Pengalaman Mengesankan Tinggal di Jepang Selama Tiga Tahun (karya lomba menulis 2021)

lomba_2021Lomba Menulis

Hai… perkenalkan, saya Nia 27 tahun seorang penerjemah bahasa jepang. Saya memulai karir saya pada tahun 2015 (saat baru pulang dari jepang) hingga saat ini. Saya pernah tinggal di Jepang sebagai peserta magang selama tiga tahun, ada banyak pengalaman berharga yang saya dapatkan dan berikut adalah yang paling mengesankan. Saya akan bercerita sambil bernostalgia tentang negara yang selalu saya rindukan.

1. Mengejar matahari terbit di puncak Gunung Fuji 3776m

Foto di ambil dengan ipod 5th

Melihat matahari terbit di puncak Fuji merupakan mimpi yang tersimpan diam-diam di benak saya, kenapa begitu? karena saya belum pernah mendaki gunung sebelumnya. Mimpi itu saya simpan dan bawa hingga menginjakan kaki di negeri matahari terbit. Di tahun kedua saya tinggal di Jepang, ketika musim panas di pertengahan bulan agustus pendakian ke gunung fuji di buka, beruntung seorang teman bersedia menemani saya mendaki fuji ketika yang lain menolak ajakan jalan-jalan yang terlalu beresiko tersebut.

Berawal dari impian yang berdasarkan rasa penasaran, pendakian pertama saya di awali di negeri ini. Perjalanan di mulai pukul 18:30 dengan di iringi rintik hujan yang enggan mereda seakan ingin menemai pencapaian saya malam itu, ketika akan naik ada seorang kakek yang baru saja turun bercerita bahwa pendakian ke puncak fuji itu berat, gunung fuji lebih indah di lihat dari jauh bukan untuk di daki. Selain itu petugas keamanan juga berpesan agar kami berhati-hati dan memberitahu kemungkinan cuaca buruk akan menghalangi matahari terbit esok hari. Namun hal tersebut tidak meruntuhkan semangat saya.
Gunung fuji adalah gunung dengan medan yang berbatu, hamparan kerikil juga batu-batu besar yang di beri patok besi agar aman untuk di injak menghiasi jalur pendakian. Sepanjang jalur pendakian terdapat tanda arah dengan bahasa inggris yang sangat jelas untuk di ikuti juga terdapat pos-pos yang memiliki fasilitas mesin penjual minuman otomatis dengan harga tiga kali lipat, toilet hingga hotel di atas gunung, sungguh amazing sekali bukan.

Penampakan toilet di puncak gunung fuji

Saya bertemu dengan beberapa orang indonesia yang juga mendaki malam itu, semakin ke atas langkah kaki terasa lebih ringan apalagi di hadiahi taburan banyak sekali bintang di langit juga bulan, doa saya sepanjang perjalanan di dengar Tuhan, cuaca membaik, berkeyakinan esok hari matahari terbit pasti akan terlihat!

Foto bulan yang menemani saya malam itu

Perjalanan mendaki ke puncak semakin menantang dengan medan yang semakin miring juga angin kencang yang membawa pasir. Pendakian pun bukan hanya di lalui dengan mendaki namun juga merangkak karena angin hampir saja menerbangkan tubuh yang berjalan di medan yang sangat miring. Saya sepertinya masuk angin karena sejak awal pendakian di iringi hujan juga angin kencang, sempat terfikirkan bagaimana caranya saya bisa turun ke bawah nanti. Namun saya tidak boleh menyerah, di pendakian ini di musim panas pun suhu gunung membuat tak nyaman untuk beristirahat lama-lama karena badan rasanya kaku dan akan membeku, maka jalan terus adalah pilihan yang bijak.

Saya mencapai pos terakhir sekitar pukul 2:30 dini hari dengan di hadiahi semburat air gerimis terbawa angin kencang yang juga membawa butiran pasir. amazing sekali! perut yang sakit karena masuk angin membuat saya ingin pingsan rasanya. Kami segera berteduh si sebuah warung dan memesan sup miso panas juga susu hangat yang membuat perut saya baikan karena di isi sesuatu yang hangat. Pukul 4:20 matahari mulai menunjukkan tanda akan segera terbit, para pendaki berebut untuk mengambil video dan foto. Karena tidak ingin melewatkan moment yang di tunggu, akhirnya saya ikut berdesak-desakan dengan mengjinjitkan kaki untuk dapat mengambil foto. Beruntung ada bule baik hati yang mau bertukar tempat. Para pendaki tetap menunggu moment matahari terbit walaupun angin sangat kencang, membuat tubuh mengigil, beberapa kali saya hampir terbang. Matahari terbit, orang-orang jepang berteriak Goraiko! Goraiko! Banzai!. Rasanya semuanya terbayar sudah saat melihat matahari terbit!

Perjuangan belum selesai setelah naik tentu saya juga harus turun gunung karena tidak mungkin saya terbang untuk sampai di bawah. Jalur turun berbeda dengan jalur naik, jalur turun di hadiahi medan yang hampir seluruhnya pasir dan batuan kerikil dengan medan menurun. Rasanya seperti bermain papan seluncuran tanpa menggunakan papan dengan bantuan dorongan angin kencang saya turun dengan kaki yang terasa semakin sakit karena menahan berat tubuh sehingga membuat saya terpleset jatuh. sungguh melelahkan sekali!

Medan saat turun
Gunung fuji dari dekat
Lautan awan

Saya tiba di pos pertama pendakian pukul 10 pagi ternyata waktu turun lebih pendek karena di lalui dengan seluncuran di atas pasir dengan bantuan tongkat. Mengesankan sekali juga ada sedikit rasa bangga karena akhirnya bisa menyelesaikan pendakian, mengalahkan keinginan di dalam diri sendiri untuk menyerah tanpa sampai ke puncak, yang terus mengusik hati selama perjalanan.

2. Mengunjungi Teman SMA (Wisata ke Tateyama Kurobe Alpine Route dan Tonami Tulip Fair)

Dinding salju Tateyama alpine route

Pengalaman yang kedua yaitu berkunjung ke tempat tinggal seorang teman SMA yang berada di dekat tempat wisata Tateyama alpine route. Siapa yang tidak tahu kecanggihan transportasi jepang? sebagai negara maju tidak heran jika Jepang memiliki transportasi umum hingga ke plosok daerah bahkan ke atas gunung. Jalur kereta di jepang mencapai titik-titik terdalam pedesaaan yang walaupun jumlah penumpangnya seorang saja kereta akan tetap beroperasi. Saya pergi mengunjungi teman saya seorang diri dengan menaiki kereta ekonomi dengan lama perjalanan sekitar 7-8 jam. Perjalanan pertama saya seorang diri karena biasanya pasti dengan teman-teman. Jepang adalah negara yang relatif aman bagi WNA sekalipun, tahun kedua dan ketiga tinggal di Jepang dapat di lalui dengan lebih mudah karena sudah bisa berbicara bahasa Jepang sehingga mudah untuk bertanya ketika tersesat di jalan. Saya sungguh merindukan masa-masa dapat “ngebolang” di Jepang dengan rasa aman. Semoga suatu saat saya dapat kembali kesana.

Kembali ke cerita, untuk mencapai dinding salju yang memiliki ketinggian maksimal 19 meter ini, kami menaiki sejenis kereta kecil dengan rel menjulang ke atas gunung, kereta berjalan di atas rel dengan di tarik sebuah tali yang sepertinya terbuat dari baja, amazing sekali rasanya ketika menaikinya. Setelah turun dari kereta kecil tersebut, kami menaiki bus untuk mencapai tujuan. Bus berjalan di tengah-tengah dinding salju yang menjulang tinggi di atas gunung, siapa yang mengeruk salju dari jalanan nya? apakah saljunya tidak akan mencair dan longsor ke tengah jalan lalu menimpa bus? begitulah isi fikiran saya ketika datang ke tempat ini. Sebenarnya semakin ke atas akan ada sejenis waduk dengan pemandangan yang indah. Namun waktu dan uang saya waktu itu tidak cukup untuk pergi ke sana hehehe

Di tempat ini hamparan salju dapat terlihat sejauh mata memandang, namun karena saya kesana saat musim semi suhu udara nya tidak terlalu dingin walaupun di tengah hamparan salju sehingga saya melepas coat saya.

Selain mengunjungi Tateyama alpine route, kami juga berkunjung ke Tonami Tulip Fair. Dulu sekali ketika saya masih SD, saya pernah bercita-cita untuk dapat pergi ke Belanda agar dapat melihat Tulip dan makan keju hehe ternyata saya dapat melihat tulip juga di Jepang, biasanya para tetangga akan menanam tulip di dalam pot di samping rumahnya, sungguh indah walaupun hanya beberapa biji saja. Kali ini saya berkesempatan untuk melihat hamparan tulip berwarna-warni di taman yang cukup luas. Walaupun saat kesana cuaca sedang turun hujan tetapi sungguh pengalaman yang sangat mengesankan untuk saya. Pengalaman tinggal di Jepang sangat membekas di hati saya karena mimpi-mimpi kecil saya bisa terwujud disana.

3. Berfoto di setiap musim berganti

Jepang adalah negara dengan empat musim yang tentu nya berbeda dengan negara kita Indonesia. Maka pergatian musim di sana adalah pengalaman baru untuk saya yang sejak lahir tinggal di Indonesia. Ketika musim dingin tiba, daerah tempat saya tinggal termasuk ke dalam daerah yang di singgahi salju, walaupun rasanya dingin sekali namun saya dan teman-teman tidak akan melewatkan waktu salju turun dan menumpuk di taman-taman dekat rumah. Walaupun hanya di ambil di sekitaran tempat tinggal foto salju nya sangat indah dan bermakna bagi saya. Di taman dekat rumah, anak-anak kecil Jepang juga antusias bermain salju dan membuat boneka salju ketika salju pertama turun di musim dingin.

Setelah musim dingin berakhir maka musim semi tiba dengan bunga sakura yang bermekaran, orang jepang akan antusias menyambut musim semi dengan menikmati keindahan bunga sakura bermekaran dengan tradisi yang di sebut hanami. Hanami biasanya di lakukan di minggu puncak sakura mekar dan sebelum bunga nya rontok terguyur hujan. Momen mekarnya bunga sakura akan sangat sayang untuk dilewatkan. Maka saya pun menyempatkan diri untuk mengambil foto kenangan yang sangat berharga dengan bunga sakura yang bermekaran.

Setelah musim semi usai maka datang musim panas, musim panas di Jepang relatif lebih panas di banding di indonesia. Mungkin karena Jepang adalah negara dengan empat musim, matahari nya jadi lebih terik. Di musim panas tempat berkesan yang saya sempat kunjungi adalah Arashiyama dan Amanohashidate. Sebenarnya, Arashiyama selalu berkesan di kunjungi di musim apapun karena di Arashiyama kita juga dapat menikmati sakura di musim semi, momiji di musim gugur, bambo forest, monkey park juga asri nya panorama sungai dan gunung. Sedangkan Amanohashidate adalah salah satu dari tiga pemandangan terindah di Jepang. Amanohashidate adalah jalur panjang gundukan pasir yang memisahkan teluk miyazu dan laut jepang membentang sepanjang 3,3km. Di Sepanjang jalur pemisah tersebut di tumbuhi pohon pinus dan kita dapat menyewa sepeda untuk bersepeda di pinggiran pantai yang rimbun di bawah pohon pinus. Kita juga dapat berhenti untuk bermain air laut dan pasir pantai. Sungguh pengalaman yang sangat mengesankan! Jika di lihat di antara dua kaki dengan cara membungkuk, jalur penghubung ini akan terlihat menuju langit, seperti jembatan penghubung.

Terakhir adalah musim gugur, musim gugur identik dengan momiji atau daun maple yang akan berubah warna dari hijau menjadi kemerahan dan berguguran. Sebelumnya, saya kira hanya bisa melihat daun maple di Kanada karena lambang bendera negaranya menggunakan daun maple, ternyata saya juga bisa menikmati keindahan daun maple di Jepang. Saat musim gugur tiba, udara dingin mulai terasa karena setelahnya adalah musim dingin. Namun menikmati keindahan daun maple yang berubah warna menjadi kemerahan adalah kesempatan yang sayang untuk di lewatkan.

Selain menikamti pergantian musim di Jepang, tentu saja banyak hal lain yang sangat mengesankan yang saya dapat lakukan ketika tinggal di Jepang seperti mengunjungi Universal Studio Japan dan mencoba semua wahana nya, keliling melihat kuil-kuil dan tempat wisata di Kyoto dengan menggunakan bus yang bisa di naiki seharian dengan harga tiket 500 yen atau sekitar Rp. 50.000, mengunjungi Osaka, Kobe dll. Selain berwisata, Saya juga sangat menikmati keseharian di tempat tinggal saya, seperti bekerja dan berteman dengan orang Jepang, pergi berbelanja dengan menggunakan sepeda bahkan saat hujan dan turun salju, berkeliling kota tempat tinggal saya dengan sepeda hingga tersesat dan buka map untuk pulang, pergi ke perpustakaan pada hari minggu untuk membaca buku dan bermain di taman kota juga melihat anak-anak orang Jepang, berburu diskon telur dan tauge di supermarket, menikmati es krim dan makanan di cafe joyful dan banyak hal kecil lain. Tinggal di Jepang, walaupun hanya tiga tahun, merupakan kesempatan yang sangat berharga karena saya dapat belajar dan melihat banyak hal juga yang tidak ada atau belum ada di Indonesia. Selain itu, pengalaman tersebut juga sedikit banyak telah mengajarkan saya tentang budaya, bahasa dan orang Jepang itu sendiri yang sangat berguna untuk pekerjaan yang saya geluti saat ini, kehidupan bahkan mempengaruhi pola fikir atau mindset saya tentang banyak hal. Bagi yang bercita-cita ingin belajar atau bekerja di Jepang, gapailah mimpi kalian dengan serius karena ketika kalian berhasil akan ada banyak hal yang sangat berguna yang dapat di pelajari untuk kehidupan kalian dengan hanya tinggal di Jepang. Bagi yang akan berangkat atau sudah ada di Jepang maka manfaatkanlah waktu kalian sebaik-baiknya untuk belajar banyak hal yang dapat di pelajari di sana dan yang tidak ada di Indonesia sehingga sepulang dari Jepang, pelajaran tersebut telah terserap dan menjadikan kalian manusia yang memiliki pengalaman dan pola fikir lebih maju dari sebelumnya untuk dapat menjadi pribadi yanag lebih baik (level up), memiliki kehidupan yang lebih baik atau bahkan dapat berkontribusi dalam memajukan bangsa Indonesia.

Penulis : Nia Purnama