Belajar Bahasa dan Mencintai Jepang dari Dekat (karya lomba menulis 2022)
1. Belajar bahasa Jepang sendiri
Sudah hampir 1 tahun aku belajar Bahasa Jepang secara mandiri. Aku memulai semua pembelajaran ini dari belajar hiragana, katakana, dan sedikit demi sedikit belajar Kanji. Dari rutin belajar, aku memiliki beberapa kenalan dan teman yang membantuku belajar Bahasa Jepang, termasuk seorang pria Jepang.
2. Pertemuan tak terduga
Perkenalanku dengan pria Jepang ini via online. Dari perkenalan lalu akhirnya kami mulai belajar bersama. Aku belajar bahasa Jepang, ia belajar bahasa Inggris. Berawal dari mengirimkan pesan secara rutin, lalu mulai sering telepon dan video call.
Dia selalu menemaniku belajar setiap malam, membantu memeriksa tugas-tugasku, memperbaiki bahasa Jepangku, serta membantuku mencari pekerjaan via online. Dia pun sering tertidur karena lelah menemaniku belajar, tapi dia cukup sabar untuk tidak mengeluh sama sekali. Aku sangat mengapresiasi atas kebaikan dan kesabarannya.
3. Hari spesial
Semakin hari semakin sering bertemu via online, mengobrol, dan rutin video call setiap malam membuat kita saling terbiasa. Lalu, yang tidak kuduga pada tanggal 13 bulan Oktober 2021, pria Jepang itu menyatakan cinta dan ingin berhubungan spesial denganku.
Pada malam itu juga, akhirnya kita resmi berpacaran. Setelah kita berpacaran, kita pun sepakat untuk menggeser tanggal pacaran kita menjadi tanggal 14 karena kita ingin merayakan Valentine bersama.
4. Dating, dinner, dan menonton bersama
Setelah resmi berpacaran, kami beberapa kali dating bersama. Aku juga beberapa kali berinisiatif untuk mengajaknya membuat acara makan malam bersama dengan membuat Kare Jepang, Pasta ala Jepang dan makanan lainnya. Hampir setiap bulan kita merayakan hubungan kita dengan menyantap kue atau menikmati es krim matcha.
Bulan lalu, aku bercerita padanya kalau aku mulai rutin menonton anime setiap malam hari. Dia mendukungku dengan mengatakan,”iya, menonton anime akan membantumu untuk bisa mendengar bahasa Jepang dengan lebih baik,” ujarnya kala itu.
Beberapa hari setelah momen tersebut, ketika kita sudah selesai makan malam bersama, aku berkata padanya kalau aku sedang menonton ulang anime ‘君の名は ‘ karena aku sangat suka anime ini, dan dia pun meresponku dengan antusias,”Iya, itu anime yang bagus! Aku juga sangat menyukainya!”
Lalu tiba-tiba dia hening sejenak, ternyata dia juga sedang memutarkan anime yang sama dengan bagian cerita yang sama, sehingga pada akhirnya kami menonton film bersama. Dari anime pun aku bisa belajar bahasa Jepang. Bagiku, hal ini sangat menyenangkan. Dia juga tampak menikmatinya.
5. Merayakan hari besar bersama
Tidak terasa hari-hari berlalu dengan cepat, sampai akhirnya mulai memasuki bulan Desember. Pada bulan Desember ia sangat sibuk karena ada pekerjaan hingga malam hari atau menggantikan jadwal rekan kerjanya pada malam hari. Aku pun sibuk dengan pekerjaan pekerja lepasku, olahraga, dan belajar Bahasa Jepang, sehingga kita tidak terlalu memiliki waktu untuk menelpon.
Pada waktu libur Natal hingga tahun baru 2022, dia pergi mengunjungi temannya di Tokyo, tinggal beberapa hari disana dan baru kembali ke tempat tinggalnya pada 3 Januari 2022, tepat sehari setelah ulang tahunnya.
Malam harinya kita memiliki jadwal untuk merayakan ulang tahunnya dengan makan kue bersama, mengobrol hingga larut dan jatuh tertidur.
Beberapa waktu lalu kita baru saja merayakan Valentine bersama dengan makan chocolate cake sekaligus merayakan bulan keempat kita sudah bersama. Kita mengobrol bersama untuk tetap update kehidupan masing-masing sehari-hari. Ternyata saat ini dia banyak mengobrol dengan teman-teman baru untuk meningkatkan bahasa Inggrisnya, sedangkan aku juga masih tetap belajar bahasa Jepang dengan mengikuti beberapa kelas. Sejak beberapa bulan terakhir, dia tidak mengoreksi pekerjaan rumahku karena aku berusaha menyelesaikannya sendiri. Aku hanya tidak ingin membebaninya dengan hal-hal yang bisa aku kerjakan sendiri, meskipun baginya aku tidak menyusahkannya.
Ceritaku ini masih terus berlanjut karena aku masih berhubungan baik dengan beberapa teman Jepang, guru, dan kekasihku. Aku merasa sangat bersyukur karena memiliki kesempatan untuk membuka wawasan dengan belajar bahasa Jepang di usiaku yang hampir mencapai 30 tahun. Aku juga memiliki mereka--yang memiliki keinginan tulus untuk membantuku. Berbekal dari rasa bersyukur ini membuatku terus bersemangat untuk meningkatkan kemampuanku dalam berbahasa Jepang sehingga aku bisa mendapatkan pekerjaan di Jepang dan ingin tinggal dalam jangka waktu yang lama disana.
Penulis: Yuki