Bahasa Jepang Membantuku Menggali Potensi Diri (karya lomba menulis 2022)
Janganlah menyerah selagi masih ada waktu.
Tadinya aku sudah mau menyerah karena batas waktu penyerahan artikel tinggal satu hari. Aku belum juga menulis karena aku berpikir pengalamanku tidak ada yang menarik untuk kutulis. Tetapi, sore tadi seorang penulis berkata bahwa kita tidak perlu takut tulisan kita menarik atau tidak, yang penting terbit dulu. Karena setiap orang pasti akan memiliki penilaian yang berbeda. Dan, jangan pernah berpikir kalau pengalaman kita itu tidak ada edukasinya. Semua ada edukasinya. Tinggal bagaimana cara kita menyampaikannya melalui tulisan. Setelah mendengar itu aku jadi percaya diri dan bersemangat kembali. Di sepanjang perjalanan pulang aku terus memikirkan apa saja yang ingin aku tuliskan. Dan inilah sedikit pengalamanku yang ingin aku ceritakan kepada kalian.
1. Berawal dari Kuis
Dulu, belajar bahasa Jepang sama sekali tidak terpikirkan olehku. Sekitar satu setengah tahun yang lalu, aku mencari aplikasi untuk bermain gim. Karena bosan bermain “puzzle” dan TTS (Teka-teki Silang), aku iseng mengunduh aplikasi belajar huruf hiragana yang ada kuisnya.
Di dalam aplikasi itu ada daftar huruf hiragana dan katakana, serta beberapa jenis kuis. Hampir setiap malam aku bermain kuis ini. Karena keasyikan, lama-lama aku hafal semua hurufnya. Menurutku, huruf Jepang lebih mudah diingat daripada huruf Korea apalagi Thailand (waktu itu aku belum mengenal kanji, ya). Aku memang sempat mengunduh aplikasi huruf Korea dan Thailand. Tapi aku tidak mengerti sama sekali. Jadi aku menghapusnya. Dan yang tersisa hanya huruf Jepang.
Kurang lebih satu bulan aku mengenal hiragana. Aku pun berselancar di internet mencari tahu tentang bahasa Jepang. Dan aku menemukan Wkwkjapan. Aku membaca tentang “aisatsu”. Pembahasannya sangat menarik. Membuatku ingin tahu lebih banyak tentang budaya Jepang.
Menjelang akhir tahun, aku melihat ada pengumuman kursus gratis bahasa Jepang untuk pemula di Facebook. Aku mencoba untuk bergabung hanya bermodal hafal hiragana dan katakana, dan sedikit pengetahuan tentang “aisatsu”. Untungnya aku bergabung tepat di saat kelas baru dibuka. Jadi aku bisa mengikuti materi dari awal dengan baik.
2. Media Pendukung
Bahasa adalah alat komunikasi. Karena itu aku ingin bisa aktif berbicara, tidak hanya sekedar bisa membaca tulisan saja. Aku pun mengunduh buku irodori lengkap dengan audionya. Aku berlatih mendengarkan dan menirukan pengucapannya.
Sayangnya, di sekitarku tidak ada yang sama-sama penyuka Jepang. Beberapa temanku lebih tertarik belajar bahasa Korea karena suka menonton drama Korea. Sedih sih, karena tidak punya teman yang bisa kuajak belajar bersama. Tapi tidak apa-apa. Meskipun hanya sendiri, tidak akan membuatku berhenti belajar.
Selain belajar tata bahasa, tentu aku harus hafal banyak kosakata. Ini adalah kesulitan terbesar bagiku. Karena bahasa Jepang bukan bahasa sehari-hari yang kugunakan, sehingga aku mudah lupa dengan kosakata yang sudah aku hafalkan sebelumnya. Untungnya ada aplikasi untuk membuat kamus pribadi yang ada permainannya. Setiap kali aku mendapatkan kosakata baru, aku akan langsung menambahkannya ke dalam kamus pribadi. Jika ada waktu luang aku bermain tebak kosakata yang ada di kamus itu. Sama seperti saat aku bermain huruf hiragana. Ini sangat membantuku dalam belajar.
3. Origami dan Kirigami
Siapa yang tidak kenal origami? Seni melipat kertas yang berasal dari Jepang yang telah mendunia. Selain origami, ada juga seni yang bernama kirigami. Keduanya sama-sama menggunakan kertas. Lalu apa bedanya? Bedanya, origami hanya melipat kertas saja, sedangkan kirigami melipat kertas dan memotongnya sesuai pola yang kita buat.
Mungkin sebagian orang berpikir bahwa origami dan kirigami adalah permainan untuk anak kecil. Namun, sebenarnya bagi orang dewasa pun juga ada manfaatnya. Kegiatan ini bisa melatih kreativitas dan melatih agar berpikir fokus dan teliti.
Aku tertarik membuat hiasan dinding dengan teknik kirigami. Aku belajar membuat bunga sakura. Pertama-tama aku melipat kertas berwarna menjadi enam bagian dan menggambar pola menggunakan pensil. Lalu aku mengguntingnya mengikuti pola yang sudah kubuat. Dan jadilah sebuah potongan kertas berbentuk bunga sakura. Aku membuat dalam jumlah banyak dan menempelkannya di dinding kamar sebagai hiasan. Sekarang dinding kamarku tidak lagi kosong dan terlihat indah.
4. Menggali Potensi
Banyak hal baru yang kualami semenjak aku belajar bahasa Jepang. Keseharianku yang sebelumnya monoton dan membosankan, kini menjadi lebih berwarna. Aku punya banyak kegiatan yang mengasyikkan sepulang dari bekerja.
Selain belajar bahasa Jepang, sekarang aku sedang belajar mendesain di Adobe Illustrator. Ini lantaran tahun lalu Wkwkjapan merekrut ilustrator. Aku memang tidak mahir menggambar. Tapi aku suka membuat desain. Dulu aku pernah belajar membuat logo, kartu nama, label pengiriman dan undangan. Tapi hanya sebentar dan tidak berlanjut. Sekarang aku ingin menekuni kembali. Apalagi mempelajari desain grafis punya peranan penting agar bisa mengikuti perkembangan dunia digital masa kini.
Tidak hanya itu, aku juga belajar menulis. Dan ini adalah tulisan pertamaku. Mungkin kualitasnya masih kurang bagus. Tapi, ini merupakan bagian dari upayaku untuk menggali potensi yang ada dalam diriku. Aku akan terus belajar dan berlatih untuk meningkatkan kemampuan diri. Agar kelak keahlianku bisa bermanfaat untuk orang lain.
Semua ini terjadi ketika aku belajar bahasa Jepang. Itulah mengapa aku tetap melanjutkan belajar bahasa Jepang meskipun aku belum punya tujuan tertentu akan aku gunakan untuk apa kemampuan bahasa Jepangku nanti.
Penulis: Irma Distari