Bahasa Jepang dalam Hidupku (karya lomba menulis 2022)
Bahasa Jepang Pertamaku
Sejak kecil, aku sangat menyukai hal-hal yang bernuansa Jepang. Hal pertama yang membuatku tertarik terhadap Jejepangan adalah anime. Mungkin beberapa dari teman-teman ada yang sama sepertiku, hehee. Anime yang pertama kali kutonton adalah Naruto. Dari Naruto aku mulai menyukai kebudayaan Jepang, khususnya bahasa Jepang. Meski sedikit konyol, dulu aku sangat sekali ingin bertemu dan berbicara dengan karakter-karakter dalam anime Naruto (Imajinasi masa kecil, haha). Bahkan, aku pun menulis dan menghafalkan lirik lagu dari setiap soundtrack Naruto, meski tidak tahu apakah lirik yang kutulis itu benar atau salah. Kemudian aku menyanyikannya dengan penuh percaya diri. (Ahhh, aku sangat malu mengingatnya). Oleh karena itu, aku mulai sedikit sedikit mempelajari bahasa Jepang dari internet dan buku. Buku yang diperbitkan oleh LIBERTY, YOGYAKARTA dan disusun oleh Edi Tomo adalah buku bahasa Jepang pertama yang aku baca. Materi bahasa Jepang pertama yang aku pelajari adalah kata tunjuk, seperti これ、それ、あれ. Ayahku memberikannya untukku ketika beliau juga sedang mempelajari bahasa Jepang. Sudah terlihat sangat lusuh ya. Meski begitu, buku ini sangat berharga dan berarti untukku. ✨
Lomba Bahasa Jepang Pertamaku ketika SMA
Aku semakin menyukai bahasa Jepang hingga Sekolah Menengah Atas. Aku senang sekali bisa bergabung dengan klub bahasa Jepang di sekolahku. Di sana aku mendapatkan teman-teman yang juga menyukai Jejepangan khususnya bahasa Jepang sama sepertiku. Meski terdapat klub bahasa Jepang, sekolahku tidak memiliki pelajaran bahasa Jepang. Selain itu, terkadang klub bahasa Jepang di sekolahku dipandang sebelah mata oleh beberapa guru dan siswa lain karena dianggap tidak produktif dan hanya bermain-main. Bahkan ada beberapa siswa yang mengatakan bahwa klub bahasa Jepang adalah kumpulan bagi para wibu (sebutan untuk orang-orang yang sangat tergila gila pada anime dan Jejepangan). Meski aku sudah terbiasa dengan candaan seperti itu, tetap saja terkadang rasanya sedikit menyakitkan. Oleh karena itu, aku mulai belajar bahasa Jepang dengan giat dan mengikuti berbagai perlombaan bahasa Jepang tingkat SMA sederajat untuk membawa nama harum klub bahasa Jepang di sekolahku.
Meskti tidak ada pelajaran bahasa Jepang di sekolahku, aku berusaha belajar secara otodidak dan mendapat bimbingan dari sensei (guru; dalam bahasa Indonesia) yang mengajar di klub bahasa Jepang sekolahku. Lomba bahasa Jepang yang pertama aku ikuti adalah スピーチコンテスト atau lomba berpidato dengan bahasa Jepang yang dilaksanakan oleh Universitas Diponegoro (sekarang pun aku berkuliah di sini loh, hehee). Banyak hal berkesan dari lomba pertamaku ini. Aku mendapat banyak teman yang juga suka mempelajari bahasa Jepang dan untuk pertama kalinya aku berbicara dengan orang Jepang. Meski bahasa Jepangku saat itu masih terbata-bata dan sering dicampur dengan bahasa Inggris, aku merasa sangat senang. Hal yang tidak aku sangka dan paling berkesan, ternyata aku bisa memperoleh juara III. Aku sangat terkejut dan hanya bisa tersenyum lebar kala itu, hehee.
Teman-Teman Lomba Bahasa Jepangku yang Berharga
Lomba yang juga berkesan untukku adalah lomba pidato yang dilaksanakan oleh MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) bahasa Jepang. Lomba ini diadakan di berbagai provinsi, yaitu Jawa Tengah dan DIY, Jawa Timur, Jawa Barat, Bali, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Sulawesi Utara. Setiap provinsi akan diwakili oleh dua siswa yang mendapat juara I dan II menuju tingkat nasional. Aku sangat ingat pidato yang aku bawakan saat itu adalah tentang mie ayam dan filosofinya sebagai makanan kesukaanku. Apakah teman-teman juga ada yang menyukai mie ayam? Hehee. Di luar dugaan, aku mendapat juara II dari topik mie ayam itu. Aku yang terlampau tidak percaya hanya mematung sebelum akhirnya teman-temanku memanggil namaku dan menyuruhku maju untuk menerima penghargaan. Bahkan juri lomba speech, Okamoto Taku sensei, memanggilku dengan sebutan mie ayam-san. Lucu sekali ya 😆
Beberapa bulan kemudian, aku mendapatkan undangan untuk mengikuti lomba pidato bahasa Jepang tingkat nasional di Jakarta bersama siswa yang mendapat juara I dari SMA lain, Lala senpai ✨ Ketika sampai di bandara Soekarno Hatta, Jakarta, aku bertemu dan berkenalan dengan peserta lain. Rasanya senang dan bangga sekali bisa mengobrol dengan teman-teman yang hebat dari berbagai provinsi di Indonesia. Kami pun diberi arahan untuk lomba esok hari dan pergi menuju hotel untuk beristirahat.
Keesokan hari, kami berangkat menuju tempat lomba. Saat itu, aku tidak berharap untuk menang sama sekali. Aku sudah merasa sangat bersyukur bisa sampai di titik ini dan bertemu dengan teman-teman yang hebat. Sebelum lomba dimulai pun kami berfoto bersama di back stage sebagai kenang-kenangan loh. Aku selalu tersenyum dan merasa nostalgia ketika melihat ulang foto itu.
Akhirnya gilirian untukku tampil pun datang. Aku sangat gugup karena baru pertama kali tampil di depan orang yang sangaaat banyak dan tempat yang sangat luas. Bahkan aku sampai harus menaiki kotak di balik podium agar mulutku dapat mencapai microphone (aku sangat pendek, tinggiku hanya 155 cm :")). Ketika sesi tanya jawab setelah pidato berlangsung, aku tidak dapat menjawab pertanyaan dari juri karena ada beberapa kosakata yang tidak aku mengerti artinya. Setelah turun dari podium, seketika aku menangis karena merasa gagal. Namun, teman-temanku memeluk dan menghiburku kala itu. Aku benar-benar merasa seperti memiliki keluarga baru. Lomba ini bahkan tidak terasa seperti lomba karena semuanya saling mendukung satu sama lain. ❤️
Penulis: Shakira Amy Haika