Tipe-tipe Orang Jepang Saat Ditanya Bahasa Jepang (karya lomba menulis 2022)
Belajar bahasa Jepang tidak cukup hanya dengan buku. Jika ingin lancar berbahasa Jepang, bertemanlah dengan orang Jepang. Itu adalah tips belajar bahasa Jepang yang paling sering kudengar. Sebagai pelajar bahasa Jepang tentunya aku ingin lancar berbahasa Jepang. Aku pun mencoba menerapkan tips itu. Aku berusaha mencari orang-orang Jepang untuk dijadikan teman atau partner belajar bahasa Jepang secara daring.
Setelah mendapat banyak teman orang Jepang, aku berusaha meningkatkan kemampuan bahasa Jepangku dengan mengobrol bersama mereka. Tidak hanya sebatas mengobrol santai, tetapi aku juga sering bertanya tentang bahasa dan budaya Jepang. Selama bertahun-tahun, aku telah berteman dengan banyak orang Jepang yang sikapnya beragam. Aku pun menyadari bahwa setiap temanku memiliki respons yang berbeda saat sedang mengobrol, terutama saat aku bertanya tentang bahasa Jepang. Respons-respons mereka kukelompokkan menjadi banyak tipe, termasuk tiga tipe berikut.
1. Tidak Mau Menjawab
Aku memiliki seorang teman asal Jepang—sebut saja X. X tahu bahwa kemampuan bahasa Jepangku masih terbatas. Dia sering memintaku untuk menanyakan apa pun tentang bahasa Jepang yang tidak kuketahui. Karena itu, aku sering menghubunginya untuk bertanya. Namun, ia tidak memberi tahu jawabannya secara detail. Terkadang dia tidak mau menjawab. Bahkan, dia perrnah tidak tahu tentang bahasa Jepang yang kutanyakan.
Karena sikapnya itu, aku menjadi sadar bahwa tidak semua orang Jepang paham bahasa Jepang secara mendalam. Tidak semua orang Jepang bisa mengajarkan bahasa Jepang dengan baik. Jika hanya ingin mengobrol tentang keseharian, tipe orang Jepang seperti ini tidak masalah. Namun, jika ingin belajar bahasa Jepang secara teoretis, lebih baik berteman dengan orang Jepang yang memiliki kemampuan di bidang linguistik.
2. Memilih untuk Belajar Bersama
Selain X, aku juga memiliki banyak teman orang Jepang yang kurang memahami bahasa Jepang secara mendalam atau teoretis. Salah satunya adalah Q. Q sering kutanyai kosakata dan pola kalimat bahasa Jepang yang sulit bagiku. Ternyata, dia juga tidak tahu dan mengalami kesulitan. Namun, ia tetap berusaha menjawab pertanyaannku. Q mencoba mencari sumber materi bahasa Jepang, kemudian mengajakku untuk berdiskusi. Akhirnya, kami pun belajar bersama. Kemampuan bahasa Jepangku menjadi berkembang, baik dari segi teoretis maupun praktis. Memiliki teman seperti ini rasanya menyenangkan!
3. Merendahkan Pelajar Bahasa Jepang
Aku pernah berteman dengan perempuan Jepang yang usianya lebih tua dariku. Awalnya, dia terlihat sangat ramah dan baik. Kami sering mengobrol santai layaknya teman sebaya. Namun, sikapnya tiba-tiba berubah. Mengapa? Karena ada kesalah pahaman saat aku bertanya mengenai kosakata bahasa Jepang. Ia benar-benar marah hingga merendahkanku karena aku dianggap tidak mahir berbahasa Jepang. Aku juga dianggap tidak sopan karena tidak menggunakan sonkeigo (ragam bahasa sopan) saat berbicara dengannya.
Padahal, sedari awal aku sudah menjelaskan bahwa aku masih belajar dan memang belum mahir berbahasa Jepang. Kejadian ini membuatku berhati-hati saat memilih orang Jepang untuk dijadikan sebagai teman ataupun partner belajar. Karena, tidak semua orang Jepang berkepribadian baik dan bisa memahami kemampuan pelajar bahasa Jepang.
Itulah sebagian pelajaran yang kupetik setelah bertahun-tahun berteman dengan orang Jepang secara daring. Aku menjadi tahu bahwa ada tipe-tipe orang Jepang saat berteman dengan pelajar bahasa Jepang, terutama saat ditanya tentang bahasa Jepang. Berteman dengan orang Jepang memang merupakan cara yang paling tepat untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Jepang. Namun, itu tidaklah semudah yang dibayangkan. Semoga pengalamanku bisa membantu kalian untuk lebih mudah dan hati-hati saat berteman dengan orang Jepang.
Penulis: Rakhma Nur Azzahrani