Gak Bisa Sembarangan Kasih Nama! Inilah Beberapa Aturan Pemberian Nama di Jepang

Oleh Ega ArisandiBudaya & Kehidupan

Nama. Apalah arti sebuah nama. Mungkin beberapa orang berpendapat begitu. Nama hanya untuk memudahkan kita untuk memanggil seseorang. Tapi, sebenarnya pasti ada harapan dan makna yang tersirat di balik sebuah nama yang disematkan kepada seorang anak. Dari nama juga, biasanya identitas kita sedikit banyak bisa diketahui karena adanya ciri khas yang berbeda beda, baik asal daerah atau negara, laki-laki atau perempuan, atau bahkan agama tertentu.

Seperti yang akan kita bahas kali ini, perbedaan sistem pemberian nama di Jepang dengan di Indonesia. Meskipun sama sama mengandung makna dan harapan orang tua kepada anaknya, ada aturan khusus yang biasa diterapkan untuk pemberian nama di Jepang. Ini menjadikan sistem pemberian nama di Jepang unik karena di Indonesia kita terbiasa dengan tidak adanya aturan khusus dalam pemberian nama.

1. Hanya Memakai Nama Depan dan Nama Belakang

Tidak seperti di Indonesia yang tidak dibatasi atau tidak ada aturan khusus dalam hal pemberian nama, ketika seorang bayi lahir di Jepang umumnya hanya memakai 2 nama saja, yaitu nama depan dan nama belakang, tidak ada nama tengah, ataupun nama kepanjangan. Nama depan adalah nama keluarga dalam bahasa Jepang dikenal dengan istilah 名字 (Myouji), sedangkan nama belakang itulah nama asli atau nama pemberian orang tua dikenal dengan istilah 下の名前 (Shita no namae).

Misalnya, seorang pria yang bernama 高橋(Takahashi) 剣道(Kendoo). Bagian 高橋 (Takahashi) adalah nama keluarga, sedangkan 剣道(kendoo), ialah nama aslinya.

Sistem penamaan dengan nama keluarga ini mirip seperti pemberian nama di negara barat. Hanya saja di Jepang nama keluarga dipakai sebagai nama depan dan nama asli sebagai nama belakang, sedangkan di negara barat nama aslilah yang dipakai sebagai nama depan dan nama keluarga sebagai nama belakang.

2. Cara Penyebutan dan Pemakaian Nama

Pada umumnya, di Jepang seseorang akan dipanggil dengan nama keluarganya bagi yang baru mengenal atau tidak begitu dekat. Nama asli hanya dipakai untuk seseorang yang sudah dekat, seperti keluarga, sahabat, atau teman dekat saja.

Tidak hanya itu, ada imbuhan khusus juga untuk menyebut nama seseorang dengan hormat atau akrab berdasarkan hubungan antara pembicara dan lawan bicara, atau orang yang disebut oleh pembicara tersebut. Imbuhan kehormatan yang disebut “敬称 (keeshoo)” ini ditambahkan di belakang nama. Berikutnya, beberapa imbuhan kehormatan dalam bahasa Jepang.

San

-san dipakai secara umum menunjukkan kesopanan. Biasanya, penyebutan “-san” di belakang nama ini sama halnya dengan “Pak-”, “Bu-”, “Mbak-”, “Mas-” dll di Indonesia.

Chan/Kun

-chan ditujukan untuk anak kecil baik perempuan maupun laki laki, atau teman perempuan yang berteman dekat dan seumuran atau lebih muda daripada pembicara. Sedangkan, -kun ditujukan untuk anak laki-laki yang seumuran atau lebih muda dari pembicara. Bisa juga digunakan oleh seorang atasan kepada bawahannya, baik laki laki maupun perempuan di kantor (namun, zaman ini tidak banyak digunakan karena biasanya pake -san). Mungkin sebagian penggunaan chan dan kun sedikit mirip seperti panggilan “nduk” dan “le” dalam bahasa Jawa atau “neng” dan “ujang” dalam bahasa Sunda. Hanya saja -chan dan -kun lebih luas pemakaiannya karena bisa digunakan di situasi yang lain juga. ^_^

Sama

-sama digunakan untuk orang yang dihormati, misalnya seorang pemimpin, rekan bisnis, dan dalam menyebut Tuhan juga menggunakan kata “-sama” dalam kata “Kami-sama”.

3. Marga Dulunya Hanya Digunakan di Kalangan Prajurit dan Bangsawan

Pada zaman dahulu di Jepang, nama keluarga hanya boleh dipakai oleh beberapa golongan seperti prajurit atau bangsawan secara resmi. Namun, pada masa Restorasi Meiji sekitar tahun 1870-an, aturan pemberian nama keluarga pada seluruh warga negara mulai diterapkan. Semua penduduk boleh memiliki nama keluarga diri secara resmi sekaligus harus terdaftar pada registrasi keluarga.

Di Indonesia sendiri, karena kita terdiri dari berbagai suku dan budaya yang berbeda di tiap wilayah, hanya beberapa suku saja yang memakai sistem penamaan berdasarkan keturunan, seperti suku Batak yang mengikuti marga ayah, suku Minang yang mengikuti marga ibu (namun, jarang yang ditulis sebagai nama, hanya dikenal marganya saja), suku Minahasa, dll.

4. Nama Keluarga Menujukkan Asal Nenek Moyang

Nama orang Jepang biasanya ditulis dengan kanji, yang memiliki makna tertentu di baliknya, meski kadang ada pula yang ditulis dengan hiragana atau pun katakana. Nah, untuk nama keluarga, ada beberapa asal usul penulisan kanjinya. Biasanya menunjukan asal dari nenek moyang terdahulu. Berikut beberapa contoh asal kanji yang dipakai untuk nama keluarga di Jepang :

Nama Daerah

Nama keluarga diambil dari mana daerah setempat. Misalnya, 渡辺 (Watanabe)、佐々木 (Sasaki)、長谷川 (Hasegawa), dll.

Alam, Pemandangan, dsb

Nama keluarga mengekspresikan ciri tempat tinggal masyarakat. Misalnya, 山口(Yamaguchi) yang terdiri dari kanji 山 (yama) yang berarti “gunung” dan 口(guchi) yang berarti “mulut”. 山口 (Yamaguchi) berarti “tempat masuk gunung”. Contoh lain. 小谷(Kotani) yang ditulis dengan kanji 小(ko) yang berarti “kecil” dan 谷(tani) yang berati “jurang”. 小谷(kotani) artinya “jurang kecil”.

Arah dan Letak

Nama kelurga menunjukkan arah atau letaknya. Misal, 東(higasi) = timur, 西(nishi) = barat, 南(minami) = selatan, dan 北(kita) = utara. Selain itu, 上村(kamimura) yang terdiri kanji 上(atas) dan 村(kampung) menunjukkan mereka tinggal di atas kampung.

Profesi

Nama keluarga menyatakan profesinya. Misalnya, 服部 (Hattori) yang berarti tukang tekstil, 鍛冶 (Tan’ya) yang berarti tukang besi, 犬養 (Inukai) yang berarti pemerihara anjing, ini juga bisa bermakna penjaga.

Nama Suku Besar 藤原 (Fujiwara)

Beberapa masyarakat juga ada yang menggunakan kanji dari nama suku besar 藤原(Fujiwara) untuk membentuk persatuan. Misal, 佐藤 (Satou) , 伊藤 (Itou), 遠藤 (Endou), 安藤 (Andou), 加藤 (Katou), dll. Kanji 藤 yang digunakan menunjukkan keturunan atau koneksi dengan klan 藤原 (Fujiwara).

Nah, kalau di Indonesia, ada juga beberapa nama khas (namun bukan nama keluarga) yang bisa menunjukkan asal daerah seseorang, yaitu berdasarkan bahasa daerah. Contoh, kebanyakan orang yang bernama “Asep”, biasanya merupakan orang Sunda. Karena nama “Asep” diambil dari bahasa Sunda, yaitu “Kasep” yang berarti ganteng, wkwk. Ada juga “Ayu” yang umum dipakai oleh orang Jawa untuk anak perempuan, yang artinya cantik, dan masih banyak yang lainnya.

5. Nama orang Jepang Ketika Menikah

Ketika seseorang menikah pastilah menyatukan 2 keluarga. Nah di sinilah, keluarga yang baru muncul. Namun, dari manakah nama keluarga diperoleh?
Ternyata, seseorang yang menikah di Jepang harus mengganti nama keluarganya mengikuti nama keluarga pasangannya. Sekitar 96% orang yang menikah di Jepang mengikuti nama keluarga dari pihak laki-laki. Walau ada yang mengikuti nama keluarga pihak perempuan, tapi ini jarang ditemukan.

Jadi, umumnya sang ibu pada saat menikah mengikuti nama keluarga suaminya. Secara otomatis, anak-anak mereka langsung memakai nama keluarga ayahnya. Ini agak berbeda dengan sistem marga di Indonesia yang mana hanya anak yang mewarisi nama ayah.

6. Nama orang Asing Ketika Menikah dengan Orang Jepang

Lalu bagaimana dengan yang menikah dengan orang asing? Dalam hal ini jika pasangan yang menikah tinggal di Jepang, biasanya orang asing ini mengganti nama belakangnya mengikuti nama keluarga pasangannya yang orang Jepang untuk mendaftarkan registrasi keluarga di Jepang (sebagai catatan administrasi). Contoh, jika Ega Arisandi menikah dengan orang Jepang Yamazaki Kento, maka untuk mendaftar ke administrasi nama nya menjadi Yamazaki Ega (Fans Yamaken harap tenaaang, ini hanya sekedar contoh, wkwk).

Namun, sebenarnya orang asing tetap boleh mendaftarkan nama asli walau sudah menikah dengan orang Jepang. Kita mempunyai dua pilihan, yaitu dengan nama keluarga pasangan Jepang atau langsung daftar nama asli. Selain itu, hal ini tidak berlaku jika mereka tinggal dan mendaftarkan pernikahan di luar Jepang, tinggal di Bandung misalnya. 😊

Nah itulah beberapa aturan dalam hal pemberian nama di Jepang. Mungkin terlihat rumit juga karena dalam aksaranya, satu kanji bisa dibaca dengan beberapa bacaan nama, pun sebaliknya, satu nama bisa terbentuk dari kombinasi kanji yang berbeda. Belum lagi ketika menikah, harus mengganti nama keluarga mengikuti pasangan. Tapi di sisi lain, ini juga lebih simpel dari nama orang Indonesia yang biasanya bisa menggunakan 3 hingga 5 susunan nama umtuk 1 orang. Siapa nih yang berniat menikah dengan orang Jepang? Siap siap untuk mematuhi aturan pemberian nama ini ya, wkwk.

Sumber: https://ka-ju.co.jp/column/myoji

Penulis: Ega Arisandi