Saya Suka Orang Jepang
Awal cerita
Kehidupan saya mulai di isi dengan orang-orang dari Negeri matahari terbit di mulai sejak tahun 2012 ketika saya memutuskan untuk pergi ke jepang sebagai peserta magang dan berlanjut hingga detik ini, ya saya menyukai mereka. Kesan pertama yang saya dapatkan ketika pertama kali menginjakan kaki di jepang adalah kedisiplinan mereka yang terlihat dari lalu lintas kendaraan di jalanan yang terlihat seperti di kendarai oleh robot, sungguh membuat saya harus memastikan beberapa kali apakah mobil-mobil tersebut di kendarai oleh manusia atau bukan. Jalanan di Indonesia yang biasa saya lihat berantakan karena pergerakan berbagai jenis kendaraan yang saling mendahului, berhenti sembarangan dan kecepatan mengemudi kendaraan yang tidak beraturan berbanding terbalik dengan kondisi di sana yang sangat teratur dengan kecepatan mengemudi yang sama dan tidak ada yang mendahului sehingga dapat berhenti serentak ketika lampu merah.
Kesan kedua adalah pekerja keras, di tempat saya bekerja sebagai peserta magang, semua orang bekerja dengan semangat dan cepat, tidak ada perbedaan antara wanita maupun laki-laki semuanya dapat mengerjakan pekerjaan yang sama dan kecepatan serta target yang sama. Saya berusaha keras agar dapat menyesuaikan diri di lingkungan kerja di sana.
Kaka orang jepang
Setelah lebih dari setahun bekerja, saya mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan kerja dan melakukan obrolan ringan dengan orang jepang yang bekerja di sekitar saya. Kebanyakan dari mereka adalah wanita dewasa dan lansia, jarang sekali yang seumuran dengan saya yang baru lulus SMA. Hingga pada suatu hari saya menyadari ada seorang cewe yang usianya mungkin hanya beda beberapa tahun dengan saya di line kerja yang berbeda dengan saya.
Dia benar-benar penampakan dari seorang cewe jepang yang cool, dengan style nya yang agak tomboy karena berambut pendek dan mengendarai vespa ketika berangkat kerja. Dia sangat dingin sehingga seolah-olah tidak menyadari kehadiran seseorang di dekatnya, saya fikir dia akan menabrak saya jika saya berdiri di depannya ketika dia berjalan atau hanya menghindar seolah saya adalah tembok. Tapi dengan sikapnya yang seperti itu saya malah sangat tertarik untuk dapat berteman dengannya.
Selanjutnya hari-hari saya di sibukan dengan berangkat kerja di pagi hari menyamakan jam berangkat si kaka karena hanya ingin bertemu dia di tempat parkir (saya membawa sepeda) dan menyapa nya di pagi hari dengan sapaan “Ohayou gozaimasu” jawaban “Ohayou” dari si kaka sudah cukup untuk membuat saya bersemangat untuk berteman dengannya. Biasanya setelah itu kita akan bertemu lagi di toilet ketika dia mencuci tangan dan hanya seperti itu hari-hari selanjutnya.
Berteman dengan dia adalah salah satu target yang harus saya capai hingga saya pulang ke indonesia dalam 3 tahun. Sehingga saya terus berusaha tidak putus asa untuk menyapa dan membagikan makanan kecil, coklat, kue-kue yang saya buat sendiri dan akhirnya saya memberanikan diri untuk menanyakan alamat line nya dannnnn akhirnya dia memberikan alamat line nya kepada saya.
Hari-hari selanjutnya hampir setiap pulang kerja saya mengirim chat hanya untuk mengobrol ringan dengan nya, dia menceritakan kegiatannya, apa yang dia lakukan di akhir pekan hingga pembicaraan mengenai cita-cita yang ingin dia lakukan. Saya sangat senang dengan pertemanan singkat kami karena di tahun ketiga saya harus pulang ke indonesia, di tahun terakhir sebelum saya pulang saya menyempatkan diri memberikan kejutan pesanan kue ulang tahun yang bisa dia ambil sendiri di toko kue kesukaan dia, di hari ulang tahunnya saat saya sudah kembali ke indonesia dia memposting kue yang saya pesan di twitter dengan caption “Oishii, Arigatou” Enak, Terima kasih. Simple, seperti pertemanan kami. 🙂
BAP di kantor polisi di jepang
Salah satu pengalaman ajaib saya di jepang adalah pernah melakukan BAP di kantor polisi di jepang, jadi ketika saya di sana selain bekerja sebagai peserta magang juga belajar bahasa jepang dengan guru volunteer bahasa jepang di malam minggu, belajar dari sekitar pukul 8 malam hingga 10 malam. Ketika itu, saya pulang kerumah dari tempat belajar dengan mengendarai sepeda seorang diri karena teman-teman saya yang lain makan malam bersama di sebuah restaurant. Saya yang memang lebih suka di rumah memutuskan untuk segera pulang, di jalanan yang sepi yang memang biasa saya lalui saya melihat lampu sepeda dari arah yang berlawanan, saya fikir itu orang indonesia karena di kawasan saya tinggal banyak orang indonesia yang semuanya naik sepeda “wah kalau mas-mas orang jawa yang saya kenal saya bisa minta antar pulang ke rumah senior saya” dalam hati saya berkata karena saya biasanya menginap di rumah senior saya ketika weekend. Tapi dugaan saya salah karena setelah berpapasan ternyata bukan orang indonesia. Saya melanjutkan perjalanan pulang dengan biasa saja, namun orang yang berpapasan dengan saya barusan kini sejajar dengan saya. Dia memulai pembicaraan dengan bertanya (saya arti kan percakapannya dengan mudah)
Dia: chotto kikitain desu..(bolehkah saya bertanya).
Saya: nan desuka? (Iya, ada apakah?)
Dia: kawairashii kara,, kekkon shite ! (Anda manis, menikahlah denganku)
Dengan mimik muka kurang sopan.
Saya: ee !!! Naniii,, kowaiiii (hah apa!!! Takuuuutt) dan langsung kabur.
Dia: chotto matte .. Chotto matte
(Terdengar teriakan dari arah belakang)
Pada waktu itu, jujur saya kaget dan takut melihat muka lelaki itu, karena takut dia mengejar saya putuskan berbelok ke toko orang brazil yang masih buka. Dengan tergesa-gesa dan masih takut, saya berniat meminjam hp pemilik toko untuk menelpon ke orang rumah(teman saya yang dirumah) untuk menjemput saya. Melihat saya ketakutan ibu pemilik toko bertanya kenapa? Saya hanya menjawab di sana ada lelaki aneh dan saya takut. Dia memberitahu segerombolan orang-orang brazil yang ada di situ dan mereka meminta saya menunjukkan tempatnya, saya mengatakan bahwa saya tidak apa2, si ibu malah bilang ayo tunjukkan, nanti bukan kamu saja yg di ganggu. Dengan terpaksa saya, seorang ibu2 juga 3 orang lelaki brazil menaiki mobil mencari lelaki aneh tadi, singkat cerita kami menemukan lelaki aneh itu, mobil langsung di parkir dan ketika lelaki brazil keluar mobil lelaki aneh itu biasa saja, tetapi setelah melihat saya keluar mobil dia langsung memutar balik sepeda dengan mengangkatnya dan 3 lelaki brazil tadi langsung mendekap lelaki itu. Ibu2 tadi langsung menghakimi lelaki itu, dengan bahasa jepang yg lancar, apa yg kamu lakukan, beraninya menganggu orang luar negeri di sini, kamu gak punya ibu atau adik perempuan dll ternyata dia lelaki jepang. Ibu tadi malah berinisiatif menelpon polisi, saya hanya bisa menuruti si ibu. Selang beberapa menit 4-5 buah mobil polisi tiba, saya di tanyai KTP, kronologi kejadian, olah TKP ke tempat kejadian, dll saya juga di suruh jujur apakah ada yg di sentuh atau tidak, saya jawab tidak. Akhirnya tanpa bisa menolak saya di bawa ke kantor polisi (kaya mimpi), saya di bawa ke ruangan yg hanya ada saya dan seorang bapak polisi (seperti yang biasa saya lihat di film2) di interogasi, dipindahkan ke ruangan lain dan di tanyai oleh bapak polisi yg berbeda dengan pertanyaan yang sama. Bapak polisi yg terakhir menulis laporan kejadian dengan menanyai saya, pertanyaan yg paling engga banget menurut saya, apakah di indonesia belum pernah ada lelaki yg berkata seperti itu? (Menikahlah denganku) kesannya tuh kaya saya gak pernah punya seseorang yg special sampai berkata seperti itu kepada saya .__.# tapi maksud si bapak mungkin apakah kata2 seperti itu tidak lazim di katakan di negara anda? Jelas tidak, masa iya orang baru ketemu ngajak nikah kan. saya sudah menahan kantuk dan rasa ingin pipis dari tadi, si bapak masih menulis laporan panjang, saya di tawari minum kopi oleh bapak polisi dengan senyum manis dari luar ruangan, saya bilang tidak apa2 (tidak usah maksud saya) dan terimakasih saja karena sebenarnya saya tidak minum kopi, si bapak malah bilang tidak usah malu2 karena ini kantor polisi (terus apa hubungannya? Dalam hati .. maksudnya di kantor polisi tidak usah malu gitu yah). sudah setengah 1 malam si bapak belum selesai juga menulis tangan laporannya, saya izin ke toilet dan sepulang dari toilet si bapak polisi membawakan saya banana ore (susu rasa pisang) tahu saja saya sukanya minum susu (dalam hati). Saya minum karena si bapak maksa harus di minum katanya :v
Pukul 1:30 malam laporan baru selesai, terakhir si bapak berpesan agar saya hati2 dan lapor lagi kalau terjadi sesuatu, karena kami ingin orang luar negeri juga bisa tinggal dengan tenang di jepang dan katanya lelaki jepang itu sudah 2x di tangkap dengan kasus yg sama. Sepeda yg dia bawa juga curian. Saya kaget dan bertanya apakah lelaki itu tinggal di daerah sini? Si bapak menjawab tidak perlu khawatir.
Terakhir saya di beri kartu nama si bapak, alarm pengaman (yg biasa di gantung di tas anak SD di sini) senter, juga pulpen dan pensil bergambar polisi (lumayan :3 buat kenang2an).
Saya di antar sampai depan pintu rumah, di jalan pak polisi bertanya, baru pertama ya ke kantor polisi? saya jawab iya pak, takut sama polisi? Tidak, saya tahu polisi jepang baik2. Arigatou kata si bapak dengan PD nya, aisshhhh 😐 . Pesan terakhir si bapak lain kali main lagi ke kantor polisi ya ! Hehe 😀 saya hanya tertawa. (memangnya kantor polisi salah satu tempat main yah)
Kesan saya.. Memang polisi jepang mukanya baik2, terus pelayanannya, super sekali ! Kasus seperti itu di tangani dengan sangat serius, mungkin kebanyakan orang berfikir itu hal sepele. Pagi harinya ketika saya menceritakan kejadian tersebut kepada guru pembimbing saya, beliau kaget katanya anak pendiam (kelihatannya) seperti saya bisa membela diri dan melakukan BAP sendiri di kantor polisi. Ya begitulah, mau bagaimana lagi.
Si Leader seram
Di tempat kerja saya ada beberapa leader orang jepang dari beberapa departemen bagian, ada salah satu leader yang “cowok banget” karena badannya telihat kotak-kotak karena sering fitnes mungkin dan aksesoris cincin, gelang serta kalung besar di lehernya, oh ya dia juga bertato. Seram karena efek macho nya sungguh menguar. Aksesoris yang paling menarik adalah gelang silver di tangannya, sejak melihatnya saya sering bercanda ke teman saya bahwa saya pengen gelangnya, dia sering menjawab “minta aja!” atau dengan berbisik “om, dia pengen gelangnya nih” tanpa terdengar si empunya , becandaan tersebut akhirnya tersebar ke seluruh penghuni rumah bahwa saya ingin gelang si om. Konyol sekali bukan.
Singkat cerita beberapa hari sebelum pulang ke indonesia, perusahaan mengadakan makan malam bersama dengan kami 8 orang dan semua leader serta petinggi manajemen lainnya. Suasana makan malam yang sangat sangat canggung, saya hanya menikmati makanan tanpa banyak bicara, ada teman kami yang menjadi leader tim kami yang melayani obrolan dengan pihak manajemen juga beberapa teman lain yang aktif (kalau saya pasif).
Ketika saya sedang asik berebut makanan dengan teman saya tiba-tiba salah satu teman saya berkata.
“ya kan niy (memanggil saya) kamu sudah lama pengen gelang nya?”
(saya menengok dan melihat leader tsb sudah sedang melepas gelangnya) haa saya kaget sekali, mengapa teman-teman saya se nekat itu di acara makan malam kaku ini.
“haaahh boong,, “ saya reflek jawab begitu karena perasaan tidak enak.
“aaa sudah jangan malu-malu,, ngaku aja,,, “ teman-teman saya kompak meneriaki.
“nih ambil aja buat kamu” kata si leader dengan ringan sekali.
Ya Allah tolong saya harus apa.. malu.. tidak enak.. takut karena dia seram (perasaan campur aduk) nolak tidak sopan,, nerima tidak enak
Akhirnyaaaa saya hanya bisa bilang “arigatou gozaimashita”.
Pengalaman konyol yang berbuah manis karena saya akhirnya mendapatkan gelang silver yang saya mau berkat kekonyolan teman-teman saya.
Berawal dari seorang penerjemah amatiran
Sepulang dari jepang saya memutuskan untuk mencari kerja dengan mengirimkan beberapa lamaran ke beberapa perusahaan, salah satu lamaran saya kirimkan dengan tujuan langsung kepada branch manager sebuah perusahaan (ternyata perusahaan recruitment) dan saya di panggil untuk interview. Isi lamaran saya sederhana, saya menuliskan bahwa pernah tinggal di jepang selama 3 tahun dan menjelaskan kemampuan bahasa jepang yang (tidak seberapa) yang saya miliki juga ketertarikan untuk bekerja dengan orang jepang.
Pada saat di panggil, beliau memuji isi lamaran saya bagus (karena kata penutupnya saya ambil dari beberapa sumber). Beliau juga bertanya kenapa saya menujukan surat lamarannya langsung atas nama dia? Saya jawab karena saya lihat di web perusahaannya. Terakhir dia juga bertanya saya mau bekerja di perusahaan dia atau di carikan kerja karena ini perusahaan recruitment. Akhirnya saya minta di carikan kerja saja.
Saya memulai karir (entah bisa di sebut karir atau bukan karena baru sejak 2015) saya sebagai penerjemah dari start awal saya di interview dengan hanya menyebutkan, saya tidak memiliki pengalaman sebagai penerjemah namun saya suka bekerja bersama dengan orang jepang, juga dengan start penawaran gaji terserah perusahaan.
Akhirnya saya di terima di perusahaan saya yang pertama, saya belajar melakukan pekerjaan penerjemah dengan banyak belajar, kata-kata baru juga penerjemahan yang baik agar tersampaikan, menguasai keadaaan yang beragam (meeting, darurat, santai, dll). Pada suatu ketika, ada kondisi di mana seorang driver melapor bahwa mobilnya menabrak seekor kambing di jalan dan kambingnya harus di bayar segera. Dengan kondisi yang tergesa-gesa tiba-tiba kosa kata kambing menghilang dari ingatan saya, karena saya harus segera menyampaikan terjemahan agar si orang jepang mengerti saya melapor dengan menerjemahkan kambing dengan “mbeee mbeeee mbeee” menirukan suara kambing. Sial nya suara hewan dalam bahasa jepang dan indonesia berbeda… saya terus meniru suara kambing hingga membuat si orang jepang bingung sambil terus berusaha mengingat kata kambing, setelah saya berhasil merefresh otak saya akhirnya “Yagi” teriak saya dalam bahasa jepang dan dia mengerti. Ya Allah kuatkanlah memori otak saya agar tidak terjadi seperti ini lagi.
Di perusahaan kedua tempat saya bekerja, ketika itu saya baru masuk belum seminggu belajar memahami kondisi perusahaan dengan sedikit-sedikit mengenal produk yang di buat dan proses pembuatannya, karena produk yang di produksi berbeda dengan perusahaan sebelumnya maka saya harus belajar dari nol. Dalam masa kurang dari seminggu, ketika itu hari kamis, tiba- tiba saya di seret di masukan kesebuah ruang meeting berisi sekitar 30 orang jepang dan indonesia dengan presiden direktur yang telah berdiri dan berbicara entah sejak kapan. Saya di beri kode untuk menterjemahkan apa yang beliau ucapkan. Wajah saya otomatis pucat karena tidak tahu harus berbicara apa (waktu adaptasi yang kurang dari seminggu, saya belum tahu apa-apa tentang perusahaan dan belum lagi membiasakan diri mencerna logat bicara orang jepang yang bebeda-beda dan penggunaan kata yang tidak selalu baku) ya Allah kalau saya bisa keluar atau gali lubang mungkin sudah saya lakukan. Si presdir berhenti bicara yang artinya saya harus menerjemahkan penuturan beliau, saya harus berfikir sehat dan sadar,, akhirnya saya terjemhkan pembicaraan beliau sesuai yang saya tangkap intinya meminta maaf karena keterlambatan kedatangan material produksi.
Tidak berhenti di situ, tiba-tiba layar laporan PPT di tampilkan dengan full kanji (karakter jepang), Ya Tuhan cobaan apalagi ini. Otak saya benar-benar blank (karena harusnya materi terjemahan di terjemhkan dulu di awal dengan bantuan kamus untuk karakter yang tidak terbaca) namun jangan kan begitu, saya malah tidak diperlihatkan materinya paling tidak sebelum meeting. Si orang jepang memberikan kode lagi agar saya menerjemahkan, saya tetap berusaha menjelaskan apa yang saya pahami dari materi tsb juga penuturan pak presdir. Sungguh pengalaman yang membuat saya shock.
Diperusahaan ketiga, setelah interview di sebuah kafe tempat minum kopi, si jepang menerima saya bekerja dan sorenya saya langsung di undang makan malam bersama di sebuah restaurant korea. Sungguh aneh sekali, saya bahkan belum mulai bekerja namun sudah mendapatkan undangan makan malam. Saya mengendarai motor matic saya ke restaurant tersebut dan di sambut di pintu masuk restaurant. Ketika masuk ada 2 orang jepang yang menginterview saya tadi siang seorang kakek dan lelaki dewasa juga satu orang china yang lebih muda dan sangat fasih berbicara bahasa jepang, kami makan dengan di awali celotehan si lelaki dewasa yang meyebutkan saya keren karena mengendarai motor matic. Si kakek bercerita beliau menerima saya bekerja karena saya terlihat memperhatikan ketika dia menjelaskan sesuatu pada saay interview, dia juga bilang bahwa saya teman ngobrol yang enak.(dalam hati, yakali lagi interview terus saya cuekin kan)
Si jepang dewasa dengan jujur mengatakan dia menerima saya karena saya kawai.(sejenis lucu atau imut kali ya) mungkin mata dia bermasalah. Obrolan kami berlanjut dengan terus melanjutkan makan, mereka makan dengan minum soju dan sepertinya telah mabuk, si cowo china baik sekali karena menenangkan saya agar tidak usah takut (dia membaca ekspresi saya yang agak tidak nyaman).
Si jepang dewasa menanyakan apa yang saya cari dalam hidup? Uang yang banyak bukan?
Saya jawab tidak juga, saya hanya mencari uang sesuai dengan kebutuhan saya (karena saya kuliah sambil bekerja), dia tertawa (whatt ada yang lucu dengan jawaban saya?) saya menunjukan muka (Whattt?) dia bilang “kamu bohongkan, apalagi yang manusia cari selain uang dalam hidupnya?” saya jawab “mungkin tidak semua orang seperti itu karena saya fikir uang tidak bisa di bawa mati jadi saya mencari uang sesuai dengan kebutuhan saya di dunia.” Dia semakin tertawa dan bilang bahwa jawaban saya seperti buku teks pelajaran. Ya Ampunn .. oarang macam apa ini.. obrolan selanjutnya apapun yang keluar dari mulut saya dia bilang dari buku teks lagi kan. Mungkin dia mabuk 😀
Mungkin saya bukan orang dewasa di mata mereka
Saya kini bekerja di perusahaan pembuat knalpot sepeda motor yang familiar di telinga masyarakat indonesia, orang jepangnya ada 7 orang dengan pekerjaan yang sama saya berinteraksi dengan mereka. Sifat dan sikap orang jepangnya berbeda-beda, ada yang bicaranya pelan, keras, tidak jelas, kalem, gondrong, dll sebenarnya alasan kuat saya tetap bekerja sebagai penerjemah adalah karena saya mempunyai ketertarikan tersendiri dengan karakter dan cara berfikir mereka yang telah saya teliti sejak awal bekerja bersama, mereka unik dalam beberapa hal menarik untuk di ketahui dan kadang tak terbaca. (karena orang jepang sebagian banyak adalah tipe tersirat yang tidak menyampaikan sesuatu secara terbuka apa adanya, melainkan memikirkan perasaan si penerima informasi).
Usia saya saat ini 25 tahun lebih, namun setiap orang jepang yang pertama ketemu saya selalu bilang saya seperti anak SMA malah kadang SMP. (saya pernah di tegur tamu seorang presdir ketika selesai menerjemahkan meeting, dia menegur presdir saya di depan saya langsung “dia bekerja sebagai penerjemah?” “iya” jawab presdir saya. “saya fikir anak SMA” jawabnya).
Pada suatu hari si A berkata (S= saya)
A : yang paling baik dan kamu suka di sini siapa? Di antara semua orang jepang?
S : biasa aja semuanya.
A : kalau si B gimana? (si B itu jepang paling ribet karena suka minta ini itu)
S : biasa aja. Sambil tetap berusaha terlihat biasa saja
A : (berbicara dengan jepang yang lainnya) mungkin nomer dua yang dia benci itu saya karena saya selalu cuek sama dia (nunjuk saya).
S : dihh engga ah biasa aja (PD amat sih loo dalam hati)
Saya pergi dan mereka tertawa melihat ekspresi saya (entah apa yang salah)
Penulis : Nia Purnama