latihan dan mini tes nya setiap hari dan aku mulai merasakan bahasa Jepangku meningkat sedikit demi sedikit. Selain belajar di grup, aku juga belajar kosakata dan menulis kanji lewat aplikasi kanji di hp serta belajar dari hp/laptop yang sudah diubah ke bahasa Jepang.

D. Pengalaman buruk belajar bahasa Jepang

Aku memang mendapatkan banyak pengalaman menyenangkan setelah belajar bahasa Jepang. Mulai dari bisa memahami tulisan Jepang sedikit demi sedikit, memiliki teman baru, serta dapat memahami arti lirik lagu Jepang meskipun tidak menyeluruh. Tetapi aku juga pernah mengalami hal buruk setelah belajar bahasa Jepang. Aku pernah diejek “ga nasionalis”, “terjajah Jepang”, “wibu”, yah intinya aku dianggap tidak normal hanya gara-gara aku nulis komentar dalam bahasa Jepang. Kalau yang seperti itu sih, menurut aku masih hal biasa, “Mereka saja yang tidak paham” pikirku.

Pengalaman buruk belajar bahasa Jepangku yang paling menyakitkan adalah aku diusir dari grup WA. Jadi begini ceritanya, aku ikut acara “Yxxxxx Japan 2019 *1” itu semacam acara pergi ke Jepang untuk mempelajari budaya, pendidikan, intinya untuk mempelajari Jepang. Aku kira program itu gratis, ternyata berbayar dan biayanya lumayan mahal. Jadi aku putuskan untuk tidak jadi ikut programnya tetapi aku sudah terlanjur masuk grupnya, yaitu grup di Facebook dan grup di WA. *1 maaf, admin yg hapus nama acaranya m(__)m..

Waktu pertama kali masuk grup WA itu, aku iseng balas komentar salah seorang anggota grup yang juga admin grup tersebut dengan tulisan Jepang. Terus adminnya jawab “ ini siapa? “. Terus aku jawab “sama seperti kalian, aku anggota grup ini” (masih dalam bahasa Jepang). Terus dia jawab “ Tolong jangan menggunakan bahasa Jepang, di sini ga semua paham bahasa Jepang ”. “Masa mau ke Jepang ga paham tulisan Jepang, kalau mau ke Jepang harus bisa bahasa Jepang” aku jawab seperti itu (dalam bahasa Jepang). Setelah itu akhirnya banyak anggota grup lain yang ikut balas komentar aku, banyak yang memaksa aku untuk berhenti menggunakan bahasa Jepang di grup itu karena tidak semua di grup itu paham bahasa Jepang, dan juga di acaranya di Jepang nanti tidak menggunakan bahasa Jepang tetapi menggunakan bahasa Inggris karena acara ini anggotanya tidak hanya orang Indonesia tetapi juga dari berbagai negara. Tetapi aku tetap menolak mereka dan masih memakai bahasa Jepang karena aku berpikir di Jepang nanti mana ada tulisan bahasa Inggris atau tulisan romaji (latin Jepang) di sana, kalau ada pun hanya sedikit dan sisanya menggunakan tulisan Jepang (kanji, hiragana, dan katakana). Kalau kalian ( para anggota grup) masih mengeluh melihat tulisan komentar saya (yang dalam bahasa Jepang) bagaimana nanti di Jepang? Di sana lebih parah tulisan kanjinya daripada tulisan komentar saya yang masih banyak terdapat kanji untuk pemula. Aku juga bingung mengapa mereka menyukai Jepang dan ingin pergi ke Jepang tetapi melihat tulisan kanji sedikit saja sudah banyak protes.

Pada akhirnya mereka ( anggota grup) menyerah dan membiarkan aku berkomentar seperti itu tanpa meresponnya. Karena takut aku tidak dianggap di grup itu, akhirnya aku beralasan akun WA ku dibajak. Padahal akunku tidak pernah dibajak. Dan salah satu admin grup itu membalas dengan komentar seolah tidak percaya dengan alasanku. Ia menanggapi “ memangnya hp kamu itu seperti sawah bisa dibajak”. Aku jawab “Kalau hpku dibajak kayak sawah nanti hancur, dong!”. Kemudian dia hanya menanggapi dengan candaan seolah tidak ingin serius. Keesokan harinya, aku masih berkomentar di grup itu dengan bahasa Jepang. Tetapi untuk kali ini beda, aku menggunakan romaji, jadi di grup itu tidak ada yang mengeluh, bahkan merespon juga dengan tulisan romaji.

Untuk saat itu, kondisi grup masih dalam keadaan aman, belum ada tanda-tanda ribut lagi. Sampai akhirnya aku iseng mengganti nama grup WA dalam bahasa Jepang. Saat itu sudah malam, sudah lewat jam 12 malam, tetapi ternyata ada yang sadar dan langsung marah. Akhirnya dia ganti nama grup lagi sama seperti semula. Karena aku kesal jadinya aku ganti lagi dengan nama "dou demo ii yo" (apa aja boleh) hahaha. Karena kelakuanku itu, grup yang harusnya sepi karena sudah malam berubah menjadi ramai gara-gara judul grup dua kali diganti ke bahasa Jepang. Karena tidak kondusif akhirnya banyak anggota grup yang keluar termasuk salah satu admin grup. Setelah kekacauan yang terjadi di grup, salah satu admin grup mengirim pesan WA ke aku. Dia tanya kalau aku ini ada masalah apa, kalau ada masalah tolong ceritakan, jangan malah dipendam terus buat masalah di grup. Sebenarnya aku tidak ingin menjawab pesan itu, karena waktu itu sudah jam 2 pagi dan aku sedang belajar kanji di aplikasi kanji saat itu. Tetapi karena dia maksa minta dibalas akhirnya aku bilang “lanjut besok aja, mau tidur”.

Besoknya aku kembali berkirim pesan WA dengan admin grup itu. Di situ aku cerita ke dia bahwa sebenarnya dulu waktu kelas 2 SMA, saat pelajaran bahasa Inggris, aku mendapat guru yang ngajarnya benar-benar tidak enak, intinya aku tidak pernah suka diajar oleh guru itu. Sampai suatu saat, aku mendapat tugas presentasi bahasa Inggris. Untuk giliran maju presentasi dipanggil dengan nomor absen tetapi diacak. Ketika presentasi akan dimulai, namaku dipanggil sebagai peserta pertama maju presentasi padahal aku absen nomor satu. Itu jelas tidak adil, kalau seperti itu sama saja dengan panggilan secara urut. Alhasil presentasiku lumayan kacau balau dan aku sangat kesal sampai memukul meja sekuat tenaga padahal guru masih ada di kelas. Inilah puncak kekesalanku pada guru tersebut sehingga aku benci pelajaran bahasa Inggris, meskipun saat itu aku belum ada kemauan untuk belajar bahasa Jepang. Aku juga kesal bahasa Inggris itu selalu dianggap penting dan dianggap nomor satu, orang yang komentar di media sosial dengan bahasa Inggris yang diaduk-aduk dengan bahasa Indonesia malah dianggap bagus dan keren, sementara yang coba komentar bahasa Jepang dengan susunan yang rapi dan kalimat yang sistematis malah dianggap tidak nasionalis, terjajah Jepang, wibu, tidak cinta tanah air, dan lainnya. Aku juga heran mengapa lagu-lagu Barat (Bahasa Inggris) yang artinya kontroversial malah menjadi terkenal dan banyak digemari orang, sementara lagu-lagu Jepang yang jelas-jelas artinya bagus malah tidak populer.

Karena faktor-faktor inilah yang membuat aku semangat belajar bahasa Jepang. Aku bahkan rela mengubah pengaturan hp ke bahasa Jepang demi bisa lancar membaca tulisan Jepang padahal aku tidak paham tulisan bahasa Jepang tersebut, bahkan menulis komentar di media sosial pun menggunakan bahasa Jepang, aku belajar menulis kanji dengan aplikasi kanji di hp hingga lewat tengah malam. Meskipun orang menganggap aku ini aneh dan terlalu memaksakan diri, bahkan dianggap punya bakat bahasa Jepang tetapi tidak menghargai orang lain. Padahal aku tidak pernah punya bakat bahasa Jepang, aku tidak bisa bahasa Jepang sejak kecil, aku juga tidak menurunkan ilmu bahasa Jepang ini dari keluargaku karena sekarang aku satu-satunya yang belajar bahasa Jepang di keluargaku. Aku melakukan chat WA dalam bahasa Jepang di grup itu sebenarnya ingin memotivasi mereka untuk serius belajar bahasa Jepang, aku ingin kita semua bisa belajar bahasa Jepang bersama di grup itu tetapi entah mengapa mereka malah menganggap aku ini sok pintar dan terkesan show off .

Setelah banyak berdiskusi dengan admin grup tersebut. Aku akhirnya memutuskan untuk meminta maaf di grup itu dan menyampaikan tujuan sebenarnya mengapa aku melakukan hal tersebut. Setelah itu kondisi grup kembali tenang dan damai. Aku bahkan sempat bercanda dengan anggota grup di grup WA tersebut. Namun setelah beberapa lama, grup mulai sepi sehingga aku mulai bosan. Aku mulai iseng ubah deskripsi grup menjadi bahasa Jepang tetapi teks deskripsi grup yang asli aku salin ke hp ku, jadinya kalau aku mau kembalikan lagi ke yang asli cukup pakai salinan yang itu. Setelah aku terjemahkan deskripsi grup ke bahasa Jepang, ada anggota yang marah dan minta segera kembalikan ke semula, kemudian terjadi keributan lagi di grup dan banyak anggota grup lain yang mulai keluar dari grup. Tetapi saat itu aku sedang tidak aktif, jadi aku baru tahu terjadi keributan setelah grup sudah mulai ramai. Bahkan ada yang berusaha menerjemahkan kembali tulisan deskripsi bahasa Jepang tersebut seadanya menggunakan Google Translate, jadi terkesan aneh dan lucu (aku sampai tersenyum membacanya, hahaha).

Aku akhirnya mengembalikan teks deskripsi ke bentuk asli secara tiba-tiba setelah ada anggota yang mencoba menerjemahkan dengan Google Translate. Aku bahkan pura-pura tidak tahu kalau deskripsi grup ada yang mengubahnya ke bahasa Jepang. Aku bahkan beranggapan kalau ada orang yang bercanda mengubah deskripsi grup ke bahasa Jepang kemudian aku yang mengembalikan ke bentuk semula. Tetapi akhirnya aku ketahuan, aku pun meminta maaf dan mengatakan sebenarnya aku hanya bercanda dan ingin menguji kemampuanku dalam menerjemah ke bahasa Jepang. Pada saat inilah aku mendapat banyak cacian dari anggota grup ini. Padahal aku sudah meminta maaf tetapi aku malah dicaci “kalau ga mau ngajarin, jangan tukang pamer di grup”, “ Kalau mau membuktikan, jangan di sini, ikutlah tes kemampuan atau masuk tempat les, “Kalau cuma komen-komen kayak gini kan kayak tong kosong nyaring bunyinya”, “kalau punya bakat, ga perlu bertingkah kayak gini”. Terus aku balas “ Aku bukan orang yang berbakat. Kemampuanku ga turun dari langit, aku ga dari kecil bisa bahasa Jepang, bedakan orang yang berbakat dengan orang yang mau belajar. Lagian aku baru tujuh bulan belajar bahasa Jepang, mana bisa disebut berbakat”. Tetapi mereka malah menganggap kalau aku ini tidak menghargai orang, sombong, menganggap orang tidak mau belajar, tidak punya empati, dan lainnya. Bahkan ada anggota grup yang mengatakan “Kalau bisa bahasa Jepang buka les aja sono”. Menurutku komentar seperti ini jelas-jelas tidak masuk akal, aku tahu kalau dia orang awam dan tidak mengerti bahasa Jepang, tetapi orang awam sekalipun pasti punya logika. Dan kalau menurut logika seorang atlet yang baru ikut pertandingan selama setahun tetapi belum memenangkan satupun kejuaraan apakah bisa buka klub dan menjadi pelatih? Tidak bisa, begitupun dengan aku yang baru belajar bahasa Jepang tujuh bulan dan belum mengikuti satupun ujian kemampuan bahasa Jepang apakah bisa buka les bahasa Jepang? Jelas tidak bisa, seorang pengajar perlu level N2 atau N1 untuk jadi guru pengajar les, paling rendah level N3 untuk seorang pemagang. Jadi kalau ada yang berkomentar “Kalau bisa bahasa Jepang buka les aja”, ini sudah jelas kalau orang ini tidak menggunakan otak dan logikanya dalam berkomentar. Jadi orang ini yang sebenarnya “Tong kosong nyaring bunyinya”, padahal orang ini lebih senior dariku. Namun perdebatan menjadi semakin panjang, bahkan aku dianggap tidak bisa meminta maaf dengan cara yang benar dan aku disuruh meminta maaf kepada anggota yang sudah keluar sebelumnya. Padahal mereka keluar karena kejadian sebelumnya, bukan karena aku.

Jadi sebelum aku mengubah deskripsi grup tersebut. Ada perdebatan yang terjadi antara seorang admin dan seorang anggota grup. Ini karena anggota grup tersebut menganggap bahwa admin grup terkesan melarang anggota grup untuk berkomentar menggunakan bahasa selain bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, salah satu yang dilarang adalah bahasa Jepang. Anggota ini juga berpendapat bahwa sebaiknya yang lain ikut belajar bahasa Jepang daripada mengeluh kesulitan karena aplikasi belajar bahasa sudah banyak tersedia di internet. Pada akhirnya admin grup tersebut marah dan keluar dari grup, pada saat yang bersamaan satu orang anggota grup ikut keluar dari grup sehingga yang keluar dari grup menjadi dua orang. Nah, anggota yang keluar pada kejadian sebelumnya itu maksudnya dua orang ini. Aku disuruh minta maaf kepada dua orang ini padahal mereka keluar bukan karena aku. Tetapi baru aku menulis komentar bahwa dua orang ini keluar bukan karena aku, admin grup langsung mengeluarkan aku dari grup. Saat itu aku benar-benar kesal, mereka itu benar-benar menyebalkan, mereka tidak paham dengan apa yang saya maksud, mereka benar-benar tidak mengerti arti kerja keras seseorang, mereka hanya menganggap kalau aku ini orang berbakat yang sombong dan tidak menghargai orang lain. Bagaimana aku bisa menghargai mereka kalau mereka itu tidak mau belajar dan hanya protes saja kerjanya? Aku tidak pernah mengerti mengapa ada orang yang seperti itu. Apa hidupnya hanya diisi dengan keluhan atau cacian terhadap orang lain? Entahlah, aku tidak mengerti.

Beruntung setelah kejadian itu aku menemukan teman yang juga anggota Grup Wkwkjapan yang bisa kuajak curhat. Aku ceritakan semua yang kualami selama di grup WA itu. Aku juga ingat ternyata dia juga pernah dibully karena belajar bahasa Jepang. Jadinya aku ceritakan kejadian yang kualami kepada dia. Dia juga paham kalau aku ini hanya melakukan apa yang aku sukai secara maksimal dan menurut dia itu hal biasa. Dia juga bilang sebaiknya orang-orang seperti mereka itu dibiarkan saja, tidak perlu dipermasalahkan, yang penting sekarang fokus saja belajar bahasa Jepang. Sampai sekarangpun aku masih sering kontak dengan orang ini via Messenger, karena kami dulu punya pengalaman yang hampir mirip, yaitu sama-sama pernah kena bully karena belajar bahasa Jepang.

E. Juara di Grup Wkwkjapan

Setelah kejadian itu, aku sempat kehilangan semangat untuk belajar bahasa Jepang. Aku sampai berpikir kalau kemampuan bahasa Jepangku hanya membuat orang kesal saja.Tetapi setelah aku curhat dengan salah satu teman yang juga anggota grup Wkwkjapan. Aku kembali semangat belajar bahasa Jepang. Aku ikuti semua latihan dan minites di grup. Sampai akhirnya, tibalah waktu wisuda dan pengumuman Juara Wkwkjapan 2019. Aku berhasil menjadi Juara 2 Wkwkjapan 2019. Nyaa Ha Haa! Aku berhasil! Aku berhasil menjadi juara di Wkwkjapan meskipun aku pernah terlibat masalah di grup WA sampai diusir dari grup. Aku berhasil membuktikan bahwa aku tidak “Tong kosong nyaring bunyinya” yang hanya bisa nulis komentar asal tanpa ada ilmunya. Meskipun begitu, aku tidak mau terlalu senang dengan hasil yang kuraih saat ini. Karena ini belum selesai, aku masih punya impian yang lain, yaitu lulus tes JLPT.

F. Lulus tes JLPT N5

Setelah les di grup Wkwkjapan selesai, aku sudah mendaftar tes JLPT untuk level N5. Harusnya aku mendaftar tes JLPT N5 untuk bulan Juli, tetapi karena aku sedang sibuk untuk persiapan segala macam tes untuk kelulusan SMA yaitu Ujian Praktek, UAS, US, dan UN. Aku membatalkan niatku untuk tes di bulan Juli dan mendaftar untuk tes JLPT di bulan Desember. Pada saat itu, sekitar sebulan sebelum tes JLPT aku juga mengalami kejadian buruk saat itu, Hpku dicuri orang di angkot saat pulang setelah survei lokasi tes JLPT. Aku sempat bingung waktu itu karena data belajar bahasa Jepangku banyak yang ada di situ, bahkan data belajar kosakata di aplikasi kanji yang sudah mencapai sekitar 4000 kosakata juga ada di situ. Beruntung aku masih punya hp cadangan meskipun tidak sebagus hp yang hilang. Aku mulai belajar lagi dari hp cadangan itu dengan aplikasi yang sama dengan yang dulu meski harus mengulang dari awal lagi. Dan hp cadangan itu juga tidak ada pengaturan bahasa Jepang, jadi aku harus bekerja keras lagi agar lebih terbiasa untuk baca kanji yang sulit.

Hari tes pun akhirnya tiba, aku ke lokasi tes tersebut diantar oleh keluarga karena kejadian waktu itu. Aku sampai lebih awal dari jadwal tes meskipun sempat nyasar. Setelah tes, aku menunggu sampai pengumuman hasil tes JLPT keluar. Pengawas tes mengatakan bahwa hasil tes akan keluar bulan Maret. Tetapi pertengahan bulan Januari, aku dapat informasi dari teman satu grup Wkwkjapan bahwa hasil JLPT akan keluar pada tanggal 22 Januari 2020 jam 10.00 WIB. Pada hari itu jam 10.00 WIB aku buka hasil tes di website JLPT dan hasilnya aku lulus. Yaa Ha Haa! Akhirnya setelah belajar bahasa Jepang sekitar 11 bulan di grup Wkwkjapan aku bisa lulus tes JLPT. Meskipun baru level N5, tetapi ini merupakan awal yang bagus mengingat aku belum pernah ikut tes kemampuan bahasa asing apapun termasuk bahasa Inggris. Jadi ini adalah tes kemampuan bahasa asing pertama yang aku ikuti. Hasilnya cukup memuaskan, karena aku bisa mendapatkan skor maksimal untuk tes tata bahasa. Untuk tes pendengaran aku hanya dapat separuh lebih sedikit dari skor maksimal karena aku kurang fokus saat tes pendengaran.

Selanjutnya aku berencana untuk mendaftar tes JLPT N4 untuk bulan Juli. Semoga hasilnya bisa lebih baik dari tes sebelumnya. Inilah perjalanan belajar bahasa Jepangku dari sebelum belajar bahasa Jepang sampai lulus JLPT N5. Banyak pengalaman baik dan buruk yang aku dapat selama ini, tetapi aku tidak pernah menyerah dan terus belajar sampai aku bisa mencapai level tertinggi bahasa Jepang. Semoga aku bisa mewujudkan impianku di masa depan.

Penulis: Adam Prasetyo Harsono