Satu Hari yang Tak Terduga bersama Orang Jepang (karya lomba menulis 2023)
Perkenalkan, saya Ina. Saya kelas 10. Saya sudah belajar bahasa Jepang sejak SD. Saya memliki cukup banyak kenalan orang Jepang di sosial media. Saya belum pernah bertemu dengan orang Jepang. Namun, pada bulan lalu impian saya bertemu dengan orang Jepang akhirnya terwujudkan. Hari Minggu, tanggal 5 Februari 2023, saya pertama kalinya bertemu dengan orang Jepang. Dan bisa dibilang saya juga sekaligus menjadi pemandu perjalanan mereka dan penerjemah bahasa Jepang untuk pertama kalinya.
1. Sehari sebelum bertemu dengan orang Jepang
Pada malam hari, entah mengapa tiba-tiba saya memikirkan tentang teman Jepang saya yang tinggal di Semarang dan menjadi Nihongo Partners di salah satu SMA di Ambarawa. Saya berpikiran, mengapa teman Jepang saya itu tidak berkunjung ke kota saya, yaitu Pekalongan. Padahal, jarak antara Semarang dan Pekalongan hanya sekitar 1 jam an jika dengan kereta api.
2. Pertemuan dengan orang Jepang
Pada keesokan harinya, yaitu hari Minggu, seperti biasa saya menjalani rutinitas pagi saya di hari libur. Setelah itu, saya bersantai dan bermain HP. Saya membuka Instagram. Tidak sengaja, saya melihat story Instagram teman orang Jepang saya yang bernama Akane (maaf, ini nama samaran). Di story nya, dia sedang berada di stasiun dan tertulis "ペカロンガンに行ってきます" (Saya akan pergi ke Pekalongan). Melihatnya, saya pun kaget dan sontak membalas story nya. Saya membalas, "Saya tinggal di Pekalongan. Saya ingin bertemu dengan Kak Akane. Jika berkenan, bagaimana jika kita bertemu?" Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya dia pun membalas, "Saya diajak oleh teman saya, jadi saya tidak begitu tahu, tapi katanya mau ke Museum Batik." Lalu, saya bertanya, "Apakah saya boleh ke sana untuk bertemu?" Dia membalas, "Boleh." Begitu senang dan bahagianya saya ketika dia memperbolehkan saya untuk bertemu dengannya. Dengan penuh rasa semangat, saya segera bersiap-siap dan bergegas pergi ke Museum Batik dengan sepeda. Hari itu benar-benar tidak terpikirkan oleh saya bahwa saya akan bertemu dengan orang Jepang untuk pertama kalinya. Padahal baru semalam saya memikirkan dan menginginkan teman Jepang saya mengunjungi kota saya.
Di perjalanan, saya gembira sekali. Saya mengayuh sepeda dengan cepat, karena tidak sabar bertemu dengan orang Jepang. Setelah ± 30 menit, sampailah saya di taman, depan Museum Batik. Saya berhenti sejenak di taman itu. Lalu, saya bertanya lagi kepadanya untuk memastikan bahwa teman Jepang saya benar-benar berada di Museum Batik. "Apakah saya boleh masuk?" tanya saya. Dia membalas, "Saya ada di sini sedang membuat batik tulis." Lalu, saya segera memarkirkan sepeda saya dan masuk ke dalam Museum Batik.
Sebenarnya, saya hanya pernah pergi ke Museum Batik sekali saja, ketika masih SD. Dan saya juga tidak berani masuk ke Museum Batik sendirian. Namun, karena saya ingin sekali bertemu dengan teman Jepang saya dan berbicara langsung menggunakan bahasa Jepang, saya memberanikan diri masuk ke Museum Batik. Ketika masuk, saya ditanya-tanya oleh petugas Museum Batik, "Apakah ke sini sendirian? Kelas berapa? Dari sekolah mana? Apakah ke sini karena tugas sekolah?" dan lain-lain. Saya pun menjawab dan mengiyakan saja pertanyaan tersebut. Kemudian, setelah selesai ditanya-tanya, saya membayar tiket masuk seharga Rp3.000,-. Diajaklah saya menuju ruang pameran batik dan dijelaskan tentang batik oleh petugas. Dengan sabar satu per satu ruangan saya masuki dengan ditemani Petugas Museum Batik. Lalu, setelah selesai dijelaskan dan keluar dari ruang pameran, saya kaget. Saya melihat teman Jepang saya yang biasanya hanya bisa saya lihat di Instagram, kini saya bisa melihatnya langsung di depan mata saya.
Untuk memastikan, saya bertanya kepada petugas, "Itu orang Jepang, ya?" Petugas pun menjawab, "Ya, itu orang Jepang." Lalu, saya berkata, "Sebenarnya saya kenal dengan mereka, saya temannya. Saya teman dari salah satu orang Jepang tersebut." Petugas menanggapi saya dengan rasa kebingungan dan bahkan mungkin curiga dan menganggap saya hanya bercanda. "Teman di mana? Kenal di mana? Nama orang Jepangnya siapa? Biar saya panggilkan. Kamu bisa bahasa Jepang?", Tanya Si Petugas dengan penuh kebingungan. Lalu, saya pun menjawab, "Saya kenal dan berteman dengannya di Instagram. Namanya Akane. Saya bisa bahasa Jepang."
Lalu, Petugas pun memanggil orang Jepang tersebut dan bertanya, "Ini katanya ada yang kenal dengan Akane. Apakah benar temannya?" Kak Akane pun langsung menyapa dan menyambutku dengan ramah menggunakan bahasa Jepang. "イナちゃん、こんにちは!来てくれてありがとう!" (Hai, Ina. Makasih udah dateng.) Di sana, Kak Akane datang bersama keempat temannya yang juga Nihongo Partners dan seorang guru bahasa Jepang (Orang Indonesia) dari Kendal. Kak Akane dan keempat temannya adalah Nihongo Partners periode ke-17 yang mengajar bahasa Jepang di SMA yang ada di Jawa Tengah. Kak Akane memperkenalkan saya kepada temannya dan otomatis saya mendapat teman Jepang baru. Mereka menyapaku dengan ramah dan saya diajak berfoto bersama kelima orang Jepang tersebut.
Waktu di Museum Batik pun sudah selesai. Mereka akan melanjutkan perjalanan selanjutnya, yaitu ke Kampung Batik Pesindon. Petugas Museum Batik menyarankan agar saya juga ikut diajak bersama mereka. Lalu, saya diperbolehkan untuk ikut bersama orang Jepang. Kami akan pergi ke Toko Batik yang ada di daerah Kampung Batik Pesindon dengan taksi online. Karena tidak mungkin yang lain naik mobil dan saya naik sepeda sendiri. Akhirnya, sepeda saya dititipkan di Museum Batik. Dan karena tidak muat jika 7 orang berada di dalam satu taksi, jadi mereka memesan 2 taksi. Tak lama kemudian, taksi pun datang. Saya satu mobil dengan Kak Akane, Kak Kazuma (nama samaran), dan Kak Ayumi (nama samaran). Saya sangat senang karena bisa berada di satu mobil dengan orang Jepang. Hari itu sungguh seperti mimpi karena pertemuan ini benar-benar mendadak dan tidak ada janji sama sekali dengan mereka.
3. Perjalanan Menuju Kampung Batik
Di dalam taksi, mereka mengajak saya mengobrol. Saya ditanya-tanya oleh mereka. "なんでペカロンガンに来てるの知ってますか? (Kok bisa tahu bahwa kami di Pekalongan?)” Saya menjawab, "あかねさんがストーリーでペカロンガンに行ってきますって言ってたからです (Soalnya Kak Akane bilang di story nya mau pergi ke Pekalongan.)" Dia menjawab, "あかねさんのストーリー見たんだ (Liat story nya Akane ya.)" Lalu mereka bertanya kepada Kak Akane, "Bagaimana bisa kenal dan berteman dengan Ina?" Kak Akane menjawab, "Saya kenal dengan Ina dari Zoom. Waktu itu kami mengikuti zoom yang diselenggarakan oleh teman saya. Ina presentasi tentang makanan sehari-hari orang Indonesia." Lalu, mereka lanjut bertanya-tanya kepadaku. Mereka bertanya, "Sejak kapan belajar bahasa Jepang? Apakah di sekolah ada pelajaran bahasa Jepang?" Saya menjawab, "Saya belajar bahasa Jepang dari kelas 3 SD. Di sekolah saya tidak ada pelajaran bahasa Jepang, tetapi ada ekstrakurikuler bahasa Jepang." Lalu mereka juga menanyakan tentang ada berapa teman Jepang saya, bagaimana caranya mendapatkan teman orang Jepang.. Mereka juga menanyakan tentang kehidupan sekolah saya dan pertanyaan lainnya yang tidak bisa saya sebutkan semua di sini.
4. Di Toko Batik
Tak lama kemudian, kami sampai di Toko Batik yang ada di daerah Kampung Batik Pesindon. Di sana mereka melihat-lihat batik dan membelinya. Di sana, pemilik toko berkata bahwa dulu ada orang Jepang yang membuat canting cap batik motif Jepang, yaitu Hokokai. Pemilik toko mengambil canting cap tersebut dan memperlihatkan kepada orang Jepang. Setelah selesai memilih batik dan membayar, kami diajak berfoto dengan pemilik toko batik tersebut. Lalu, kami pun keluar dari toko batik tersebut. Saya senang sekali karena ini pertama kalinya saya pergi ke Kampung Batik (Padahal saya asli Pekalongan wkwk).
Lalu, salah satu orang Jepang bertanya kepada saya mengenai rekomendasi tempat di Pekalongan, "ここのおすすめの場所はありますか? (Apakah ada tempat rekomendasi di sini?)" Saya menjawab, "あります。(Ada.)" Karena sudah sangat lama saya ingin sekali ke Cafe dekat rumah, maka saya merekomendasikan cafe tersebut. Lalu, mereka pun memesan taksi online dan menuju ke sana.
5. Di Cafe
Setelah sampai di cafe, kami disambut oleh pelayan cafe tersebut dan disuruh duduk di sofa. Namun, teman Jepang saya tidak mengerti apa yang dikatakan oleh pelayan. Lalu, saya membantu menerjemahkan ke bahasa Jepang agar dapat dipahami. Lalu, kami pun duduk di sofa yang sudah disediakan untuk 7 orang. Kemudian, kami memilih-milih menu. Namun, saya bingung akan memesan apa. Karena harganya sangat mahal bagi saya. Selain itu, cafe tersebut memang termasuk salah satu cafe mahal. "決めた?(Udah memutuskan mau pesen apa?)", tanya Kak Akane. "まだ決めてないです。(Belum.)", jawab saya. Kak Akane pun bilang, "好きなものでいいよ (Pilih aja yang kamu suka.)" Lalu, saya memilih pasta dan jus stroberi yang sama dengan Kak Akane. Namun, saya khawatir uang saya kurang karena saya hanya membawa uang Rp50.000,- saja. Sedangkan total harga makanan yang saya pesan lebih dari Rp60.000,-. Lalu, saya pun bilang kepada Kak Akane bahwa uang saya kurang. Karena malu, saya tidak bilang secara langsung, namun melalui DM di Instagram. Kak Akane menjawab, "大丈夫だよ。気にしなくていいよ (Gapapa kok. Ga usah dipikirin.)" Saya lega, karena Kak Akane sangat baik. Setelah selesai makan, saya bertukar instagram dengan mereka. Kemudian, saya ditawari untuk makan Gelato oleh Kak Akane. Lalu, saya menyetujui tawaran tersebut. Di sana, saya merasa senang sekali dan juga merasa tidak enak hati. Mengapa demikian? Karena saya tidak punya banyak uang tetapi malah merekomendasikan dan mengajak mereka ke cafe yang mahal wkwk. Dan akhirnya saya ditraktir dan dibayarin oleh Kak Akane dari awal sampai akhir.
Sebelum keluar dari cafe, saya bilang kepada Kak Ayumi yang duduk di samping saya bahwa saya ingin berfoto sekali lagi. Lalu, kami berfoto bersama dibantu oleh pelayan cafe tersebut. Ketika keluar dari cafe, kebetulan saya bersebelahan dengan Kak Kazuma, satu-satunya orang Jepang laki-laki yang ikut. Saya bilang kepadanya, ”2人で写真撮りたいです。(Saya ingin foto berdua.)” Lalu, Kak Kazuma pun dengan senang hati mau berfoto dengan saya. Karena pada saat akan berfoto, taksi sudah datang. Jadi saya hanya sempat berfoto sekali saja dengan Kak Kazuma.
6. Berpisah dengan orang Jepang
Setelah itu, kami pun pulang. Mereka akan ke stasiun kembali ke Semarang. Namun, karena sepeda saya masih berada di Museum Batik, jadi terpaksa mereka harus menurunkan saya di Museum Batik lagi untuk mengambil sepeda. Padahal cafe tersebut sangat dekat dengan rumah saya, tapi saya harus mengambil sepeda di Museum Batik yang jaraknya >3 km 😭. Sesampainya di Museum Batik, perasaan saya sangat sedih karena akan berpisah dengan teman-teman Jepang saya. Saya bergumam di dalam hati, "Kenapa ketemunya cuma sehari aja? Akan lebih baik kalau 2-3 hari atau bahkan seminggu." Lalu, saya turun dari taksi, mereka mengucapkan ”またね。気をつけてね〜 (Sampai jumpa lagi ya. Hati-hati yaa.)” Saya pun mengucapkan terima kasih kepada mereka. Lalu, saya mengambil sepeda saya dan pulang ke rumah dengan perasaan senang bercampur sedih. Saya sangat berterima kasih dan senang kepada mereka. Karena selama perjalanan mereka selalu mengajak saya berbicara dengan baik dan bertanya-tanya tentang Pekalongan. Sungguh pengalaman yang tak akan bisa saya lupakan, walaupun hanya sehari saja.
Sekian pengalaman pertama kali saya dengan orang Jepang. Semoga dapat bermanfaat dan sedikit memotivasi kalian semua. Terima kasih sudah membaca sampai akhir.
Penulis: Safina Najah