Merintis kebahagiaan sehari-hari
Salam kenal dan latar belakang
初めまして、 kenalkan saya Veronica S. Y, semasa mahasiswa saya terpilih dan ikut mengunjungi salah satu Universitas di Jepang (dalam kesempatan itu mahasiswa/i Indonesia & Jepang bertemu,berdiskusi, tukar pendapat dan memperkenalkan budaya masing2 negara ). Walaupun awalnya hanya berteman, saya menjadi dekat dengan salah satu mahasiswa Jepang (^。^) dan akhirnya 3, 5 tahun kemudian kami menikah. Saya diboyong ke Jepang mulai kehidupan baru di kota Yokohama. Kalau ada yang interview saya dan bertanya “ Bagaimana perasaan anda dengan kehidupan baru anda di Jepang?” pastinya saya jawab dengan “ Bahagiaaaaaaa!!!!” tetapi saat itu saya tidak/belum sadar bahwa “Untuk bisa menjawab ‘Bahagiaaaaa!!’ terus itu perlu Perjuangan dengan bumbu Kerja Keras/Disiplin “
Perjuangan pertama 日本語、日本語と日本語です🎶。Bahasa Jepaaaaaaaaang Yeay!!??
Begitu tiba di Jepang, saya didaftarkan ke sekolah Bahasa Jepang,dari rumah kami ke sekolah Bahasa, kira2 makan waktu55 menit. Saya cukup bersemangat untuk memulai sekolah Bahasa Jepang, karena sadar tanpa kemampuan komunikasi saya tak bisa mandiri! Saya mau belajar masak Jepang hihihihi, mau nonton drama Tokyo Love Story ehem ehem (masa nonton samurai terus?! → iya film samurai itu simple, walau tak tahu Bahasa Jepangpun bisa sadar yang mana penjahat dan jagoannya wkwkwk) dll. Pokoknya saya tidak sabar mulai sekolah. Untuk persiapan saya diantar/diajari suami 2kali, supaya bisa pergi ke sekolah sendiri dengan kereta listrik/densha. Akhirnya sekolah dimulai, saya berangkat dengan semangat tinggi, keluar rumah dengan rapi, cantik, manis dan senyum2 sendiri, tetapi ternyata hari itu saya terkaget-kaget, sebenarnya ingin nangis guling2 dan semangat belajar yang 100% berubah menjadi minus 150%. Tidak hanya hari itu, besoknya lebih parah lagi, ingin nangis menjadi nangis betulan dan kalau bisa ingin bolos saja dari sekolah. Kenapa? Apa yang terjadi? Kok bisa seperti itu?
Culture Shock ;(_ _); Pengalaman Minggu Pertama Sekolah & ke Sekolah
Ingin cepat2 tahu cerita penderitaan saya? Hehehe cerita yg manis dulu ah!
1. Sekolah; Kelas saya adalah kelas internasional. Selain saya (orang Indonesia) ada orang USA, UK, Mexico, Thai, Sweden, China dan Korea. “Lalu sensei menjelaskan dengan Bahasa apa?” → ” Bahasa Jepang!”, Waaa, padahal saya pemula, paling pinter こんにちは、お元気ですか?いい天気ですね♪Sambil garuk2 kepala, saya berharap semoga bisa mengerti? → ternyata kadang tak mengerti penjelasan sensei, tetapi tidak apa2, karena teman2 lain pasti sama juga wkwkwk. Teman2 sependeritaan orangnya asik2, imaginasi hasil penjelasan dari sensei, masing2 berbeda dan membuat kita semua tertawa 笑うと気が楽Setiap hari ada test & PR yang buanyaaak sekali sampai bingung mau belajar dari mana. Ternyata saya dimasukan ke kelas persiapan masuk Univ Jepang, kelas intensif!!Plus cara belajar orang Jepang adalah latihan2, test2 (BERBAHAGIALAH ANDA2 YG BISA BELAJAR BAHASA JEPANG DENGAN PENJELASAN SUPER LENGKAP DARI TANAKA SENSEI DENGAN BAHASA IND!!, HORMATI DAN HARGAILAH TANAKA SENSEI!!).
2. Ke Sekolah; Inilah penderitaan utama saya! Dari rumah saya naik densha tetapi harus transfer ke Yokohama line. Ternyata dipagi hari Sangat sangat sangat penuh, penumpang luber tetapi dipaksa untuk masuk!! Ada petugas stasiun yang bertugas untuk mendorong penumpang supaya bisa masuk walaupun sebenarnya sudah tidak memungkinkan. Saya yang baru pertama kali terpaksa menjadi sarden, tanpa pengalaman tangan kaki dan badan bisa pencar2 ke kiri dan kanan dengan sempurna wkwkwk. Saat orang2 turun, saya terlempar turun, saat mau masuk lagi saya tertinggal di luar tanpa bisa masuk lagi. Hari ke 2 saat terlempar ke luar, sepatu saya terinjak, terlepas dan tertinggal di dalam densha dan sama seperti hari sebelumnya, saya tidak bisa masuk ke densha tsb, sayonara sepatuku hiks hiks, teganya engkau tinggalkan aku menjadi orang paling aneh, apalagi mana ada toko sepatu yang buka pagi2 jam segituさよなら私のかたっぽの👟( ノД`)シクシク…泣く.
Apa yang terjadi-terjadilah, tetapi kejadian di hari ke2 membuat saya terpaku, saya duduk istirahat di bangku dan melihat aliran manusia naik turun densha dan berusaha untuk tenang. Saya berpikir, perjalanan seperti ini terlalu melelahkan dan tidak cocok dengan saya, lalu apa yg harus saya lakukan? Putus asa? Bolos sekolah? Pindah sekolah? Belum mulai sekolah saja sudah cape dan babak belur, mana bisa konsentrasi belajar!! tunggu, tunggu, tunggu, tenang, tenang, tenang….be positive!! Katanya mau belajar, masa begitu saja sudah mau berhenti?, mau putus asa mudah tetapi apakah tak ada jalan lain? Hari ke 3 saya putuskan berangkat 30 menit lebih pagi dari sebelumnya, ternyata masih penuh, tetapi penumpang lebih sedikit. Masih jadi sarden, masih terlempar keluar, tetapi bisa masuk ke dalam densha lagi. OOOOh ada kemajuan, tetapi masih melelahkan, masih ada yang kurang. Saya targetkan satu minggu untuk mencari jalan mencari sesuatu yang lebih nyaman dan bisa dinikmati selama masa belajar di sekolah dan ke sekolah. Apakah saya berhasil? Teruskan baca ya,
Merintis kebahagiaan sehari-hari
Hidup itu pilihan, mau bahagia? berani berusaha? (^^)?
Saya yang nangis-nangis dan babak belur akhirnya bisa senyum2 sendiri kembali. Apa rahasianya? Ternyata sederhana bangun lebih pagi dan berangkat 2 jam lebih pagi, saya tiba di sekolah 2 jam lebih pagi. 2 jam yang tenang sebelum teman lain datang saya gunakan untuk belajar lagi. Perjalanan dengan densha yang memakan korban sebelah sepatu saya, ternyata tidak seganas bila dijalani 2 jam sebelumnya. Saya tidak perlu menjadi sarden, bisa duduk kadang berdiri dan bisa melihat pemandangan pagi hari lewat jendela di densha. Persoalan berat yang hampir membuat saya putus asa ternyata solusinya sangat mudah, yaitu berani korbankan 2 jam lebih awal, apa buahnya? Kebahagiaan dan ketenangan belajar.
Semoga pengalaman saya bermanfaat untuk teman2 lain. Kuncinya adalah “tidak mudah putus asa dan berani berkorban untuk meraih kebahagiaan kecil” Untuk memberi gambaran penderitaan belajar dan densha pada jam tersibuk, saya sertakan link you tube di bawah.
Penulis: Veronica S. Y