Karya Lomba Menulis: "Menuju Masa Depan (未来 へ)" by Aulia
Lagu yang Indah
Saat itu usiaku sekitar 9 tahun, kudengar pamanku baru saja pulang dari bekerja selama beberapa tahun di Jepang. Saat sedang berkunjung ke rumahku, beliau bercerita bahwa orang Jepang itu menarik, mereka Tidak Bisa Makan Pedas (bahkan bubuk cabai Indomie sekalipun) dan bahwa mereka tidak begitu ramah terhadap orang yang tidak dikenal. Saat itu aku merasa heran, tapi baru ku mengerti bahwa mereka memang punya privasi yang tinggi.
Beliau juga memperlihatkan video yang merekam suasana lingkungan disana saat musim dingin, serta sebuah kaset lagu. Dari lagu itulah pertama kalinya aku mendengar Bahasa Jepang. Lagu itu berjudul Mirai e yang dinyanyikan oleh Kiroro dan aku sangat menyukai lagu tersebut.. Aku tidak paham artinya tapi menurutku bagus dan enak didengar. Lagu itu masih menjadi favoritku tiap mengerjakan tugas di komputer bahkan hingga kini.
Ingin Belajar Bahasa Jepang
Di komputer kakakku selain lagu Mirai tadi juga tersimpan banyak sountrack anime, sehingga aku mulai terbiasa mendengar lagu Jepang. Aku dan kakakku memang menyukai anime sejak kecil. Karena sering mendengar lagu berbahasa Jepang aku mulai berpikir apasih arti lagunya? Apakah lagunya sesuai dengan isi cerita animenya? Hal itulah yang membuatku mulai tertarik untuk belajar bahasa Jepang.
Beruntungnya di sekolahku saat SMA ada mata pelajaran tambahan bahasa asing, yaitu bahasa Jerman dan bahasa Jepang. Tetapi saat kelas 10 ternyata angkatan kami diberi pelajaran bahasa Jerman. Tentu aku kecewa, padahal aku sangat berharap bisa belajar bahasa Jepang. Ketika memasuki semester 2 kelas 10, kami diberi angket pemilihan jurusan (IPA, IPS dan Bahasa), aku berminat untuk mengambil Jurusan Bahasa. Alasannya? Tentu saja karena aku ingin belajar bahasa Jepang. Saking inginnya masuk Bahasa, aku selalu memperhatikan kelas Bahasa. Bahkan kalau bisa, sebenarnya aku ingin mengintip melalui jendela kelas mereka untuk melihat apa saja yang mereka lakukan di kelas. Tetapi aku bukan tipe cewek nekat, jadi aku hanya bisa melihat dan memantau dari jauh. 😂😂😂
Apa yang kutemukan selama pemantauanku pada Jurusan Bahasa kelas 11 adalah bahwa mereka JARANG BELAJAR. Aku cukup terkejut tentu saja. Kesimpulan itu kuambil karena seringnya kulihat murid-murid di dalam kelas ribut dan sebagian malah bermain bola di lapangan padahal masih jam pelajaran. Ini tidak sesuai dengan bayanganku. Aku ingin belajar, bukannya bermain. Apa yang akan kudapatkan kalau selama 2 tahun kedepan terus seperti itu? Maka, dengan berat hati kuputuskan untuk mengambil Jurusan IPA dan berharap ada jalan lain untukku bisa belajar bahasa Jepang.
Bahasa Jepang itu Menyenangkan
Setelah mengisi angket jurusan dan mengumpulkannya, waktu berlalu. Tiba hari pengumuman jurusan, aku lulus dan masuk ke kelas IPA 5. Singkat cerita, setelah beberapa hari kami diberi jadwal selama 1 semester. Daaaan, apa yang kudapatkan? Ternyata di kelas 11 ada pelajaran bahasa Jepang. Yeeeeay….. Aku senang bukan kepalang. Aku berharap kegiatan belajar segera dimulai.
Setelah menanti dengan sabar, tibalah harinya pelajaran yang kutunggu. Hari pertama, kami hanya melakukan perkenalan dan diberi ungkapan dasar di kelas, misalnya “Tatte kudasai [silahkan berdiri]”, “Kitsure rei [Beri salam]”, dan “Suwatte kudasai [Silahkan duduk]”. Guru kami namanya Sensei Hasan. Orangnya baik dan ramah. Meski suaranya agak kecil dan hampir tidak kedengaran dari tempatku duduk, tapi beliau terlihat bersemangat untuk mengajari kami. Semangatnya menular kepadaku, tetapi tidak kepada teman-teman sekelasku. 😅 Aku tidak tau mengapa, apakah bahasa Jepang tidak menarik atau pengajarnya yang tidak menarik? Aku tidak peduli, toh aku niat belajar serius, maka setiap usai pelajaran, kuulangi sesampainya di rumah.
Tetapi, setelah beberapa bulan, sensei mulai absen mengajar. Kadang beliau hanya masuk sebentar, memberi tugas, lalu pergi. Kadang malah tidak masuk sama sekali. Aku bingung, ada apa? Apa karena murid-muridnya tidak semangat? Atau mungkin juga urusan pribadi? Entahlah. Yang penting semangat belajarku tak pernah surut meski sensei-nya mulai jarang masuk.
Masuk semester 2, guru Bahasa Jepang kami diganti Sensei Nola. Beliau orang yang ramah dan semangat. Hingga teman-teman sekelasku juga ikut semangat dalam mengikuti pelajaran. Pernah suatu kali temanku meminta Sensei Nola untuk mengajari kami lagu bahasa Jepang, Pada pertemuan berikutnya kami diminta menyalin lirik lagu yang sensei tulis, kemudian mendengarkan lagu yang dinyanyikan olehnya. Selama sensei bernyanyi, aku merasa tak asing dengan lagunya. Lama setelah itu baru kusadari lagu itu adalah Mirai e yang dulu sering kuputar di komputer sebelum rusak. Setelah itu kami sekelas diminta bernyanyi bersama – sama mengikuti arahan sensei Nola. Dari sana pula baru kutau lirik dari lagu kesukaanku dan artinya yang tak kalah indah.
Menginjak kelas 12, mata pelajaran Bahasa Asing diganti, kembali ke bahasa Jerman. Merasa belum puas belajar bahasa Jepang, akhirmya kuniatkan untuk mengambil Sastra Jepang ketika kuliah nanti. Tetapi di kotaku tidak ada universitas yang menyediakan jurusan Pendidikan Bahasa Jepang, apalagi Sastra Jepang. Satu-satunya jalan adalah aku harus kuliah ke Makassar. Aku tidak ingin membebani orangtuaku dengan biaya kuliah dan kost yang jelas tidak murah, maka dengan berat hati kurelakan impianku.
Singkat cerita, aku disibukkan dengan Ujian Nasional dan pendaftaran kuliah. Akhirnya kuliah di kotaku, mengambil jurusan Gizi D-III. Semua pelajarannya menyenangkan sehingga membuatku tidak pernah lagi mengingat keinginanku belajar bahasa Jepang.
Aku Ingin ke Jepang
Apakah yang membuat Jepang menjadi negara paling sehat?
Sudah pasti pengolahan makanannya yang bersih serta rendah minyak, garam dan gula.
Hal inilah yang membuatku kembali mengagumi Jepang. Saat itu kami diberi tugas untuk mencari set menu rumah sakit sebagai bahan referensi. Setelah berselancar cukup lama, aku malah menemukan set menu makanan rumah sakit di Jepang. Karena penasaran aku membuka blog tersebut yang isinya lebih banyak foto masakan rumah sakit. Aku terkagum-kagum, melihat bagaimana menu makanan rumah sakit bisa terlihat begitu menarik dan menggiurkan. Yah, tentu karena penyajiannya yang menarik. Dari sana aku pun mulai mencari tahu metode memasak di Jepang. Tidak heran angka harapan hidup di Jepang sangat tinggi, makanan mereka sangat sehat (jarang menggunakan garam), dan gaya hidupnya pun sehat (sering jalan kaki atau naik sepeda).
Aku ingin mempelajari secara langsung bagaimana mereka mengolah makanan agar terasa enak meski tidak menggunakan banyak gula, garam, minyak, juga bagaimana mereka menerapkan pola hidup sehat dan disiplin hingga membuat mereka panjang umur. Aku ingin belajar langsung dan menerapkannya ketika bekerja di Rumah Sakit nanti. Aku ingin mengajak masyarakat di Indonesia untuk mencontoh gaya hidup sehat tersebut. Aku ingin ke Jepang. Kalau ingin ke Jepang maka tentu saja aku harus bisa bahasa Jepang kan?
Maka, sejak lulus kuliah, mumpung belum bekerja aku mulai menyempatkan diri untuk kembali belajar bahasa Jepang. Awalnya aku bingung harus mulai darimana, hingga aku menemukan grup belajar bahasa Jepang yang gratis dan materinya lengkap. Belajar di grup ini membuatku merasa sedang belajar Sastra Jepang, sesuatu yang tidak sempat kudapatkan dahulu.
Aku tahu kemampuan Bahasa Jepang-ku masih jauh dibawah standar, tetapi aku juga yakin aku mampu asalkan niat belajarku kuat. Mungkin memang membutuhkan waktu lama, terutama karena tidak belajar intensif, tetapi aku yakin bisa. Yang kubutuhkan hanya semangat dan usaha. Seperti inti lagu Mirai e yang meminta kita tetap berusaha, karena are ga anata no mirai.
Terimakasih banyak sensei, semoga ilmu yang Anda bagikan kepada kami secara cuma-cuma ini dapat bermanfaat dan membantu mencapai mirai kami masing-masing.
Penulis: Aulia